3. Kebetulannya

458 65 13
                                    

Sinar mentari pagi terlihat menyilaukan, membuat pandangan dua pasang mata tersirami cahaya terang yang menyusup masuk dari balik gorden. Si lelaki membuka matanya lebih dulu sembari mengurai pelukan dan duduk di punggung kasur. "Rein, ini udah pagi."

Yang diajak bicara tak sekalipun berkutik dari tidur lelapnya. Hingga waktu yang terus berjalan membawa langkah kaki Saga menapaki lantai apartemen yang dingin.

"Kita nggak ngelakuinnya kan?" sebelum betulan keluar dari kamar, suara serak gadis yang masih bergelung dibalik selimut menghentikan tungkai kaki Saga berjalan, ia pun menoleh ke belakang, tersenyum tipis. "Aman kok, nggak usah kuatir."

Tanpa membuka kedua matanya, gadis yang masih setengah sadar di atas ranjangnya mengangkat selimut yang sempat tersingkap ke batas tulang selangka. "Baguslah. Gue mabuk parah semalem, ya, Ga?! Ngeri banget ngebayangin diantara kita berdua sempet sama-sama khilaf."

"Nggak akan terjadi, We never cross the line though."

"Yeah," Reina menyahut lewat gumamam kecil. "You promise me to make the scrambled egg for this morning, aren't you?"

"Gofood aja, gue hari ini ada kuliah pagi."

"Nggak bisa gitu dong.." mata Reina langsung terbuka lebar-lebar bersamaan dengan selimut yang sengaja dia singkapkan sampai terjatuh ke lantai. "Gue maunya elo yang bikinin. Lebih enak."

"Gue ada kuliah, sorry banget. Gue harus balik sekarang." Saga membalas tegas, la memutar kenop pintu dan mutusin untuk keluar dari kamar.

Perginya Saga dari hadapan Reina malah mengundang barisan giginya menyembul keluar. "Ck, gue cium dia dulu kali ya sebelum pergi?"

Perempuan itu pun bergegas turun dari ranjangnya, memakai sandal rumah dan mengikuti langkah kaki Saga kemanapun dia berjalan.

Saga menghampiri kamar mandi, mengambil sikat gigi miliknya yang sudah berada di apartemen Reina sejak lama. Jangankan sikat gigi. Kaus, underwear, jins, bahkan shampo yang biasa dia pakai pun ada juga di sana. Perkirakan sendiri hubungan apa yang tengah mereka jalani saat ini.

Berdiri di sebelah Saga, Reina mengambil sikat gigi miliknya dan ikut melakukan hal yang sama. Sesekali mereka akan saling bersenggolan bahu, kadang tertawa, dan menggodai satu sama lain. Kemudian Saga selesai lebih dulu, meraih cleanser lalu membersihkan wajahnya yang berminyak dengan sungguh-sungguh. Setiap kali ia selesai akan urusan sepelenya bersamaan dengan Reina yang juga selesai sikat gigi, si gadis akan memberinya sentuhan bibir.

"Lo kayaknya perlu cukuran, deh, Ga?!"

"Hemm..," jawab Saga datar, ia meraih handuk di cantelan dan mengeringkan wajahnya. "Next time. Gue lagi mau buru-buru ngampus nih. Ujian udah nunggu."

Reina berdecih samar. "Sejak kapan lo ke kampus sepagi ini?"

"Sejak UTS udah nungguin gue."

"Ini baru satu bulan sejak tahun ajaran baru, honey. Nggak make a sense banget alasan lo."

"Terus gue harus beralasan apa lagi?"

"Ya bilang aja lo mau buru-buru pergi."

"Kan tadi udah gue bilang."

"Iya, tapi—"

"Kalau lo lupa, gue ingetin sekali lagi," Saga memagut tatapan lurus ke depan, mengenai dua bola mata bening Reina yang juga menatap cowok itu sama lurusnya. "We're just a partner, Reina. Gue punya kehidupan gue sendiri yang nggak perlu lo tanya-tanyai secara detil. We made out last night, and its enough. What would you do after this? Just let me go, okay?"

GUIDE TO YOUR HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang