Part 26 | Revealed

150 62 6
                                        

Gua tau masing-masing dari kita lagi ada problem sekarang. But, itu nggak seharusnya mengacaukan konsentrasi kita buat olimpiade besok.

~ Dania Putri Salsabilla ~

______________________________________

"Gua serius Cel. Selama gua koma, raga gua emang disini. Tapi jiwa gua, terjebak di tubuh Dimas. Dan itu udah terjadi sejak kecelakaan gua sama dia dulu." ujar Daniel lagi. Mencoba menjelaskan kepada Celin. Ia berharap, saudari angkatnya itu dapat mengerti.

Namun, penjelasannya justru membuat Celin tersentak, dan bertanya, "Apa kak?" Tak sengaja pula, air yang diminum oleh gadis tersebut ikut tersembur, dan mengenai wajah Daniel.

"Santai anjir!" seru Daniel. Tangan kanannya beralih mengambil selembar tissue dari kota yang terletak di atas nakas. Tak lama kemudian ia berkata lagi, "Gua lagi kan yang kena!" Ungkapan kekesalan dari Daniel itu justru malah dianggap sebagai lelucon oleh Celin. Gadis itu justru tertawa lepas melihat tingkah laku saudara angkatnya tersebut.

"Malah ketawa. Gua dari tadi omong serius. Lo percaya kan?" ujar Daniel. Bertanya untuk memastikan kembali, apakah Celin percaya dengan ucapannya atau tidak. Celin mengangguk, tanda ia percaya. Kemudian gadis cantik itu berkata, "Btw, kok lo bisa ta-"

Srekkkk

Namun sayang, ucapan gadis itu terhenti saat mendengar suara pintu kamar yang dibuka. Menampilkan sepasang siswa dan siswi yang mengenakan seragam sekolah sama dengannya.

"Daniel, bukannya lo udah?" ujar Chiko dengan tatapan heran. Lelaki itu berulang kali membenarkan letak kacamatanya untuk memastikan, apakah yang ia lihat sekarang benar Daniel atau bukan. Sementara itu, Beby masih setia mencengkram erat lengan kiri Chiko. Rasa trauma akan hal ghaib di masa kecilnya lah yang membuatnya melakukan hal tersebut. Walaupun sebenarnya, Ia sudah tau akan peristiwa yang terjadi antara Daniel dan Dimas.

"Iya gua Daniel. Gua masih hidup. Kaget? Atau pengen gua mati?" jawab Daniel dengan dingin. Seperti biasanya. Chiko menggeleng. Bisa-bisanya teman sekelasnya itu mempunyai pikiran buruk terhadap dirinya dan Beby.

Kalau aja gua nggak ngajak Beby buat njenguk Dimas, pasti dia gak bakal setakut ini lihat Daniel. Batin Chiko.

Celin dapat merasakan aura kecanggungan diantara mereka bertiga. Gadis itu pun hanya dapat menghela nafas ringan. Senyuman yang ringan tercetak pula di wajahnya.

"Duduk sini Beb, Chik." ujarnya sambil menggeser tubuhnya, agar dapat menyisakan tempat untuk Beby dan Chiko.

"Thanks." jawab Beby singkat, dan mereka berdua pun duduk. Sesuai instruksi dari Celin.

"Ekhem..."

"Lo berdua mau ngapain kesini?" ujar Celin bertanya, sekaligus mencoba mencari topik pembicaraan.

"Gua tadi niatnya kesini mau jenguk Dimas di kamar sebelah. Eh, salah kamar ternyata." ujar Chiko menjelaskan.

"Dimas di rawat di sini juga?" tanya Celin dengan raut wajah keheranan. Ia tak menyangka kalau teman sebangku saudaranya itu dirawat di rumah sakit ini juga.

Beby mengangguk. Ia menghela nafas ringan, sebelum akhirnya berkata, "Kok lo nggak kasih tau kalau Daniel masih hidup Cel?" Pertanyaan sederhana yang sebenarnya ia sendiri sudah ketahui jawabannya. Namun, gadis tersebut hanya ingin memastikan.

THE PHILOMATH'S ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang