14. Kenapa aku?

355 60 9
                                    

Saga baru saja turun dari mobilnya, menenteng tas kecil yang kemudian tersampir di bahu kanan dan berjalan menyusuri jalanan parkir menuju lantai satu gedung kuliah 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saga baru saja turun dari mobilnya, menenteng tas kecil yang kemudian tersampir di bahu kanan dan berjalan menyusuri jalanan parkir menuju lantai satu gedung kuliah 4. Saat itu masih cukup pagi, kira-kira setengah delapan. Dia ada kelas kebijakan publik yang diampuh Pak Hendra. Dosen super sibuk dan super on time datang ke kampus. Beliau punya peraturan sendiri sejak awal mulai mengajar, peraturannya cenderung santai namun mengikat. Jangan harap bisa berangan-angan memproleh nilai A pada mata kuliahnya.

Kata senior di jurusan Saga sih gitu.

Kelas Pak Hendra selesai setelah menghabiskan dua setengah jam berdiskusi secara klasikal. Saga nggak bisa langsung cabut ke kantin, atau mungkin main sama temen-temen tongkrongannya. Detik-detik menjelang kelas usai, Pak Hendra menjatuhkan ultimatum. Yang kemudian dari sanalah langkahnya harus mau tak mau tertahan di kelas.

Karmila, cewek yang sedang sibuk dengan laptop di pangkuan paha itu asik sekali mengayunkan jemarinya di atas keyboard. Seraya menaikkan jejak kaca mata ke pangkal hidung ia menghabiskan menit-menit berharganya sebelum makan siang dengan mengetik paper tugas konsep kebijakan publik yang sebetulnya perlu mendapat banyak masukan dari para anggota kelompok, namun di sisi kanan kirinya cuma ada Saga yang sibuk sama handphone-nya dan Malik yang juga fokus ngeliatin objek yang sama.

"Menurutmu slide yang ini kata-katanya sudah bener belom?" Karmila menoleh ke sebelah, namun yang ditoleh malah nggak hirau.

"Jonathan Saga!" oktaf Karmila meninggi, sontak saja yang dipanggil mengerjap. "Apaan sih?"

"Ini, tengok laptopku dulu. Betul nggak nih apa yang ku tulis?"

Tanpa menoleh dan masih fokus dengan layar hape, Saga menganggukan kepalanya, setuju. "Iya, Mbak. Itu udah bener, tinggal kirim aja ke email Pak Hendra."

"Serius lah kau. Aku takut salah ini. Kau tau lah Bapak dosen itu nggak pernah bisa mentelorir sekecil pun kesalahan ketik mahasiswa-nya. Belum lagi aku masih ragu sama pembahasan yang tadi aku rangkum. Boleh lah kau tengok bentar ya, Ga? Aku percaya pendapat dari kau ketimbang yang di sebelahmu," ujar cewek itu yang membuat Malik langsung merasa.

"Emang saya kenapa, Mbak?"

Mata Karmila belari ke area lain. "Ya nggak tau lah aku, kau pikir aja sendiri."

Saga mengecek jam di notif bar, dan baru sadar dia sudah menghabiskan waktunya bermain game sampai satu jam lebih. Teringat perut yang kosong minta diisi membuatnya berpikir untuk keluar dari kelas.

"Mbak, aku saranin mending langsung aja publish ke email-nya Pak Hendra. Aku percaya analisismu nggak pernah salah, kok. Ya? Aku mau makan, lapar." Saga menepuk perutnya beberapa kali sembari menambahkan cengiran lebar.

"Perasaan dari tadi aku aja yang kerja. Kelen malah nyantai tuh main game," sindirnya pelan yang langsung di dengar oleh dua cowok itu meski mereka nggak keliatan bersalah.

GUIDE TO YOUR HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang