Novelisasi dari drama yang berjudul 사이코지만 괜찮아 karya Penulis Joyong dari Korea Selatan. Drama ini menceritakan tentang Moon Kangtae, seorang sitter bagian psikiatri, yang sangat menyayangi kakak laki-lakinya, Moon Sangtae, yang adalah penyandang auti...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kangtae mengejar Munyeong hingga ke luar gedung dan menghentikannya, tapi Munyeong terlalu lelah untuk mendebat. Dia hanya, “Lepas,” ucapnya, lemah.
“Tolong, dengarkan dulu—”
“Sayapnya ada tiga pasang,” sebut Munyeong, mengingatkan dan, “Bros kupu-kupu mutan seperti itu hanya ada satu, dan ibuku yang merancangnya. Tapi kenapa kupu-kupu itu bisa ada di lukisan Oppa?”
Kangtae bingung sekali. Dia hanya bisa menyangkal tanpa memiliki penjelasannya, “Tidak, ini tidak seperti yang kaupikirkan—”
“Lalu kenapa kau tidak menyangkalnya saat aku bertanya tadi?” Munyeong menuntut, “Aku tidak akan lari. Kau tidak perlu mengikutiku lagi. Aku hanya butuh waktu untuk berpikir. Kita bicara lagi nanti.” Munyeong pergi dari RSJ OK, masuk ke mobilnya dan terengah-engah dengan sangat kebingungan.
Kangtae pun tidak berbeda. Dia amat terguncang, tak tahu harus bagaimana, dan akhirnya menghubungi Wadir Lee untuk menemani Munyeong, supaya gadis itu baik-baik saja dan tetap terawasi.
Ibu Kang menelepon. Karena teleponnya ini, Kangtae kembali ke dalam gedung, tepatnya ke dapur rumah sakit. Kangtae diberi tahu bahwa Sangtae meringkuk di bawah meja, dan tak mau keluar, seperti tempo hari.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sangtae sedang bercerocos sendirian saat Kangtae menghampirinya, “I-i-i-ibu kupu-kupu dan anaknya itu kenapa ada di sana? Ada di-ada di lukisanku? Si-siapa yang gambar? Tidak-tidak. Tidak-tidak!”
“Hyung,” Kangtae memanggil, “ayo keluar. Hm?”
“Kupu-kupu-kupu yang membunuh Eomma me-me-me-mengejarku. Di-di-di-dia mengejarku sampai ke sini. Ah.” Sangtae panik dan ketakutan.
Kangtae menjelaskan dengan lembut bahwa, “Kupu-kupu itu bukan ibu kupu-kupu dan anaknya yang Hyung lihat itu, tapi dia adalah kupu-kupu mutan yang punya tiga pasang sayap.”
“Mu-mu-mu-mutan?” Sangtae masih ketakutan, “Itu bukan kupu-kupu yang kulihat?” tanyanya dan, “Ya. Kupu-kupu seperti itu memang langka, tapi aku bahkan pernah melihatnya beberapa kali di taman rumah sakit.” Kangtae menenangkan.