Setelah 2 hari yang lalu Adila sadar sekarang ia sudah diperbolehkan pulang. Dia masih sama tak mengingat orang orang yang baru ia kenal, termasuk suaminya
Saat dirumah sakit Adila tidak ingin pulang bersama Aksa, ia ingin pulang ke rumah Reina. Tapi terus diyakinkan akhirnya Adila ingin pulang bersama suaminya
Disini mereka sekarang di sebuah ruangan yang selalu mereka tempati-kamarnya
Aksa mendudukkan Adila di pinggir ranjang, barulah ia meletakkan barang-barang yang pernah ia bawah ke rumah sakit
Adila menatap gerak gerik Aksa. Berfikir mengapa ia mau menikah dengan pria yang wajahnya galak bahkan sekarang ia mengandung anaknya. Adila mengusap perutnya
"Sekarang kamu berbeda dari yang dulu" Aksa membuka lemari Adila "Sekarang kamu memakai hijab"
Adila melihat isi lemari yang dipenuhi gamis dan hijab yang tergantung. Pantas saja sekarang ia memakai hijab
Setelah semua barang rapih Aksa duduk di samping istrinya sengajah tak menyisakan jarak, ia sudah sangat merindukannya
Perlahan Aksa mengusap punggung tangan istrinya lalu tangan satunya ia gunakan untuk merangkul bahu istrinya "Kamu istirahat dulu" Ucap Aksa lembut
Adila juga perlahan menghindar entah mengapa rasanya ingin mual mencium bau badan Aksa. Adila menutup mulutnya dan memegang perutnya
"Kamu kenapa?" Tanya Aksa lalu jongkok di depan Adila
Adila terus mual "Bau badanmu" Adila berdiri "dimana kamar mandinya?" Tanya Adila cepat ia sudah tidak tahan ingin muntah
Aksa menunjuk sebuah pintu, dengan cepat Adila berlari masuk tanpa menutup pintu. Adila muntah di wastafel
Aksa melihat Adila dari ambang pintu kamar mandi. Ia menghirup bau badannya tidak busuk, ia memakai parfum biasanya yang tak lain parfum yang Adila suka. Mungkin karena bawaan dari bayi
Adila berjalan Keluar kamar mandi. Aksa memegang kedua bahu Istrinya "Kenapa?" Lalu bertanya
Adila melepaskan tangan Aksa yang ada di bahunya lalu duduk di ranjang, bersandar di kepala ranjang "Adila tidak suka... Biasanya Adila panggil kamu apa?" Tanya Adila gugup tanpa menatap manik mata suaminya
Aksa tersenyum "Mas" Jawab Aksa lalu membuka kaos yang ia pakai
Adila menunduk dalam, ia gugup, malu, juga takut. Mengapa pria itu membuka bajunya, apa yang akan ia lakukan?
"Kenapa di buka?" Tanya Adila lalu mengangkat kepalanya
Aksa naik di atas ranjang pas di kaki Adila "Katanya gak suka bau badan aku?" Ucap Aksa sedikit menggoda
Adila menghembuskan nafas berat "Pakai baju atau Adila akan.." Ucap Adila terpotong ia ingin. Mengatakan akan memukulnya
"Akan?" Aksa mengangkat kedua alisnya
Adila kembali merasa mual dan secepat mungkin Aksa mencari baju di lemarinya lalu ia pakai
"Si Dede bayi kenapa sih?" Tanya Aksa sebal lalu duduk di samping IstrinyaAdila merasa bersalah sudah berfikir Aksa itu galak karena wajahnya ternyata tidak juga hanya saja rasa gugupnya masih ada jika terlalu dekat
Aksa berbaring menghadap istrinya memberi senyuman yang bisa ia perlihatkan, berdoa agar senyumnya tidak terlihat galak di mata istrinya
"Boleh aku pegang?" Tanya Aksa menunjuk perut IstrinyaAdila menggeleng cepat lalu berbaring memunggungi Aksa
Pupus sudah keinginan Aksa untuk bisa mengusap perut Istrinya sebelum tidur. Baiklah ia akan terbiasa dengan penolakan yang istrinya berikan
***
Aksa terbangun, mengusap matanya lalu menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 2:30
Aksa menatap kesamping istrinya tertidur pulas. Ia bisa puas menatap wajah istrinya bagaimana tidak ia tertidur dengan wajahnya yang menghadap persis ke arahnya. Aksa tersenyum lalu mengusap pipi istrinya "Cantik, aku tidak akan bosan mengatakan itu"
Setelah mengusap pipi Istrinya barulah yang sudah ia inginkan mengusap perut itu.
Perlahan Aksa mengusap perut istrinya "Gak sabar liat kamu keluar"
Setelah mengusap perut istrinya 5 menit, Aksa memilih sholat tahajud. Setelah selesai sholat ia kembali tidur dengan tangannya yang ia letakkan di perut istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband [SELESAI]
Random❝Ketika cinta itu karena Allah, maka cinta itu tidak akan pernah mati.❞ Pernikahan paska adalah awal kisahnya. Dua orang yang terikat bersama tanpa tau alur kedepannya Cinta sepihak menjadi beban dalam pernikahannya. Apakah pernikahan 'kita' bisa...