Vote dulu sebelum membaca ya....
Sorry for typo 😉😉-----------------------------------
Happy reading
*
*Suara derap langkah menggema di lorong rumah sakit. Suara langkah itu mendekati Ari. Dan Ari yakin, itu bunyi langkah kaki kedua adiknya yang lain. Apa yang dipikirkan Ari benar adanya. Karena setelahnya Andre dan Nanta muncul dan mendekati Ari.
"Bang, gimana keadaan Ken? Sorry kita berdua lama," ujar Andre. Mendapat pertanyaan seperti itu, Ari menghela nafas frustasi.
"Lo berdua dari mana aja sih?" tanya Ari. Terdengar dari nada suaranya, Ari tengah menahan amarahnya.
"M-maaf bang Ari, gue hari ini jagain Jingga yang lagi sakit. Dia di rumah sendiri, orang tuanya di luar negeri. Sebelum ke sini gue juga nitipin Jingga ke tetangganya. Gak tega ninggalin dia yang sakit sendirian. Tapi bang, sepulang sekolah gue juga udah nawarin buat jemput Kenzie. Malah Kenzienya yang nolak." Nanta memberikan penjelasan pada Ari. Kemarahan Ari adalah hal yang Nanta hindari. Benar kata orang, orang pendiam itu kalau marah mengerikan. Walau bukan pertama kali, tetap saja Nanta ketar-ketir kalau dimarahi Ari.
Soal dirinya dan Jingga? Mereka telah berpacaran 2 minggu lalu. Dengan membuang ego masing-masing. Akhirnya, Nanta mampu mengungkapkan perasaannya. Dan bukannya ditolak, Jingga malah menerimanya. Bahkan, Jingga juga mengaku memiliki perasaan yang sama. Hal itu tentu membuat Nanta sangat bahagia.
Tatapan tajam Ari beralih pada Andre setelah mendengar ucapan Nanta. Andre yang tau bahwa alasannya dipertanyakan, menghela nafas pendek. Dirinya yakin setelah mendengar kemana ia pergi hari ini. Ari pasti semakin murka.
"Hari ini jadwal ekstra futsal. Anak-anak pada minta buat latihan di lapangan futsal deket taman kota---
"Lapangan futsal di sekolah emang kurang luas. Kenapa harus latihan di luar sekolah. Lo jadi ketua kenapa nurut banget sih sama anggota lo. Gak berwibawa banget lo sebagai ketua."
Belum sempat Andre menjelaskan, Ari terlebih dahulu mengeluarkan semburan mautnya. Membuat Andre menundukkan kepalanya dalam, tak berani menatap wajah Ari.
"M-maaf," sesal Andre. Benar apa yang dikatakan Ari. Harusnya ia menjadi ketua futsal tak perlu menuruti keinginan para anggotanya. Harusnya ia bisa lebih tegas dan menolak keinginan anggotanya. Jadi, hal seperti ini tak mungkin terjadi.
Nanta yang melihatnya tak tega. "Udahlah bang, bukan salah Andre juga kok. Lagian, gue juga udah nawarin buat menjemput Kenzie. Tapi, dianya aja yang kepala batu. Bilang bisa pulang sendiri."
Ceklek
Baru saja Ari hendak buka suara lagi. Bunyi pintu terbuka mengalihkan atensi mereka bertiga. Ari langsung mendekat ke arah dokter yang keluar dari ruangan Kenzie ditangani.
"Om, gimana keadaan Adik aku?" tanya Ari.
Farrel, selaku dokter pribadi sekaligus sahabat dekat Galih, tersenyum mendengar pertanyaan Ari. "Adik kamu baik-baik aja. Keadaannya sudah stabil. Sebentar lagi akan dipindahkan ke ruang rawatnya." Farrel menepuk pelan pundak Ari. Dari sorot mata Ari, Andre tau anak itu tengah menahan rasa takutnya. Dan Farrel paham apa yang dirasakan Ari.
Mereka bertiga menghela nafas lega. "Apa kita boleh menjenguk Ken?" Nanta buka suara.
"Boleh. Kalau Ken udah dipindah ke ruang rawat." Ketiganya mengangguk. "Om tinggal dulu ya," lanjutnya. Setelah itu, Farrel berlalu. Masih banyak pasien lain yang harus ia tangani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenzie (Complete)
Teen FictionKebahagiaan tak selamanya abadi. Kesakitan tak selamanya abadi. Kesedihan tak selamanya abadi. Semua akan ada gilirannya. Hari berganti hari. Waktu berganti dan bergulir setiap detiknya. Highest rank #1 - Ari (19 Juli 2020) #2 - Andre (19 Juli 202...