10 - 6 : RAHASIA BESAR

94 8 0
                                    

Juri merasa pening dan tidak enak perut saat bangun dari tidur. Entah mau apa, dia menyingkap-nyingkap selimut dan bantal mencari ponsel. Penata Yoo, yang baru kembali dari dapur sehabis mengambil minum, membantu Juri ‘menemukan’ ponselnya yang terselip rapi di saku celana.

“Di sini.” Penata Yoo mengambilkannya dan, “Oh,” Juri tidak terlalu malu atas ini. Dia bertanya, “Kemarin, saat mabuk, aku tidak melakukan yang aneh-aneh, kan?”

“Aneh apa? Eonni hanya muntah banyak, dua kali, di mobil Pak Wadir. Tapi tidak usah dipikirkan, itu bagus, supaya Pak Wadir mengganti mobilnya dengan yang baru. Mau minum?” tawar Penata Yoo, di kala Juri mengaduh sakit kepala karena ‘musibah’ yang dia timpakan sendiri pada dirinya tadi. Terpaksa, Juri mengambil gelas yang disodorkan Penata Yoo untuk setidaknya sekedar mengalihkan perhatian dirinya sendiri dari musibah itu.

Saat berangkat kerja, Juri melihat Kangtae di halte bus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat berangkat kerja, Juri melihat Kangtae di halte bus. Dia ragu untuk menghampirinya, tapi, Kangtae menoleh dan tersenyum duluan padanya, dengan wajah pucatnya. Juri pun mendekat saja ke halte bus itu, dan naik bus bersama menuju RSJ OK.
Di bus, Kangtae mengobrol, “Bagaimana sekarang? Sudah baikan?”

“Hah?” Juri agak salah paham.

“Sudah tidak mual lagi?”

“Oh? Ya. Tapi kok, kau bicaranya pendek-pendek sekarang?” Juri merasa aneh, karena biasanya Kangtae lebih sopan dan jarang lupa berbasa-basi.

Itu karena … saat Juri dibawa pulang oleh Wadir Lee tadi malam, Juri melihat Kangtae juga—yang menunggu tas pakaian Sangtae—saat turun dari mobil dan, “Eh? Moon Kangtae!” sapanya, tidak biasa.

“Kau minum banyak, ya?” Kangtae agak terkejut karena biasanya Juri memanggilnya dengan sebutan ‘Kangtae-ssi’, bukan hanya ‘Moon Kangtae’.

“EISH. SSH!” Juri mendesis.

“Sudah, mengumpatnya, telingaku pegal nih.” Wadir Lee mencoba menghentikan, tapi malah disikut keras oleh Juri.

Juri perlu membuat perhitungan dengan Kangtae. Dia menuduh, dengan suara telernya, “Kau sengaja menyuruhku ke sana, kan? Supaya aku baikan dengan Go Munyeong, supaya dia gak kesepian, huh? Kau hanya mikirin dia, huh? Keparat, kau. Sial. Padahal jelas-jelas KAU TAHU AKU MENYUKAIMU, HUH? TAHU, TIDAAAAK?!”

Wadir Lee buru-buru membungkam mulut gadis itu dan menyuruhnya diam sebelum semua orang terbangun karenanya di tengah malam ini.

Dengan agak bingung, Kangtae menjawab, “Kau bilang, kan, aku berhak untuk bersikap egois.”

Juri menggigit tangan Wadir Lee untuk menyingkirkannya dari mulut dan dia bisa berkata, “Memangnya aku nih cewek murahan, hah?”

“Aih, tapi kok, kau bicaranya begini sih?” Kangtae sangat dibingungkan oleh gaya bicara Juri yang sangat berbeda dari biasanya, ketika dia tidak mabuk.

PSYCHO BUT IT'S OKAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang