Part 36 | Hadiah Terindah

120 55 3
                                        

Makasih udah ngasih kejutan dan kado terindah di ulang tahun gua yang ke-17 ini.

~Dania Putri Salsabila~
___________________________________________

"Akhirnya kelar juga maraton drakor satu season!" ujar Dania dengan sangat lega.

Maraton menonton drama asal Korea Selatan merupakan hobinya di saat malam hari. Alasan Dania menyukai menonton drama asal negara yang terletak di daerah Asia Timur pun cukup simple, karena ia ingin melihat paras tampan aktor pemeran acara tersebut.

Entah kenapa, Dania sangat suka sekali melihat paras wajah tampan lelaki. Sepertinya, semenjak ia membaca sebuah artikel penelitian yang menyatakan bahwa, saat diadakan penelitian wanita memandangi foto pria tampan, gelombang otak mereka tampak lebih aktif dari biasanya. Melalui eksperimen itu, bisa dibuktikan bahwa lobus temporalis yang mana terkait dengan memori menjadi lebih aktif, sehingga dapat membuat mood meningkat menjadi lebih baik.

"Sekarang waktunya tidur! Hoam-" pandangan gadis tersebut kini beralih menatap jam dinding kamar seraya berkata, "Oh masih jam satu. Masih ada empat jam lagi buat gua tidur. Lagian besok kan Minggu, sekolah libur."

Gadis tersebut segera membaringkan tubuhnya dengan nyaman di atas ranjang kamarnya, menyalakan AC, menarik selimut hingga menutupi separuh tubuhnya, menata rambut agar tidak menghalangi lehernya dengan bantal, menggosok-gosokkan kedua telapak kaki, dan tak lupa berdoa. Ya, rutinitas yang biasa ia lakukan sebelum tenggelam dalam belaian pulau kapuk. Sepertinya, kalian juga melakukan hal ini bukan?

"Saatnya tid-" Ucapan gadis tersebut terhenti saat tiba-tiba aura kegelapan menyelimuti kamarnya. Lampu kamar yang tadi menyala begitu terang, tiba-tiba saja padam. Sontak hal tersebut membuat bulu kuduk Dania merinding setengah mati. Ia menarik selimutnya erat-erat hingga menutupi seluruh anggota tubuhnya.

Krekkk

Tapp

Tapp

Tapp

Terdengar derap langkah kaki yang mendekat ke arah ranjang Dania. Secara perlahan, namun pasti.

"Please, jangan bunuh gua please," ujar Dania memohon dari balik selimutnya. Gadis tersebut berkali-kali merapalkan doa yang ia hafal untuk sedikit mengurangi ketakutannya. Bukan pada hantu, namun pada kegelapan.

Langkah kaki misterius itu semakin mendekat ke arah Dania. Tak cukup sampai di situ, kini tangan misterius tersebut beralih menggoyangkan tubuh Dania.

"Please. Gua nggak tau Lo siapa, tapi jangan nakutin gua kayak gini please," ujar gadis tersebut setengah memohon. Namun sayangnya ucapan Dania seperti tak digubris oleh orang itu. Ia semakin gencar menggoyang-goyangkan tubuh Dania.

"LO SIAPA SIH HA?! MAU LO APA?!" gertak Dania pada akhirnya. Ketakutannya kini telah berganti dengan rasa amarah.

"Sst Dania tenang dulu nak. Ini mamah. Jangan teriak-teriak gitu, nanti dikira ada apa-apa," ujar orang tersebut, yang ternyata adalah Desti. Mama Dania.

"Mama?" ujar Dania bertanya memastikan.

"Iyaa nak. Ini mama."

Dania mencubit kesal tangan Desti seraya berkata, "Mama ngapain sih ngerjain Dania kayak gitu?! Udah tau Dania phobia sama kegelapan! Malah dikerjain?!"

Desti tertawa ringan melihat ekspresi lucu yang terlontar dari putri semata wayangnya tersebut. Kemudian tangannya beralih menepuk ringan pundak Dania.

THE PHILOMATH'S ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang