47. Melepas

335 46 14
                                    

Kening Seline berkerut bingung sewaktu Saga menghentikan laju mobilnya di parkiran basement. Dia keluar dari pintu sebelahnya dan tak henti mempertanyakan kepada sosok lelaki itu mengenai apartemen siapa yang sedang mereka datangi sesore ini.

Dan tepat ketika Seline telah berani untuk bertanya, Saga melirik gadis itu dengan raut sedikit menyesal.

"Gue males banget pulang, Lin. Rencananya tadi mau nginep di apartemen Eja sih malam ini, tapi karena ada elo, gue janji nanti malem pasti gue anterin pulang ke rumah. Tapi sekarang, ke sini dulu ya? Mau?"

Satu detik selepas permintaan itu mencuat, Seline sibuk melamun. Saga pun bingung. Apa dia urungkan saja niatnya mampir ke apartemen Eja dan beranjak mengantar Seline dulu pulang seperti apa yang diminta olehnya?

Karena kalau begitu, Saga sudah harus bersiap-siap masuk kembali ke mobilnya.

Namun di tengah perjalanan, Seline membunyikan suara. "Iya udah nggak apa-apa mampir dulu ke sini."

"Serius?"

"Iya." Seline mengangguk kecil. "Walaupun aku aneh banget sama kamu, punya rumah tapi malah lebih suka tidur di rumah orang. Tapi aku pun juga males pulang ke rumah karena di sana sepi. Cuma ada mbok Ijah yang suka banget nonton sinetron. Mama belum pulang jam segini. Jadi, aku kadang di dalam kamar aja sendirian. Nggak ngapa-ngapain."

Setitik senyum terulas di kedua sudut bibir Saga. Ia mengulurkan tangannya ke puncak kepala Seline, membelai setiap helaian surai gadis itu hingga jemarinya turun ke leher, dan berakhir di pundak.

"Kita sama," Saga mengatakan itu dengan suara lembut. Guratan emosi yang mereka rasakan nyatanya memiliki kemiripan. Sebanyak apapun teman-teman yang Saga punya di lingkungannya. Apabila ia tiba di rumah, Saga selalu merasa kesepian. Dan itu menyiksa.

Unit kamar Eja berada di lantai tujuh. Dia menyewa satu unit berukuran kecil yang mungkin muat untuk menampung beberapa furnitur serta dua kamar tidur, dapur, dan kamar mandi. Kendati begitu, Eja merawat rumah sewa ini dengan baik. Terbukti dari desain ruang tamunya yang sengaja ia atur senyaman mungkin, dan teman-temannya rajin sekali mendatangi rumah ini untuk sekadar mengobrol dan bersenda gurau.

Seperti yang saat ini terjadi, Saga kaget tatkala dijumpainya empat orang kenalan Eja bermain game PS di ruang tamu. Dua diantaranya ialah Harris dan Genta. Sisanya Saga masih belum dekat, namun mereka saling kenal.

"Eja mana?" tanya Saga seiring langkah kakinya menapak di atas karpet berbulu. Harris menjawab tanpa menoleh.

"Belum balik ngampus. Katanya tadi mau ke rumah temennya dulu ngambil file video buat diedit. Dia lagi banyak job tuh. Bentar lagi banting setir dah dia jadi videografer."

"Bagus lah." Saga berkomentar singkat kemudian melirik Seline di samping. "Duduk di sofa dulu ya? Gue bikinin minum. Mau coklat panas apa dingin?"

"Hah?" Seline mendongak. Barusan tawaran Saga akan minuman untuknya tak betulan ia dengar seksama. Seline perlu diulang.

"Saga tadi nanya apa?"

"Kamu mau minum apa?" Saga mengulangi tanpa banyak protes. Dia cukup bersabar.

"Oh. Apa aja yang ada."

"Oke." Saga menepuk pelan pundak Seline sebelum akhirnya melewati gadis itu menuju dapur.

"Duduk sini dek." Harris menyingkirkan bantal kecil di atas permukaan sofa, bermaksud mempersilakan Seline duduk tanpa harus membuatnya takut. Dan karena Seline sudah kenal Harris, dia pun dengan senang hati mau menyambut kehangatan yang ditunjukkan lelaki itu.

Duduk anteng di tempatnya, Seline tiba-tiba saja diajak mengobrol oleh Genta. Cowok yang selalu menebar senyum dan tawa receh dari mulutnya itu membalik badan menghadap Seline sembari memangku dagu. "Namanya siapa?"

GUIDE TO YOUR HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang