Chapter 24

2.1K 274 4
                                    

Happy reading~
.
.
.

Selama di Hokkaido, Sasuke dan Hinata menikmati waktu liburan berdua. Mendatangi beberapa tempat yang dulu sering sang gadis kunjungi, seperti mall, cafe, restoran, juga taman kota. Yah meski tidak dapat berlama-lama karena udara dinginnya bukan main.

Padahal Hinata ingin sekali menemui teman-teman lamanya, tapi ia tak memiliki kontak siapa pun. Plus ini adalah musim liburan, sekolah ditutup dan para murid kebanyakan pergi berlibur. Jadi keinginan tersebut terpaksa ditunda lain kali.

Mereka sudah kembali ke Tokyo kemarin. Selamat tanpa kurang satu apapun. Juga sebagai informasi tambahan, kepercayaan Neji dijaga baik-baik oleh keduanya alias tak ada hal kelewat batas terjadi di sana. Kau tahu maksudku.

Sejak kemarin pula Hinata ikut bersama Neji menginap di hotel, tidak bermalam di kediaman keluarga Uchiha. Alasannya jelas karena sepasang sepupu itu perlu berbincang mengenai banyak hal terkait sidang Ayah Shion hari ini.

Itulah mengapa hanya ada keluarga inti Uchiha yang mengisi meja makan pagi ini.

“Rasanya sepi sarapan tanpa Hinata.” Itachi berujar sembari melahap sepotong roti bakar dengan selai coklat.

“Apa tujuanmu bicara begitu?” sahut Sasuke.

“Artinya bawa ia kembali tinggal di sini kau bocah tidak peka. Aku senang mempunyai adik perempuan.”

“Dia bukan adikmu.”

“Calon adik! Tepatnya adik ipar.”

“Tidak waras, itu masih jauh sekali.”

Well, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.”

“Itachi benar, Sas.” Mikoto membela si Sulung.

“Terserahlah..”

Bukan Sasuke tidak suka, tapi melihat usia dan status mereka sebagai pelajar SMA, pernikahan adalah sesuatu yang takkan terjadi dalam waktu dekat. Perjalanan mereka masih sangat panjang untuk bisa sampai ke sana.

Namun kalimat terakhir Itachi juga punya poin. Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Itu berarti tidak ada salahnya berharap, asal terhadap kekecewaan kita harus siap. Ya, kurang lebih begitu.

“Kau jadi menyaksikan sidang nanti?” pertanyaan Fugaku menyelamatkan si Bungsu dari kecanggungan.

“Tentu.”

“Berangkat jam berapa?”

“Tunggu kabar dari Hinata.”

“Ohh..”

“Semoga sidang berjalan lancar agar tidak perlu melalui proses panjang, juga keputusan hakim nantinya sesuai dengan harapan Neji dan Hinata.”

Semua mengamini doa Mikoto dalam hati.

“Boleh kalau Hinata mau tinggal di sini lagi. Bilang Neji, tidak perlu sungkan. Kaasan dan Tousan bersalah karena pernah berprasangka buruk pada Hinata.”

“Akan kusampaikan, Kaasan.”

“Harus.”

Entah kenapa suasana sarapan pagi ini agak berbeda. Jauh lebih... hidup? Sasuke merasa demikian. Apa karena ia mulai bisa menerima kesibukan keluarganya? Dibanding protes, kini ia bersyukur masih dapat berkumpul walau hanya di waktu sarapan. Sebab... beberapa orang bahkan tak memiliki kesempatan ini sama sekali.

Seperti Hinata.

Sekarang Sasuke mengerti, terima kasih pada sang kekasih. Memikirkan segala kemungkinan, ia lebih memilih keluarganya menjadi super sibuk daripada harus kehilangan mereka untuk selamanya. Membayangkan saja menyebabkan dada terasa nyeri.

That Girl -SH ver- (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang