Saat ini sudah memasuki bulan ke 8 kandungan Adila. Perutnya semakin besar juga cinta kepada suaminya semakin besar.
Dan Aksa semakin besar perut istrinya juga semakin aneh permintaan yang istrinya inginkan
"Sayang..." Panggil Aksa seraya memeluk istrinya dari belakang "Ini udah jadwal kamu cek kandungan"
Adila menginjak kaki suaminya "Akh!" Pekik Aksa lalu melepaskan pelukannya "sayang..sakit banget. Kaki kamu makin besar sih"
Matanya berkaca-kaca mendengar ucapan suaminya. Kakinya besar?. Adila berjalan dengan marah menuju taman belakang rumah. Sampai disana ia duduk di kursi panjang sambil menangis
Aksa mendesah berat. Nangis lagi nangis lagi. Dede bayi kenapa membuat bundanya cengeng sih "Kenapa lagi sayang?" Tanya Aksa
Adila memanyunkan bibirnya "Mas!" Teriak Adila membuat suaminya tersentak kaget "Ngapain katain kaki Adila besar?" Adila mengangkat kaki sedikit agar bisa ia lihat sudah itu ia melihat tangannya, semakin besar ia juga terlihat gendut
Adila kembali menangis dengan kencang "Huaaa!. Adila gak mau gendut nanti Mas Aksa ninggalin Adila!" Teriak Adila melihat kedepan
Mana mungkin Aksa meninggal istrinya yang sedang hamil. Ia juga tidak ada pikiran untuk meninggalkan, sama sekali tidak ada
"Astaghfirullah Sayang... Gak ada pikiran mas bakalan ninggalin kamu" Ucap Aksa selembut mungkin
Adila memegang kedua pipi suaminya "Bohong! Adila makin gendut pasti mas gak tertarik lagi, terus juga kalau mas minta itu Adila selalu bilang nanti ajah. Awas yah mas main dengan perempuan lain!" Tatapan Adila sangat tajam dan menakutkan
Membuat suaminya menelan salivanya susah payah, Aksa menggeleng lalu ia kecup singkat kening istrinya. Ia usap perut istrinya yang sudah besar "Dede bayi bunda jadi suka marah karena kamu" Ucap Aksa lembut
"Heh! Mas malah nyalahin Dede bayi yang salah itu Mas! Bukan Dede bayi" Rengek Adila
Aksa pasrah, ia mengusap wajahnya kasar. Sedikit salah, marah, nangis, minta ini itu, salah ngomong di teriakin, gak di ajak ngomong di diemin. Gini amat jadi calon Ayah
Ia kembali menatap istrinya tak lupa ia berikan senyum "Iya..mas yang salah"
"Katanya Mau cek kandungan. Ayo!.Mas sih lama" Ucap Adila lalu masuk kembali kedalam rumah
Aksa ikut berdiri menatap istrinya masuk sambil memegang perutnya "Aku yang lama? Bukannya dia yang bikin lama?" Tanya Aksa pada dirinya
***
Adila dan Aksa duduk bersebelahan di depan dokter "Kandungan Bunda Adila baik baik saja. Tidak ada kendala apapun. Tapi tetap jaga kesehatan sebentar lagi kan bayinya sudah mau lahiran" Ucap Dokter
Aksa menatap istrinya tersenyum seraya mengusap perutnya "Dok.. saya heran kenapa istri saya cengeng?"
Adila mencubit kecil lengan suaminya "Mas.." Rengek Adila
Dokter itu tersenyum melihat tingkah laku pasutri di hadapannya "Bunda Adila, sedang mengalami ketidakseimbangan emosi dan lebih sensitif, sehingga membuat Bunda sering menangis"
Pasutri itupu mengangguk paham "Kamu kenapa emosi?" Tanya Aksa menatap kearah istrinya
"Gak tahu bawaannya emosi ajah. Dok kalau anak saya lahir dia bakal suka marah marah?" Tanya Adila
"Saya sih tidak tahu Bund"
***
Setelah pulang dari klinik kandungan. Mereka tidak ke mana mana, langsung pulang dan beristirahat. Akhir pekan ini mereka tidak tahu apa yang akan dilakukan mungkin seperti biasa hanya dirumah
Adila berdiri membawa gelas kosong "Adila, sakit!" Ringis Aksa memegang kepalanya
Membuat istrinya sontak kaget, Adila meletakkan gelas di atas nakas lalu naik perlahan ke atas ranjang "Kenapa Mas?" Adila memegang kening suaminya, tubuhnya hangat "Mas sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband [SELESAI]
Random❝Ketika cinta itu karena Allah, maka cinta itu tidak akan pernah mati.❞ Pernikahan paska adalah awal kisahnya. Dua orang yang terikat bersama tanpa tau alur kedepannya Cinta sepihak menjadi beban dalam pernikahannya. Apakah pernikahan 'kita' bisa...