11. Setelahnya

324 54 11
                                    

Sebenarnya apa yang paling Bianca sukai dari perayaan ulang tahun?

Tidak terlalu banyak.

Sederhananya. Dia selalu bahagia melihat mamanya tersenyum di samping para saudara dari kedua belah pihak yang hampir seluruhnya sudah menikah dan punya anak. Ia merasa senang melihat mereka semua tertawa bersama seolah momen perayaan ini merupakan ajang yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga jauh. Setelah itu apalagi? Nggak ada.

Bagian pahitnya dari perayaan ini ialah Bianca harus ikhlas bertambah tua. Usianya berubah menjadi delapan belas tahun. Dan tentu, topik obrolan nomor wahid yang akan sering dibahas oleh barisan tantenya selalu tentang siapa tambatan hati Bianca saat ini.

'Kamu kan udah kuliah nih, Bi. Udah punya pacar dong pasti? Kok nggak diajak sih pacarnya? Tante kan mau liat.'

Bianca cuma bisa terkekeh pahit kala mendengar pertanyaan ini. Pacar dari Hongkong? Mana ada kata pacar dalam kamus Bianca. Adanya cuma cinta bertepuk sebelah tangan.

Apabila Bianca nggak punya peluru yang bisa dia lesakkan untuk menjawab, Mama akan membantunya bicara.

Namun herannya, Mama selalu membawa nama Kak Sean dalam pembicaraan.

'Bianca itu bukan Sean yang pacarnya bisa tinggal tunjuk, tinggal pilih mana dia mau. Anakku ini nggak ngerti soal pacar-pacaran begitu. Taunya cuma Korea mulu. Dia nggak kayak Sean yang pemikirannya maju ke depan, bukan cuma mikir seneng-senengnya doang. Beda banget ngebesarin anak cowok sama cewek, yang satu banyak suka. Satunya lagi sukanya banyak tapi nggak ada yang naksir balik," kata Mama.

Saat itu semua orang tergelak. Bianca bisa menghitung dengan kelima jarinya siapa saja yang tidak tertawa mendengar ucapan sang Mama.

Banyak yang mengatakan, terkadang orang yang paling sering menyakiti perasaan kita ialah keluarga kita sendiri.

Bianca ingin sekali menyetujuinya.

Mama tuh kayak malaikat, saking tulusnya sering banget bikin Bianca mau nangis. Bagaimana usahanya yang setiap hari selalu menyiapkan sarapan pagi dan keperluan sekolah anak-anak padahal beliau seringkali kekurangan waktu untuk istirahat, dan tak jarang mengeluh sakit.

Satu dari sekian hal yang ingin Bianca lakukan ialah bahagiain Mama sama Papa. Tentu saja. Impian klise itu pasti selalu mampir dalam benak anak manapun di dunia ini. Nggak terkecuali Bianca. Tapi kedua orang tuanya juga tak jarang menjadi alasan utama mengapa Bianca seringkali duduk diam di kamar sambil merenung dan meratapi nasib.

Kenapa aku nggak terlahir secakep Kak Sean. Kenapa aku cuma mewarisi mata minus Papa ketimbang muka gantengnya. Kenapa kulitku nggak secerah Mama, kenapa aku nggak bisa setinggi Kak Sean. Sebetulnya aku ini anak orang tuaku apa bukan sih? Kok aku beda.

Dan berbagai pertanyaan lainnya.

Bahkan teman-temannya di sekolah pun juga seringkali menanyakan ini, 'Abang lo ganteng, kok elo biasa aja sih, Bi?'

Bianca nggak bisa jawab pertanyaan ini. Sambil balik duduk di kursi dan berpura-pura mengerjakan sesuatu, gadis itu akan mengunci bibirnya rapat. Kemudian saat temannya pergi, Bianca cuma bisa nangis lalu merenung keluar jendela. Selalu begitu sampai overthinking-nya hilang.

Bianca Anindita Ramanda itu memang nggak jelek. Tapi apabila dibandingkan dengan kakaknya Sean, dia pasti terbanting jauh.

Makanya mereka sering jadi musuh. Bianca nggak suka Sean mengurusi urusan pribadinya. Pun begitu, Sean teramat jarang melibatkan sang adik pada urusan kerjaannya. Nggak semua fans Sean tahu kalau ternyata dia punya adik, perempuan lagi. Sekalinya tahu, Bianca nggak luput dari gosip aneh. Dibilang adik angkat lah, adik sepupulah, sampai ada yang terang-terangan mencibir Bianca cuma ngaku-ngaku sedarah dengan Sean, padahal bila pun mereka saudara, kok nggak mirip?

GUIDE TO YOUR HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang