7. Minggu pagimu

373 59 13
                                    

"Ayo masuk, ini rumah gue."

Bianca menjulurkan tangan kanannya dan meraih milik Seline yang terasa dingin sekaligus gemetar. Mungkin ini momen pertama Seline mengunjungi rumah temannya, alhasil wajah pucat pasi itu seolah menunjukkan segala rasa canggung, cemas, dan kekuatiran yang berkumpul jadi satu. Dia cuma belum terbiasa saja. Bianca harap maklum.

Jauh sebelum mereka bertemu, Seline selalu menghabiskan waktunya sendirian di dalam kamar. Main handphone, baca-baca buku pelajaran atau novel. Kadang juga maraton drama Korea, dan sedikit bernyanyi sambil mainin gitar pink pemberian ayahnya yang tersembunyi di bawah kolong kasur.

Dengan rutinitas seperti itu, Seline sudah cukup puas menikmati hari minggunya berlalu. Tanpa gelak tawa, tanpa gosip-gosip seputar anak populer di sekolah yang biasanya selalu dibahas bersama teman dekat, juga tanpa hangout bareng di balkon kamar sambil makan cemilan ringan.

Hadirnya Bianca seperti pelipur lara akibat tertekan batin karena merasa nggak cukup baik menerima orang baru masuk ke dalam hidupnya selain Mama. Juga lewat tangan anak inilah, Seline akhirnya tahu bahwa mengunjungi rumah teman merupakan hal yang biasa. Nanti juga akan terbiasa sendiri.

Hanya tinggal menaiki dua sampai tiga undakan maka mereka akan sampai di lantai dua rumah. Seline ingin tahu seperti apa koleksi buku novel dan album KPop milik gadis itu.

Bianca pernah cerita dia suka novel chicklit yang pernah terbit di wattpad, novel resign menjadi karya favoritnya dari penulis bernama Almira. Sementara untuk grup idola Korea sih Bianca sering gonta-ganti. Kadang Seventeen, terus bisa dengan cepat berganti menjadi Stray kids. Macam-macam. Seline nggak hapal semua nama yang kerap gadis itu sebutkan karena dia juga bukan pecinta KPop, hanya menikmati sesekali.

Berhenti di lantai dua, jarak kamar Bianca hanya satu meter dari posisi mereka berdiri. Teringat tadi kue di dalam oven belum sempat dia angkat, Bianca mutusin turun ke dapur. Ia takut kuenya gosong. Sebelum turun Bianca berpesan. "Kamar gue yang ada tulisan Joshua ya? Itu bias gue. Masuk aja, Lin. Nggak dikunci kok. Gue mau ke bawah dulu matiin oven, kue yang tadi gue masukin takutnya gosong."

Seline mengangguk atas pemberitahuan tersebut. Apalagi Bianca mengatakannya dengan raut panik seolah dapurnya akan segera kebakaran apabila tidak ia tangani cepat-cepat.

Mereka berpisah nggak lama setelah Bianca menjelaskan. Dia turun ke bawah dengan langkah setengah berlari, kemudian giliran Seline yang mengatur tungkainya berlalu menuju kamar Bianca. Ada nama Joshua katanya tadi, Seline membaca satu persatu tulisan di depan pintu. Lantai dua rumah Bianca terdapat tiga kamar, kamar pertama memiliki daun pintu berwarna coklat tua tanpa tulisan apa-apa, hanya ada tempelan stiker Real Madrid dan Barcelona yang diatur berdekatan.

Pasti kamar cowok, pikir Seline. Bianca kan punya Kakak laki-laki. Seingatnya, olahraga si kulit bundar itu sangat identik dengan kaum laki-laki, dan sudah pasti ini bukan kamar Bianca. Seline meneruskan perjalanannya kembali sembari mengingat nama Joshua terus-terusan.

Ketemu.

Joshua Hong?

Ya ampun, ini sih nama orang China, pikir Seline. Kenapa Bianca menyebutnya orang Korea sih?

Tapi nggak penting juga mau dia orang China atau Korea. Seline hanya perlu membuka daun pintu dan masuk ke dalam kamar tersebut sesuai perintah pemiliknya.

Benar kata Bianca, kamar ini nggak dikunci. Seline jadi lebih leluasa masuk ke dalam, menapaki alas sepatunya di atas lantai keramik unik dan memiliki corak bunga-bunga.

Kamar Bianca luas sekali. Kasurnya berukuran king size berlapis sprei dengan gambar tiga animasi beruang populer. Di samping kasurnya ada dua lemari nakas dengan banyak laci untuk menyimpan barang apa saja.

GUIDE TO YOUR HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang