Happy reading~
.
.
.Kebanyakan menghabiskan waktu sendirian di kamar tanpa melakukan apapun karena keadaan kaki yang tidak mendukung membuat Hinata jadi sering melamun. Memutar ulang segala kejadian yang membuatnya berakhir di sini. Dari awal. Dari malam saat orang tuanya pamit pergi menemui partner bisnis di luar kota. Di Kota Tokyo.
“Hinata, jaga diri baik-baik ya. Kalau ada sesuatu kabari kami. Mungkin kami akan pulang tengah malam. Jangan lupa makan dan jangan tidur terlalu larut.”
Itu adalah pesan terakhir Ayahnya sebelum pergi bersama sang Ibu memenuhi undangan makan malam formal relasi mereka di Tokyo. Jika saja Hinata tahu perjalanan sore itu akan berakhir dalam tragedi naas, ia pasti takkan mengizinkan orang tuanya pergi.
Berita buruk sampai ke telinga pada dini hari. Pekerja di rumahnya membangunkan, menyampaikan kabar kalau orang tuanya terlibat dalam kecelakaan tunggal tadi malam. Maka pagi-pagi buta Hinata langsung diantar supir pribadi ke rumah sakit di Tokyo, di mana orang tuanya menerima penanganan serius.
Di sanalah ia bertemu dengan Ayah Shion. Beliau adalah orang yang ditemui orang tuanya di kota ini untuk makan malam. Hinata tak begitu ingat jelas apa-apa saja yang dikatakan sebagai penjelasan kronologi kecelakaan, yang pasti kemudian kedua orang tuanya dinyatakan koma.
Hari itu juga Hinata pindah ke Tokyo karena ingin menjaga orang tuanya, pun atas permintaan Tuan Miku. Barang-barang pribadi sang gadis dibawa dari Hokkaido dalam tas besar. Ayah Shion mengatakan bahwa ia merasa bertanggung jawab penuh sebagai teman baik juga orang terakhir yang ditemui Hiashi dan Hikari, jadi ia terus mendampingi Hinata.
Hari berikutnya, Hinata dibawa ke rumah keluarga Park. Masih tergambar jelas betapa sinis sambutan seorang Miku Shion pada gadis asing seusianya. Satu yang membuat Hinata memutuskan untuk menolak tinggal di sana dan lebih memilih rumah sakit sebagai tempat bermalam setiap hari. Kepekaannya sangat bagus waktu itu.
Dan tahu-tahu dua minggu kemudian, Tuan Miku mengatakan Hinata akan tinggal dan bersekolah di kota ini sampai orang tuanya siuman. Semua berkas-berkas mengenai kepindahan telah diurus lengkap, Hinata hanya tinggal menjalani saja. Menjalani tiap-tiap masa sulit seorang diri yang tidak ia sangka akan terasa amat berat.
Hingga akhirnya hari itu datang. Orang tuanya tiba-tiba menghilang, mengubah banyak hal dalam sekejap. Tuan Miku menjelma menjadi sosok asing. Seseorang yang bahkan lebih kejam dari Shion, putri beliau. Menagih hutang dengan jumlah tak pantas. Pak Tua itu sungguh seorang monster.
Hinata sama sekali tidak memiliki kecurigaan bahwa Ayah Shion memiliki niat buruk terhadapnya. Beliau menjaganya dengan baik. Entah dirinya yang terlalu polos atau memang Pak Tua satu itu pandai sekali berakting. Memikirkannya sekarang... memang ada sedikit kejanggalan.
“Kenapa beliau menolongku waktu itu..”
****
“Pantas saja kau jadi dekat sekali dengannya!”
Barusan seruan Naruto. Suaranya keras, tapi kantin dipenuhi manusia-manusia kelaparan jadi tidak satu pun peduli. Sementara Shikamaru di sisi lain hanya diam, jauh berbeda dari reaksi sang kawan.
Sasuke baru saja selesai menceritakan apa yang belakangan ia sembunyikan. Perihal kesepakatannya dengan Hinata untuk festival kemarin, bantuannya pada Hinata soal tempat tinggal dan pekerjaan sebagai maid, serta masalah yang sesungguhnya terjadi antara Hinata dan Shion. Semua diceritakan secara ringkas satu persatu. Semuanya. Agar saat butuh bantuan, dua kawannya tak perlu banyak tanya lagi.
“Aku selalu tahu Miku Shion adalah sampah. Ternyata semua turunan dari Ayahnya. Tidak heran kalau begitu.” komentar Shikamaru.
“Yah, kenapa beliau berbuat demikian?” tanya Naruto.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl -SH ver- (END)
FanfictionTidak semua orang beruntung. Contohnya gadis itu... . . . FF REMAKE! Picture isn't mine, if it's yours pls let me know🖤 Warning: OOC! so cheesy, so drama, so absurd, so mainstream, so sorry..