Vote dulu sebelum membaca ya......
Putar mulmednya juga😊Tapi, aku mau nanya dulu.....
Kalian ini cenayang yak, hayo ngaku
Kok pada pinter nebaknya........
Au ah 😥😥Sorry for typo 😉😉
-----------------------------------------
Happy reading
*
*Kepalaya menggeleng pelan. Terkejut begitu melihat sang Ayah yang menodongkan sebuah pistol ke arah depan. Tidak, Rafa tidak ingin Papanya kembali berbuat kejahatan. Tak ingin Papanya mengambil nyawa orang yang yang tak bersalah. Mendadak kakinya bergerak sendiri, berlari. Dan berdiri di depan Galih dan menjadikan tubuhnya sebagai pelindung pria itu.
Dorr
Naas, pelatuk itu tertarik, membuat Rafa tertembak. Tepat di dadanya. Mereka membeku, termasuk Nando sendiri.
Tak
Bruk
Bunyi pistol yang terjatuh bersamaan dengan tubuh Rafa yang meluruh ke bawah. Dadanya terasa sesak dan panas secara bersamaan. Darah segar mengucur deras dari luka tembak itu. Sesak, nafasnya memburu.
Ari yang sangat terkejut langsung memeluk tubuh Rafa yang sudah tak berdaya. Melihat dimana luka tembak Rafa, membuat tangis Ari pecah. Kepalanya menggeleng, ia berusaha menekan luka Rafa. Juga memangku kepala Rafa pada pahanya.
Tangan lemah Rafa berusaha meraih tangan Ari yang ada di atas dadanya. Sedikit kepayahan Rafa menggerakkan tangannya. "K--kak," ujarnya penuh kesulitan. Akibat nafasnya yang kian menyesak.
"Iya, Kakak di sini, raf. Kamu diam dulu, jangan berbicara." Ari menoleh ke arah lain. Menatap penuh harap pada Galih. Dan Galih langsung mendudukkan tubuhnya di samping Ari.
"Ayah udah telepon ambulan. Sebentar lagi mereka akan tiba." Pernyataan itu masih belum menenangkan Ari. Hatinya masih dirundung kekhawatiran.
"K--kak." Lagi panggilan Rafa membuat atensi Ari kembali pada saudara kembarnya.
"K--kak, aku--u bahagia, hhh." Setelahnya Rafa memuntahkan darah dari mulutnya, banyak sekali. Tubuh Ari menegang, air matanya semakin deras.
"Jangan gini, raf. Gue mohon, hikss.... Ayah! Bantu Ari buat gendong Rafa." Satu tangan Rafa sudah berada di pundak Ari. Ia sudah siap mengangkat tubuh sang Adik. Tapi, Rafa malah menggeleng lemah.
"J--jang--gann....." Ucapan Rafa membuat Ari menghentikan aktivitasnya.
"Diam, Rafa. Jangan bicara dulu."
"M--maaf."
"Jangan minta maaf, kamu gak salah." Rafa tersenyum lemah.
"Kak, pel---luk, hhhh....." Tanpa basa-basi lagi, Ari langsung beringsut memeluk tubuh Rafa yang semakin melemas. Bahkan anak itu sudah tak mampu menahan berat badannya sendiri. Rasa sakit di dadanya sungguh menyiksa Rafa. Terlebih melihat air mata yang keluar dari mata indah Ari. Membuat rasa sakitnya bertambah berkali-kali lipat.
"Adek sa--ayan--ng k--kakak....." lirihnya. Yang menjadi ucapan terakhir dari mulut Rafa. Matanya yang semula masih terbuka sayu. Kini terpejam erat. Hembusan nafas yang semula terasa di leher Ari. Kini mulai menghilang dan tak dapat Ari rasakan lagi.
"Rafa!!!" Ari menguncang tubuh Rafa. Berharap respon ringisan kecil dari Rafa. Namun nihil, Rafa sama sekali membalas panggilannya. Ari melepas pelukan mereka. Dapat ia lihat wajah Rafa yang berubah pucat dengan mata terpejam erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenzie (Complete)
Teen FictionKebahagiaan tak selamanya abadi. Kesakitan tak selamanya abadi. Kesedihan tak selamanya abadi. Semua akan ada gilirannya. Hari berganti hari. Waktu berganti dan bergulir setiap detiknya. Highest rank #1 - Ari (19 Juli 2020) #2 - Andre (19 Juli 202...