35. QUEEN

3.3K 213 127
                                    

Hy... Sebelumnya aku mau tanya kalian berasal dari kota mana aja?

Oh iya author juga mau tanya, disini ada anak broken home enggak sih? Kalau ada please komen, author butuh temen cerita soal nya. Dan author cuma mau cerita sama orang yang nasib sama kayak author:) sama-sama broken home:)

Jujur aja author hari ini enggak mau update karena author lagi dirudung sama banyak masalah. Ya... Maklum lah anak broken home:)

Author kebanyakan curhat ya? Hehehe ya maaf, author enggak tau mau cerita sama siapa lagi soalnya:)

Selamat membaca cerita QUEEN:)

"Mama tidak mau tahu, apapun yang terjadi kalian harus membalas perbuatan Mutiara," perintah dari Ratu membuat Evan dan Papanya langsung saling tatap dan mengangguk paham.

Fajar dan teman-teman Queen sudah menceritakan semua kejadiannya kepada Evan, Ratu dan papa Queen. Mereka mengepalkan tangan m aereka dengan erat saat mendengar semua penjelasan yang diceritakan oleh Fajar.

Evan mengambil ponsel dari dalam sakunya dan langsung menelepon orang kepercayaannya. "Saya ingin kamu mencari latar belakang Mutiara, dia sudah berbuat kurang ajar kepada adik saya," perintah Evan.

"Baik tuan,"

Setelah mendengar jawaban dari orangnya, Evan langsung menutup panggilan teleponnya. Dia menatap ke arah tiga sahabat Queen lalu tersenyum sinis, "kalian sebagai sahabat Queen apa yang sudah kalian lakukan kepada Mutiara?" Tanyanya dengan tegas.

Gita dan Gina menundukkan kepala mereka takut, sedangkan Gia menatap Evan dengan nyalang, entah mengapa semenjak melawan dengan Mutiara habis-habisan Gia menjadi sangat berani dengan orang-orang yang menurutnya tidak penting. Seperti saat ini, saat kedua sahabatnya yang berdiri disampingnya menundukkan kepala dia malah mengangkat kepalanya menatap Evan dengan nyalang karena dia menganggap Evan adalah orang yang tidak penting. "Menampar, menindas, mendorong, dan menyuruh semua siswa untuk menyerangnya, dan menyiram dia dengan saus," jawab Gia dengan tegas.

"Hanya itu?" Evan tertawa sinis. "Sungguh tidak ada gunanya," sahut Evan.

"Berguna ataupun tidak, itu tidak ada urusannya dengan Abang,"

"Saya bukan Abang kamu,"

"Kalau begitu ucapan saya tadi saya ganti menjadi, berguna ataupun tidak, itu tidak ada urusannya dengan kamu Evan,"

Mendengar Gia menyebut namanya membuat Evan langsung menatapnya dengan galak. Selama ini, tidak ada orang yang berani menyebut namanya dengan sesuka hati kecuali keluarganya sendiri, tapi gadis kecil yang usianya sebaya dengan adik perempuannya menyebut namanya dengan sangat berani. "Berani sekali kamu menyebut nama saya,"

"Lalu aku harus memanggil Evan dengan sebutan apa?"

"Tuan..., Panggil sayang Tuan, dan jangan pernah sekali-kali kamu memanggil saya dengan sebutan nama,"

Gia berdecih, "saya tidak memiliki tuan, dan satu lagi, orang tua memberikan nama untuk disebutkan," setelah mengucapkan kalimat itu Gia pergi begitu saja meninggalkan Evan dan yang lainnya.

"Cih.. gadis sialan," umpat Evan ketika melihat kepergian Gia.

Gia berjalan di koridor rumah sakit, dia menghentikan langkahnya lalu memegang dadanya, merasakan detak jantungnya yang berdegup hebat. "Gila, makan apa gue barusan, berani banget gue ngelawan abangnya Queen," Gumamnya pelan.

QUEEN (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang