37. QUEEN

3.3K 204 77
                                    

Heyo... WhatsApp checkkkkk...
Ada yang setuju aku buat lapak Evan dan Gia? Tapi ya gitu isinya bikin ngakak semua, enggak bikin emosi kayak cerita Queen:)

Oh iya satu lagi, part selanjutnya bakalan author privat, karena part selanjutnya akan seru, jadi buat kalian yang belum follow akun author kalian harus follow supaya bisa baca:)

Selamat membaca cerita Queen:)

Mutiara duduk di dalam ruangan club malam, dia bersandar pada banyak laki-laki hidung belang yang meminum alkohol. Sesekali Mutiara menuangkan alkohol itu kepada laki-laki hidung belang.

"Jadi kapan akan kita mulai permainan kita malam ini?" Tanya Mutiara dengan sangat sensual, dia mencium bibir laki-laki itu dengan sangat rakus.

"Terserah pada kamu, tapi saya tidak memiliki uang yang banyak, seperti para laki-laki lain," jawab laki-laki itu.

"Tidak masalah, cukup di bayar lima puluh ribu itu sudah cukup," sahut Mutiara.

Laki-laki itu tersenyum lalu mengangguk.

Beberapa orang didekat Mutiara berdecih jijik menatap ke arahnya, dari awal mula Mutiara masuk dia tidak mengetahui, jika Fajar, Evan, Bryan dan Andra, sudah duduk didekat Mutiara sambil mendengarkan pembicaraan Mutiara pada laki-laki hidung belang.

Mutiara bangkit berdiri dari duduknya, dia menarik kerah baju laki-laki yang digodanya lalu mengajaknya naik ke atas untuk menyewa kamar.

Melihat Mutiara naik ke atas membuat, Evan dan yang lainnya saling bertatapan lalu tersenyum sinis. "Permainan akan segera di mulai," ucap Evan dengan sinis, membuat Fajar dan yang lainnya langsung mengangguk.

*****

Queen berulang kali menghela napas di atas ranjang sambil menatap ke arah ponselnya. "Sebenarnya mereka berhasil enggak sih?" Keluh Queen sambil menatap ke arah Gia, Gita, dan Gina.

"Pasti berhasil lah Queen, Abang Lo kan handal, enggak mungkin dia gagal," sahut Gita.

"Tapi masalahnya mereka udah tiga jam pergi tapi enggak pulang-pulang. Gue jadi takut mereka kepincut sama jalang-jalang di club,"

"Lo jangan berpikiran negatif lah, pikir positif aja gue yakin mereka enggak bakal kepincut, dan mereka pasti bakalan fokus sama rencana kita,"

Queen mengangguk pelan, lalu pandangannya beralih ke arah Gia. "Gi!!" Panggil Queen.

Gia menatap ke arah Queen lalu menaikan sebelah alisnya.

"Soal ucapan lo semalam, Lo serius?"

Gia mengerutkan dahinya bingung, "ucapan yang mana?" Tanyanya.

"Soal bang Evan Lo suruh lamar Lo," jawab Queen.

Gia tertawa kecil, "ya enggak lah," ucapnya, "mana mungkin gue serius, lagian semua orang pasti tau kok kalau gue semalam cuma becanda, dan enggak mungkin juga kan gue mau sama Abang Lo yang udah tua,"

"Abang gue enggak tua-tua amat Gia, umur Abang gue masih dua puluh enam tahun,"

"Ya tapi tetep ajakan gue sama Abang Lo selisihnya jauh banget,"

"Enggak jauh kok, cuma delapan tahun,"

"Tetep aja jauh, lagi pula enggak mungkin lah bang Lo mau ngelamar gue,"

"Mungkin Gia, karena abang gue, enggak pernah main-main sama ucapannya,"

Gia tertawa kecil, "terserah Lo deh, tapi gue tetep enggak yakin Abang Lo mau ngelamar gue," setelah mengatakan kalimat itu, pintu ruangan Queen terbuka. Mereka berempat menatap ke arah pintu lalu tersenyum kecil saat melihat Evan dan yang lainnya masuk ke dalam ruangan Queen.

"Gimana? Berhasil?" Tanya Queen.

Evan mengangguk sebagai jawaban.

Queen menarik napas lega, dia tersenyum menatap Fajar lalu memberi isyarat kepada Fajar melalui matanya menyuruh Fajar mendekat, "kirain kalian bakalan kepincut sama jalang disana,"

"Ya enggak lah, jalang di sana body nya enggak montok," sahut Bryan.

"Dih... Ngomongin body, Lo sendiri aja bodynya enggak sispek," sahut Gia, membuat semua orang disana langsung tertawa.

Evan menatap ke arah Gia lalu tersenyum, "ayo pulang," ajak Evan, membuat Gia langsung menaikan sebelah alisnya.

"Ya pulang aja sana ngapain ngajak-ngajak gue," bantah Gia.

"Masalahnya, bagaimana saya akan melamar kamu jika kamu saja tidak ada di rumah," ucap Evan.

"WHAT!!!" mendengar ucapan Evan membuat semua orang didalam ruang Queen berteriak kaget, kecuali Queen. Dia sudah menduga jika Evan akan benar-benar melamar Gia, karena Evan tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Gia menggeleng cepat, "enggak ada, enggak ada, apaan main lamar-lamar aja,"

"Bukannya kamu yang menyuruh saya melamar kamu,"

"Tapi kan itu gue becanda, lagi pula semua orang pasti juga bakalan tau kalau gue cuma becanda, ya kan guys," Gia menatap ke arah teman-temannya.

Seketika semuanya hening, tidak ada satu orang pun dari teman-temannya yang menjawab. Gia memberi kode kepada Queen untuk menjawab, tetapi dengan gampangnya Queen malah menggelengkan kepalanya dan tersenyum sambil menunjukan deretan giginya.

Gia menatap ke arah Evan yang sedang tersenyum sinis, "bagaimana? Apa ada salah satu dari mereka yang menganggukan kepala atau berkata 'iya'?" Tanya Evan.

Gia menggeleng dengan pelan.

"Kalau begitu, ayo pulang dan saya akan melamar kamu," ucap Evan dan langsung menarik pergelangan tangan Gia.

"Eh... Eh... Apa-apaan ini, main tarik-tarik aja," Gia berusaha melepaskan cekalan tangan Evan dari pergelangan tangannya, dia menatap teman-temannya dan memberi kode agar teman-temannya mau menolongnya, tapi semuanya diam, tidak ada satupun dari mereka yang mau menolong Gia, malah mereka hanya tertawa mengejek menatap Gia yang ditarik oleh Evan keluar dari ruangan Queen.

*****
Okee..
Sekian...
Author lagi nggak mood nulis.... Jadi ya maap:)

Eh iya, ada yang setuju enggak aku buka lapak tentang cerita Gia dan Evan? Tapi ya gitu isinya bikin ngakak semua, konfliknya enggak sebanyak di Ferit Queen:)

Jangan lupa vote dan Komen:)

Oh iya...
Part selanjutnya akan author privat, karena part selanjutnya akan seru banget, jadi buat kalian yang belum follow author harus follow supaya bisa baca:)

Terima kasih sudah membaca cerita QUEEN:)

QUEEN (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang