10 - 3 : CUKUP BERAT

84 9 0
                                    

Karena terus merasa tidak tenang, Munyeong akhirnya memutuskan untuk melakukan sesuatu, yang sudah lebih dulu sedang Jaesu lakukan di ruang isolasi RSJ OK. Dia memanjang-manjangkan leher ke arah Sangtae yang kali ini berpura-pura tidur dengan begitu keras, dan berkata, sambil membuka tutup piza yang dibawanya agar aroma piza itu keluar, “Aih, padahal aku membawakan semua rasa kesukaan Hyungnim nih. Harus dimakan selagi hangat. Pasti enak sekali nih.”

Sangtae terlihat menahan diri kuat-kuat, sementara Jaesu terus menggodanya dengan kata-kata ‘lezat’ dan aroma piza yang diangin-anginkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sangtae terlihat menahan diri kuat-kuat, sementara Jaesu terus menggodanya dengan kata-kata ‘lezat’ dan aroma piza yang diangin-anginkan. Uh, Sangtae tidak boleh tergoda! Dia jelas-jelas memalingkan muka dari aroma piza itu dan menahan diri semakin kuat.

Melihat itu, Jaesu hanya tersipu dan, “Ouh, aku tidak boleh terlalu lama meninggalkan toko nih. Aku harus kembali sekarang dan lanjut jualan, kan tidak ada yang membantu juga. Hm, semoga pas aku datang lagi nanti, kotak pizanya sudah kosong ya? Aku akan senang sekali kalau begitu. Ah.” Lalu Jaesu menaruh pizanya di kaki Sangtae dan keluar dari ruang isolasi ini, dengan hati-hati, berpura-pura agar Sangtae tidak terbangun dari tidur palsunya.

Begitu terdengar suara pintu ditutup, Sangtae membuka sebelah mata dan sebelahnya lagi dan sangat tergoda oleh piza Jaesu tadi. Haruskah dia memakannya saja atau—

Sangtae bergumul di dalam selimutnya dan menarik masuk piza Jaesu ke dalamnya, lalu dia melahap potongan-potongan piza itu dengan bersemangat di sana hingga KLAK-BRUK-PRAK, seseorang melemparkan sebuah buku ke ruang isolasi ini lalu pergi begitu saja.

Untuk sesaat, Sangtae membeku di dalam selimut. Lalu, karena dia tak mendengar suara apa pun lagi, dia menjulurkan kepalanya ke luar selimut dan menemukan sesuatu di depan pintu. Dia turun untuk mengambilnya dan membaca, “Pembunuhan Penyihir Barat? Do Heejae?” dan ada memo juga terselip di buku itu, bertuliskan ‘Sang adik membunuh kakaknya’.

Karena tulisan itu dirasa menarik, Sangtae pun mulai membaca buku itu di ranjang. Kepala Park memerhatikannya dari kaca pintu, dan dia hanya menarik napas. Setelah beberapa langkah, dia melihat Bu Park di depan dinding tangga lukisan Sangtae. Hm, walau bagaimanapun, Kepala Park mencemaskan sesuatu tentang pasiennya itu.

 Hm, walau bagaimanapun, Kepala Park mencemaskan sesuatu tentang pasiennya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang