39. Yang membuatmu sadar

382 55 57
                                    

"Aku juga suka," itu jawaban yang keluar dari mulut Seline setelah Saga mengatakan isi hatinya. Tentu saja, Saga masih harus meminta diperjelas apa maksud dari ucapan tersebut.

Tidakkah semuanya terlalu membingungkan?

Jatuh cinta dan membalas rasa yang sama.

Saga nggak berpikir jawaban Seline betulan ungkapan yang telah bersarang di kepalanya selama ini.

"Lo serius suka sama gue, Lin?"

Ditanya begitu sejemang Seline diam. Raut wajahnya nampak tenang. Tak ada yang sanggup membolak-balikkan pertahanan Saga kecuali gadis ini.

Sungguh!

Bukan berarti dia hebat sih. Hanya saja, kau tentu pernah mendengar kan, sebuah ungkapan seperti berikut;

Cinta adalah sejenis perasaan yang putus asa.

Semakin kau ingin memberi sesuatu untuk orang yang kau sukai. Semakin sulit pula bagimu mendapatkannya. Kau ingin melihatnya tersenyum setiap hari dan memastikan dia tidak pernah terluka. Namun di sisi lain kau juga tak memiliki cukup kemampuan untuk merealisasikan keinginan itu. Semuanya jadi serba salah, serba sulit dan terlebih lagi membuatmu serba putus asa.

Sekiranya demikianlah rasa yang Saga miliki untuk Seline. Lelaki itu berharap ada jawaban dari lontaran tanya yang terkuar. Walau hanya sebatas jawaban ambigu.

"Aku juga suka diriku sendiri." lanjut Seline kemudian.

"Hah?" Saga tampak terkejut.

"Iya." Seline membetulkan letak posisi duduk setelah berusaha keras menyingkirkan tangan Saga dari pinggangnya. "Katanya, kita nggak boleh benci sama diri sendiri kan, Ga? Maka dari itu, kalau Saga suka sama aku, aku pun juga akan berusaha untuk suka sama diriku sendiri."

Setitik senyum lugu terpancar di kedua semu pipinya. "Mulai mencintai diri sendiri itu nggak narsis lho, Ga. Dosen bimbingan konselingku juga pernah bilang, orang yang mencintai dirinya sendiri akan selalu bersyukur atas apa yang dia punya. Karena bersyukur adalah salah satu cara untuk merasakan makna 'cukup'. Nggak boleh meminta lebih-lebih kalau kita sendiri belum mau berusaha lebih, hehe."

Menoleh ke arah Saga yang menatapnya sendu. Seline masih betah menyunggingkan senyuman manisnya. "Aku bener kan, Ga?"

Saga cuma diam. Bibirnya seakan  terekat oleh lem tak terlihat.

Ia menghembuskan napas kecewa dan kembali menyender ke punggung kursi sembari menatap langit-langit mobilnya. "Iya deh, lo bener."

Seline tersenyum seraya mengamit jemari Saga yang tergeletak manis di atas pahanya. "Makasih udah ngajak aku liburan ya? Aku nggak akan ngerepotin Saga kok. Janji!"

Diberi wajah manis lengkap dengan senyuman bak anak anjing begitu. Saga nggak bisa berbuat banyak. Ia mengangkat jemarinya kemudian beralih ke sebelah pipi Seline yang halus, mengusapnya pelan.

Gue suka sama lo, bayi. Tapi kenapa susah banget buat lo ngerti sih?

"Okay.. Gue pegang janji lo!"

Lagi-lagi, Saga hanya bisa menyimpan rasa.

****

Sesampainya di sebuah desa terpencil di sudut paling utara kota, serombongan mahasiswa itu menepi di pinggiran jalan yang bersebrangan dengan ruko dua pintu. Terlihat di sana ada seorang bapak-bapak berkulit sawo matang dengan perut tambun dan bibir tebal berdiri sambil mengangkat gas elpiji ke atas mobil pick up.

"Tanya ke bapak itu aja dulu. Kita cari tempat penginapan," kata Eja, tumben-tumbenan memberi saran.

Tujuh orang jumlah mereka, dua diantaranya ialah yang nggak pernah Seline lihat selama dia bergaul dengan Saga dan sesekali interaksi bersama teman-teman cowok itu.

GUIDE TO YOUR HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang