08 - 3 : SEORANG PENGGEMAR

89 13 0
                                    

Direktur Oh mendongak-dongak mengamati rekaman CCTV koridor sekitar kamar 203 tadi malam. Di situ terekam Go Daehwan nampak tersiksa oleh sesuatu di kepalanya sendiri, sebelum Sitter Oh dan Kepala Park datang. Kemudian Direktur Oh berpindah ke rekaman CCTV lain yang menyorot sekitar meja jaga lantai dua, dan di situ seorang wanita terekam melintas lalu menoleh ke arah kamera. Dia adalah Bu Park. Direktur Oh segera memanggilnya datang ke ruangan. Tak lama, Bu Park pun datang dibawa Kangtae.

 Tak lama, Bu Park pun datang dibawa Kangtae

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Auh. Bu Park Okran, selamat datang. Silakan duduk sebelah sini.” Direktur Oh menyarankan kursi khusus yang ada di sebelah kiri meja kerjanya untuk Bu Park.

Bu Park duduk di kursi itu, dan Kangtae diminta untuk tetap tinggal di ruangan guna berjaga-jaga—alih-alih diizinkan pergi setelah mengantar Bu Park.

Direktur Oh mengobrol pada Bu Park, “Auh, Anda terlihat semakin baik saja belakangan ini.”

“Ya berarti obatnya manjur. Kenapa aku dipanggil?” Bu Park sinis. Dia duduk bersedekap dan menumpangkan kaki.

“Ada beberapa hal yang perlu kutanyakan. Mm, kemarin, sekitar tengah malam, apakah Anda melihat Pak Go Daehwan di koridor?” Direktur Oh bertanya sebaik-baik mungkin, agar Bu Park tidak tersinggung.

“Aku memang pergi ke toilet tengah malam tadi, tapi aku tidak melihatnya,” jawab Bu Park, agak jual mahal.

Direktur Oh bertanya lagi, “Kalau begitu, apa Anda bernyanyi saat di toilet?”

“Bernyanyi? Bernyanyi apa?” Bu Park tidak mengerti maksud Direktur Oh.

Menurut informasi yang Direktur Oh dapatkan dari Pak Kan, Go Daehwan itu terus meracau tentang mendengar suatu lagu. Kalau tidak salah, begini lagunya, “Oh my darling, oh my darling. Oh my darling, Clementine. You were lost and gone forever. Dreadful sorrow, Clementine.” Direktur Oh menyanyikan sebagian dari lagu itu, dan Kangtae menyadari bahwa lagu itulah yang Go Daehwan bilang sering dinyanyikan Do Heejae untuk Munyeong.

“Aku bukan hantu," desis Bu Park.

“Apa?” Direktur Oh tak mengerti.

“Yoo Seonhae,” Bu Park menyebutkan Bu Yoo, “Menurut dukun gadungan itu, tiap tengah malam sering ada hantu yang menyanyi di koridor. Aku bukan hantu, Pak Direktur.”

“Ouh, tentu saja bukan. Intinya, Anda tidak bernyanyi, kan?”

“Tidak!” Bu Park agak kesal.

“Yah, baiklah.” Direktur Oh mengkode Kangtae untuk mengantar kembali Bu Park ke kamar rawatnya. Pembicaraan mereka selesai begitu saja.

Saat diantar Kangtae menuju kamar rawat, Bu Park berjalan dengan merabai pegangan dinding dan tiba-tiba saja dia mendesiskan tawa.

“Kenapa … Anda tertawa?” tanya Kangtae, kaget.

“Tidak apa-apa. Hanya saja … selama berbulan-bulan aku tinggal di sini biasanya semua orang tidak pernah menganggapku ada, tapi sekarang tidak. Hmh, lumayan,” desis Bu Park.
Kangtae tak mengerti maksudnya.

PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang