Happy reading~
.
.
.“Uhuk! Uhuk! Uhuk!”
Hinata jatuh terduduk begitu melewati garis finish arena latihan lari estafet. Sengaja menjatuhkan diri karena kaki kehilangan kekuatan untuk berdiri usai berlari terus tanpa henti.
Tarikan napasnya memendek dan berujung pada batuk-batuk yang menyakitkan. Hinata sampai berpikir dirinya bukan sedang berlatih untuk lomba, melainkan untuk jadi tentara militer. Jika begini caranya, ia malah takkan punya tenaga di lomba sungguhan nanti.
“Kalau cuma segitu kecepatan larimu, kelas kita tidak akan bisa menang!”
“Aku sudah berusaha..”
“Kurang! Ayo ulang, tingkatkan lagi!”
Suara Karin terdengar memekak telinga. Gadis itu juga bagian dari perwakilan kelas di lomba estafet. Pelari yang nantinya akan memberikan baton pada Hinata.
Wakil ketua kelas itu terus memaksa si Benalu latihan bahkan di hari yang bukan ditentukan oleh sekolah, sehingga Hinata harus merelakan separuh dari jam makan siang untuk berlari di lapangan.
Kejamnya, hanya gadis Hyuuga itu saja yang diperlakukan demikian, anggota lain tidak.
Hari ini adalah hari terakhir para murid latihan. Tidak ada kelas setelah jam istirahat. Semua diberikan waktu bebas untuk berlatih atau melakukan apapun di area sekolah sampai waktu pulang. Menyegarkan pikiran sebelum hari penting yang ditunggu-tunggu tiba.
Hinata menepuk-nepuk dada, merasa sesak. “Tidak bisakah istirahat sebentar?”
“Tidak bisa! Kau ingin genit-genit menonton latihan Sasuke ‘kan? Sadarlah, larimu masih lamban.”
“Larimu lebih lamban, Nona.”
Seluruh peserta lomba estafet menengok ke sumber suara. Uchiha Sasuke berjalan ke arah mereka dengan langkah tergesa. Siapa lagi yang pria itu hampiri kalau bukan Benalu yang baru saja disiksa teman-teman sekelasnya menggunakan latihan sebagai alibi.
Sasuke berjongkok di sisi Hinata. Bisa disaksikan betapa kelelahan sang gadis. Tangan yang masih sibuk memukul-mukul pelan bagian dada pun pria itu raih hingga otomatis berhenti.
“Kenapa? Jangan dipukul-pukul.”
“Sesak.”
“Kau punya asma?”
Hinata menggeleng.
“Kau lari tanpa pemanasan?”
Kali ini anggukan didapat sebagai jawaban. Satu gerakan itu otomatis membuat Sasuke tak segan melempar tatapan tajam pada Karin yang setia berdiri di sisi mereka.
“Kau gila menyuruhnya lari tanpa melakukan pemanasan?”
“B-bukan begitu, Sasuke. Kami terlambat ikut latihan, jadi tidak sempat pemanasan..”
“Bullshit,” balas Sasuke, “Lalu tadi kau menyuruhnya berlari lebih cepat? Dilihat dari sudut mana pun, kau yang lamban di sini, kenapa menyalahkan orang lain?”
Bungkamnya Karin menimbulkan rasa puas di hati Sasuke. Tidak perlu mengeluarkan racun berbisa lebih banyak untuk mematahkan segala pembelaan gadis yang Hinata sebut sebagai wakil ketua kelas itu. Tidak ada waktu, latihan terakhirnya sebentar lagi dimulai.
Sasuke kembali pada Hinata, “Mau ke uks?”
“Tidak perlu, aku menonton latihanmu saja.”
“Yakin?”
“Ya..”
“Baiklah, tapi tetap berada di dekat Shikamaru dan Naruto.”
Hinata mengangguk paham. Hubungannya dengan dua sahabat Sasuke tidak terlalu buruk. Dua pria itu cukup menerimanya, walau tidak dekat sebagaimana ia dan Sasuke, paling tidak mereka memperlakukannya lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Girl -SH ver- (END)
FanfictionTidak semua orang beruntung. Contohnya gadis itu... . . . FF REMAKE! Picture isn't mine, if it's yours pls let me know🖤 Warning: OOC! so cheesy, so drama, so absurd, so mainstream, so sorry..