Rumah Ibu Kang penuh dengan desisan daging malam ini. Ibu Kang mengadakan bakar-bakar daging bersama Juri, Jaesu, Sangtae, Wadir Lee dan Penata Yoo di ruang tengah rumahnya. Masing-masing dari mereka memakan lahap daging-daging yang sudah matang.
“Jam berapa Kangtae akan datang? Kan bagus kalau dia ikut makan di sini juga,” obrol Ibu Kang, sambil membolak-balik daging di panggangan. Dia harus agak berteriak karena suara desisan dagingnya.
“Dia akan pulang terlambat malam ini.” Jaesu memberi tahu, menjawab pertanyaan Ibu Kang.
“Dia ada kerja paruh waktu?” Juri agak khawatir.
“Bukan, ada janji.” Sangtae menjawab.
“Dengan siapa?” Ibu Kang penasaran.
“Ada-lah, seseorang. Karena diskors, dia jadi punya banyak waktu dan ingin refreshing katanya.” Jaesu sama sekali tidak membahas Munyeong di sini.
“Oh, iya. Sesekali, dia juga harus refreshing, selagi bisa. Bagus,” komentar Ibu Kang, netral. Dia masih membolak-balik daging di panggangan sementara Juri bertugas memotong-motong.
“Auh, Juri-ssi, kau memanggang terus. Makan jugalah. Ini.” Wadir Lee menjulurkan tangannya melalui panggangan dan Ibu Kang kepada Juri, untuk menyuapinya sepotong daging.
“Tidak, terima kasih. Saya bisa makan sendiri.” Juri menolak dengan dinginnya.
Wadir Lee jadi malu, dan dia tidak bisa begitu saja menarik kembali tangannya ke belakang dan memaksa Juri untuk makan dan akhirnya menjejalkan potongan dagingnya ke mulut Juri saat Juri sedang bicara. Terpaksa, Juri harus mengunyah potongan daging itu.
Ibu Kang menahan sipu melihatnya.
Penata Yoo bicara pada Sangtae, “Pak Ilustrator, bagaimana pekerjaan Anda dengan Bu Penulis? Apa berjalan lancar?”“Hm, bekerjanya nanti. Nanti itu, suatu saat, sebelum mati. Nanti.” Sangtae menjawab sambil menelan-nelan makanan di mulutnya.
“Ap-apa? Sebelum mati? Auh, dia itu harusnya lebih rajin sedikit. Bagaimana ini? Ah.” Wadir Lee menengadah panas karena potongan daging di mulutnya.
“Kalian sudah akrab, ya, sekarang?” tanya Ibu Kang, tentang hubungan Sangtae dan Munyeong.
“Ya, ya. Kami partner. Partner. Partner itu tidak ada rahasia di dalamnya.”
“Kalau begitu, kenapa kau tidak ajak saja dia ke sini? Aku juga kan pernah mengajaknya makan bersama waktu itu.”
“Tak mau katanya. Dia mau pergi, main, sendiri. Padahal aku juga mau main dengannya.” Sangtae manyun-manyun kecewa karena ditolak Go Munyeong, dan Jaesu merengek-rengek ngambek pada Sangtae karena ajakan mainnya tadi sempat ditolak olehnya.
Wadir Lee mengernyit, “Aneh. Biasanya Munyeong itu kan gak akan mau ke mana-mana di musim panas begini.”
“Mungkin mereka pergi bersama. Bu Penulis dan Pak Sitter, maksudnya.” Penata Yoo berceletuk selagi berusaha menyomot daging dari panggangan. Dia satu-satunya orang yang tidak menyadari kalau ucapannya barusan itu mungkin akan menyakiti perasaan Juri.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHO BUT IT'S OKAY
FanfictionNovelisasi dari drama yang berjudul 사이코지만 괜찮아 karya Penulis Joyong dari Korea Selatan. Drama ini menceritakan tentang Moon Kangtae, seorang sitter bagian psikiatri, yang sangat menyayangi kakak laki-lakinya, Moon Sangtae, yang adalah penyandang auti...