16 - 2 : RESEP TERAKHIR

109 9 0
                                    

“Jenderal!” seru Direktur Oh, ceria

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jenderal!” seru Direktur Oh, ceria. Padahal dia tahu kalau Pak Kan pasti hanya pura-pura tidak menyadari bahwa bidak jenderalnya berada dalam bahaya. Direktur Oh pun memenangkan lagi permainan janggi-nya untuk yang kesekian kali.

“Ah, aku kalah lagi,” Pak Kan pura-pura kecewa. Lalu katanya, “Kali ini mau kubelikan apa? Sosis? Jagung? Cokelat?”

Direktur Oh senyum-senyum, “Pura-pura kalah itu sulit, kan?”

“Eh?” Pak Kan kaget.

“Kelihatan jelas, kau itu sedang pura-pura.”

“Aih? Habisnya belakangan ini kau kelihatan tidak bersemangat sih.”

“Jadi, selama ini kau pura-pura kalah taruhan supaya bisa membelikanku makanan, begitu? Nah, ambil.” Direktur Oh memberikan sesuatu untuk Pak Kan.

Pak Kan menerimanya.

“Itu resep terakhir yang bisa kuberikan untukmu,” kata Direktur Oh, selonjoran.

Pak Kan menemukan sepasang sepatu di dalam tas kertas yang Direktur Oh berikan padanya tadi. Dia terharu sekali.

“Kau selalu saja bilang ingin segera keluar dari sini, tapi alasannya pintunya tak kelihatan-lah, tak ketemu0lah ini-lah, itu-lah. Jangan mencari-cari alasan terus, pakai itu dan pergi ke luar. Jangan kembali sebelum kau menemukan pintunya,” kata Direktur Oh, menasihati.

“Aih. Oh.” Sebagai bentuk syukur, Pak Kan segera mencoba memakai sepatu itu dan ukurannya pas sekali. Direktur Oh senang mendengarnya.

Kemudian Direktur Oh keluar dari ruangannya, berjalan sebentar di koridor, dan mendengar suara dengkuran dari ruang penyimpanan. Ketika dilihat, rupanya yang tidur adalah Sitter Oh, putranya sendiri. ‘Auh, anak ini pasti sangat kelelahan,’ pikir Direktur Oh, kasihan. Direktur Oh mengelus-elus pipi putranya itu, lalu rambutnya, tapi kemudian dia menjewer keras telinga putranya yang tidur di tengah jam kerja ini. Otomatis, Sitter Oh terbangun dan berteriak, “ARGH! Sakit, sakit, sakit, sakit! Appa sakit!”

Perawat Seon, Dokter Kwon dan Juri yang mendengar teriakannya di meja jaga menganga bingung. Mereka pikir, mereka bertiga ini telah salah dengar. Tapi, tiba-tiba Direktur Oh keluar sambil menjewer telinga Sitter Oh dan berkata pada mereka bertiga, “Hey, cepat kalian pecat anak ini.”

Sitter Oh melepaskan diri dan, “Aku akan berhenti kerja sebelum Appa memecatku!” serunya, memberontak lalu kabur.

Direktur Oh menangkapnya sebisa mungkin.

Perawat Seon bertanya-tanya, “’Appa’ katanya? Saya tidak salah dengar, kan?”

“Jadi, Sitter Oh itu anak bungsunya Pak Direktur yang sering diceritakan nakal itu?” Dokter Kwon mengambil kesimpulan dan Juri menyahut, “Jadi karena itu Sitter Oh sering bersikap tidak sopan selama ini?” Mereka baru tahu kalau Sitter Oh adalah putra bungsu Direktur Oh.

PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang