Selagi memilih baju tidurnya di hotel dan menatap diri di cermin, Go Munyeong teringat akan Moon Kangtae. Dia yakin, bahwa dia dan Kangtae pasti akan bertemu lagi. Segera. Dia tidak sabar menantikannya.
Sedangkan Kangtae, di rumah, sedang mencari informasi tentang lowongan pekerjaan sitter melalui laptopnya. Dia sudah mendapatkan beberapa lowongan, dan, walau bagaimanapun, dia cukup tergoda oleh lowongan di RSJ OK yang tadi Juri beri tahukan. Akankah Sangtae baik-baik saja kalau mereka pindah ke sana?
Kangtae mencari tahu, di internet, tentang RSJ OK, dan beberapa artikel menyebutkan bahwa Oh Jiwang, direktur rumah sakit tersebut, adalah seorang ahli perawatan trauma terbaik di Korea. Kalau begitu, apakah Sangtae juga bisa mendapat perawatan darinya?
Kangtae meng-klik salah satu artikel. Menurut Direktur Oh, dalam artikel tersebut, jika kau ingin mengatasi trauma, kau harus menghadapinya dan bukan menghindar. Oh, tapi Kangtae tidak begitu yakin akan melakukannya atau memaksa Sangtae untuk melakukannya.
Keesokan harinya, Sangtae beraktivitas dengan ditemani oleh suara televisi. Dia berkeramas, melembabkan wajah, merapikan rambut, hingga menyemprot parfum, demi acara fansigning buku Go Munyeong. Tapi Jaesu, yang bertugas mengantarnya ke acara itu, tidak bisa dihubungi karena masih tidur akibat mabuk semalam. Alhasil, Kangtae sendirilah akhirnya yang mengantar Sangtae—padahal dia sangat tidak ingin bertemu lagi dengan wanita itu.
Sangtae sangat antusias. Pada jarak yang tidak terlalu jauh dari lokasi acara, ada petunjuk jalan menuju lokasi dengan wajah Go Munyeong sebagai pemandunya. Dalam penglihatan Sangtae, wajah itu tersenyum dan melambai padanya. Ah, Sangtae senang sekali bisa bertemu dengan Go Munyeong.
Sangtae berjingkrak-jingkrak sepanjang jalan, dan kebahagiaannya ini dihujani oleh berjatuhannya kelopak-kelopak bunga yang berguguran. Dia juga mendapat balon gratis dari badut di tepi jalan, dan, walau balon itu akhirnya terlepas dari tangan, Sangtae tetap gembira dan mengucapkan selamat jalan pada balon yang berterbang pergi itu.
Kemudian gambar seekor burung pada suatu poster menghidup dan terbang. Burung itu menyentuh payung-payung yang berjajar di antara dua gedung pertokoan hingga payung-payung tersebut menjadi warna-warni dan bersinaran. Wah, itu sangat indah di mata Sangtae.
Setelah itu, ada sketsa manusia—di dinding—yang mengajak Sangtae menari bersama. Lalu ada payung-payung yang mengambang, memberi tahu Sangtae tentang hujan, dan, “Hyung, jangan lari!” teriak Kangtae, sambil tertawa. Ah, perjalanan menuju acara Go Munyeong saja sudah semenyenangkan ini bagi Sangtae. Kangtae senang sekali melihatnya.
Dan, sesuai perkiraan, acara ini ramai sekali didatangi penggemar. Antreannya penuh dan memanjang hingga ke luar area toko buku yang dilokasikan, banyak kilatan-kilatan kamera, dan Munyeong harus sangat cepat membuat tanda tangan pada setiap buku yang disodorkan agar semua penggemar bisa mendapatkannya. Selain itu, dia juga melayani foto bersama—tapi dengan tidak setulus hati. Dia hanya melebarkan bibir seadanya, alih-alih tersenyum—berbeda dengan foto-fotonya yang ada di berbagai merchandise. Dan, sejauh ini, Munyeong masih belum melihat tanda-tanda kedatangan Moon Kangtae.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO BUT IT'S OKAY
FanfictionNovelisasi dari drama yang berjudul 사이코지만 괜찮아 karya Penulis Joyong dari Korea Selatan. Drama ini menceritakan tentang Moon Kangtae, seorang sitter bagian psikiatri, yang sangat menyayangi kakak laki-lakinya, Moon Sangtae, yang adalah penyandang auti...