'aku tertarik dengan tawaran yang kamu berikan. Tapi, aku tak bisa untuk terus ada disisimu.'
-
-
-
-- Zi.Bella -
✧✧✧
"Will you marry me?" Sahut Isa.
Bella terdiam, ia tak bisa berkata-kata lagi.
Kini perasaan Bella tercampur aduk, dimana perasaan bahagia, haru, dan sedih bercampur menjadi satu.
"M-maksud lu?" Tanya Bella dengan terbata-bata.
"Gua udah lama suka sama lu, Bell. Tapi, gua baru berani ungkapinnya sekarang, dan gua mau lu nikah sama gua," balas Isa.
Pipi Bella memerah, saat menyadari itu Bella langsung menundukkan kepalanya.
Bella tampak membuang nafas panjang, mengangkat kepalanya dan tersenyum simpul ke arah Isa.
"Maaf, gua gak bisa," ucap Bella.
Isa terkejut saat mendapat jawaban dari Bella. Kini Isa merasa bahwa penantiannya hanya sebuah kesia-siaan.
"Kenapa lu nolak gua, Bell?" Lirih Isa.
"Gue gak bakalan bisa selalu ada disisi lu, Sa," balas Bella.
"Gua nunggu lu selama dua tahun, gua terus berusaha buat nyari lu sampai ke luar negeri, dan gua nolak semua wanita yang berusaha deketin gua. Semua itu gua lakuin cuman buat lu, Bell!" Tegas Isa.
"M-maaf," lirih Bella.
"Apa yang kurang dari gua, Bell?" Tanya Isa.
Bella menunduk dan menggelengkan kepalanya.
"Lu masih belum bisa lupain Abi?!" Tanya Isa dengan penuh tekanan.
Bella mengangkat kepalanya, "INI GAK ADA HUBUNGANNYA SAMA ABI!" Tegas Bella.
"Terus apa yang jadi alasan lu nolak gua?!" Tanya Isa.
"Gua juga suka sama lu, Sa. Tapi gua gak bisa terus ada disini, gua harus pergi," balas Bella.
Isa memegang kedua bahu Bella, "gak cukup dua tahun lu ninggalin gua, gak cukup, hah?!" Seru Isa.
Bella hanya menunduk dan terus menahan air matanya agar tidak jatuh, "dua tahun gua nahan rindu, dan berjuang mati-matian buat cari lu, dan disaat gua ketemu sama lu, lua malah mau pergi lagi ninggalin gua?!" Ucap Isa.
"Gua harus pergi, Sa," balas Bella.
"Lu egois, Bel! Lu ninggalin semua orang cuman gara-gara lu kecewa sama keluarga lu. Tanpa lu sadari, kepergian lu itu udah merenggut nyawa seseorang," jelas Isa.
"G-gua tau itu," lirih Bella.
"Makanya, lu harus terus ada disini, lu gak mau, 'kan orang tua lu jadi korban selanjutnya?" Tanya Isa.
Bella menggeleng, "gua gak mau kehilangan mereka," balasnya.
"Lu harus tinggal disini, bagaimanapun alasannya," ucap Isa.
"Gua gak bisa janji, tapi bakalan gua pertimbangkan," sahut Bella.
Isa merasa bahagia saat mendengar jawaban dari Bella, lalu Isa memeluk tubuh Bella dengan sangat erat.
"Yaudah, kita ke rumah orang tua lu, yuk!" Seru Isa sambil menarik tangan Bella.
Bella menghentikan niat Isa, "nggak buat hari ini, Sa," balas Bella.
"Lu punya keponakan yang ganteng, gak mau ketemu sama dia?" Tanya Isa.
"Gua pengen, tapi gak sekarang," sahut Bella.
"Tapi dia rindu banget lho sama kamu," balas Isa.
Bella menghembuskan nafas kasar, "nanti sore ajak dia ke taman deket Apartemen gua. Inget, cuman keponakan gua. Jangan ajak keluarga gua, dan Lisa," jelas Bella.
Hari sudah sore, kini Bella sedang terduduk di kursi taman. Ia sedang menunggu Isa dan keponakannya datang.
Sudah hampir lima belas menit Bella menunggu, namun, batang hidung Isa masih saja belum terlihat.
Tak lama kemudian, ada lima orang gadis kecil berlari menghampiri Bella dengan selembar kertas di tangannya.
Saat lima gadis itu sampai di hadapan Bella, mereka langsung membalikkan kertas yang mereka bawa.
Terdapat tulisan di masing-masing kertas yang mereka pegang.
Gadis pertama memegang kertas dengan tulisan, 'sorry.'
Gadis kedua memegang kertas dengan tulisan, 'I Miss You.'
Gadis ketiga memegang kertas dengan tulisan, 'please.'
Gadis keempat memegang kertas dengan tulisan, 'back to.'
Dan gadis kelima memegang kertas dengan tulisan, 'home.'
Setelah membaca tulisan itu, Bella langsung melihat ke sekitar taman untuk mencari keberadaan Isa.
Alangkah terkejutnya dia saat melihat seluruh keluarganya sedang melihat ke arahnya dengan tangis haru.
Bella merasa bersalah karena sudah meninggalkan keluarganya, bahkan ia sangat merasa terpuruk saat melihat Valis yang terduduk di atas kursi roda.
Bella langsung berlari menghampiri Valis, "M-Mama kenapa?" Tanya Bella sambil memegang kedua kaki Valis.
"G-gapapa kok, Mama cuman kecapean," balas Valis.
"Iya, Mama kamu cuman kurang energi, jadi masih belum kuat buat berjalan," lanjut Briand.
"Tapi, Mama gak jatuh, 'kan?" Tanya Bella memastikan.
Valis menggeleng, "nggak kok, Sayang," balas Valis.
Lalu Valis langsung memeluk tubuh Bella dengan sangat erat, dan Bella membalas pelukan dari Ibunya itu.
"Mama rindu banget sama kamu, Zi. Please kamu pulang ke rumah," ucap Valis sembari menangis sendu.
Bella melepas pelukan Valis, "maaf, Ma, aku gak bisa," balas Bella.
"Maafin Mama sama Papa, Sayang. Kita sangat menyesal karena sudah memisahkan kamu dengan Za. Papa harap kamu bisa maafin kita," jelas Briand.
"Aku takut Mama sama Papa benci aku, sama seperti dulu kalian membenci Za," lirih Bella.
"Lu gila, Dek? Kalau mereka benci sama lu, mereka gak bakalan nyari lu sampai kapanpun!" Tegas Vano.
Bella melirik ke arah Valis dengan air mata yang masih ia bendung.
"Oke, aku bakalan pulang," ucap Bella.
oOo
KAMU SEDANG MEMBACA
ISABELLA [SELESAI]
Teen FictionSebuah kisah cinta dari seorang gadis bernama Zibella Victory dengan seorang pria yang selalu mengganggu hari-harinya. Pria itu menganggap bahwa Bella adalah sahabat masa kecilnya yang sudah pergi meninggalkannya sejak empat Tahun yang lalu. Sahabat...