34. Konfrontasi

352 53 31
                                    

"Baru jam setengah satu," kata Saga pelan sambil menggerakkan bola matanya ke arah Seline. Ketika mendengar suara itu beratensi, Seline langsung tersentak dari lamunan singkatnya tentang sesuatu hal yang hinggap di kepala.

"Apa Ga?" mata Seline mengerjap kedua-duanya. Mereka saling menatap lurus satu sama lain.

"Tadi gue barusan bilang ini baru jam setengah satu. Lo nggak mau main-main dulu nih?"

"Main-main kemana?"

Suara Glenn Fredly yang terdengar dari tape musik mobilnya mengalun lembut. Saga sedikit mengecilkan volume suara tersebut untuk membuat suasana di dalam mobil lebih senyap. Saga baru akan mengatakan jawaban dari pertanyaan yang tadi Seline ajukan, sebelum akhirnya gadis itu membuka mulut lebih dulu.

"Kembali ke awal," kata Seline tiba-tiba.

"Hah?" Saga langsung kaget. "Apanya yang kembali ke awal?"

Seline tersenyum kecil, "Lagu ini judulnya kembali ke awal." gadis itu beralih menatap lurus ke depan lalu kembali mengulas senyum simpul.

Berikan 'ku alasan untuk tetap bersamamu setelah lelah berharap.

Berjarak dengan waktu, semoga mendewasakan arti rasa satu itu, berkaca kau dan aku...


"Sial!!" Saga memukul setir kemudi hingga menimbulkan suara, bukan karena ia emosi namun lebih kepada gemas. "Pas banget ya liriknya? Anjir."

"Nggak kok, aku nggak maksud gitu haha." Seline mengulurkan tangannya ke kursi belakang, mencari ponsel yang ia letakkan di dalam salah satu pouch tas. "Ga.." panggilnya kemudian.

"Hmm?" Saga mencondongkan dadanya lebih mendekat guna mempertipis jarak. Jangan salahkan gesturnya, hanya saja dengan begini Saga bisa langsung mengerti apa yang ingin Seline perlihatkan.

"Aku pengen ke sini." tunjuk Seline ke sebuah gambar banner promosi event literasi. "Ini di Jakarta ada nggak?"

"Coba sini gue liat!" Saga mengambil ponsel Seline, membaca apa yang tertera. "Ah, ini sih cuma ada di Jogja kayaknya." Saga menyunggingkan senyum tipis.

"But its okay, kita bisa ke sana kalau lo mau." ia mengatakan itu seolah yakin seratus persen bisa tiba di sana dalam satu kali kedipan mata, membuat Seline langsung memberenggut.

"Kamu pikir Jogja itu nggak jauh?"

"Jauh lah!" ulasan senyum masih menempel di bibir cowok itu, Seline semakin sebal.

"Kalau jauh kenapa masih mau ngajak ke sana?"

"Lho, yang nanyain kan elo? Gue cuma menawarkan tumpangan gratis."

Seline langsung diam, tangannya bergerak untuk merampas ponsel satu-satunya yang dia punya dari tangan Saga, namun cowok itu nggak serta merta langsung memberi. "Do you really want to come here?" tanyanya dengan sorot serius.

"Nggak kok." Seline kembali berusaha, tapi tetap saja Saga nggak mau memberikan ponselnya dengan mudah. "Balikin dong, aku mau nelepon Mama."

"Kenapa setiap lo mau kemana-mana nyokap lo harus tau sih?"

"Cause i'm the only one her daughter."

"Me too!" Saga meninggikan suaranya. "Gue juga anak satu-satunya."

"Tapi kamu cowok, orang tua kamu pasti ngebebasin kamu mau ngapain aja. Sayangnya, aku bukan kamu, Ga! Aku nggak bisa kayak gitu karena Mama terlalu kuatir sama aku. Aku tahu kamu mau bilang aku ini anak manja kan? Nggak apa-apa! Semua orang bilang gitu kok, aku udah biasa."

GUIDE TO YOUR HEART ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang