▪ 20 ▪

3.6K 315 46
                                    

Up nih😄😄
Huweee😭😭, mau ngucapin makasih banyak buat yang dukung untuk lanjut......
Sekalian mau minta maaf kalau aku plin-plan orangnya. Maaf kalau sempat ngerasa gak yakin sama cerita ini😭😭😭
Maafin yak 😢😢

And, vote dulu sebelum membaca......
Sorry for typo 😉😉

--------------------------------------------

Happy reading

*
*

Rafa menghempas tubuhnya dengan kasar pada kasur king size miliknya. Ya, dirinya kembali ke kediaman sang papa. Sialnya, Rafa terkunci di kamar ini. Ponselnya pun dirampas paksa oleh papanya. Benar-benar sial nasib Rafa. Sekarang, bagaimana ia harus memberitahu Ari tentang rencana papanya yang akan menculik Kenzie. Atau mungkin sekarang Nando sudah berhasil menculik Kenzie.

Rafa mengusak rambutnya kasar, tidak ada waktu lagi untuk merutuki kebodohannya sekarang. Yang harus dipikirkan adalah bagaimana cara keluar dari kamar ini. Lewat jendela pun percuma, jendela itu hanya kaca dan tak bisa dibuka. Memecahkan memang bukan ide yang buruk, tapi akan memancing keributan. Malah ia akan kembali tertangkap oleh anak buah papanya.

Dirinya mengerang frustasi, kenapa juga kemarin harus tertangkap oleh salah satu anak buah sang papa. Harusnya ia lebih pintar untuk bersembunyi dari kejaran mereka. Atau berusaha kabur dari cengkramannya. Bukannya pasrah dan ikut kembali ke tempat ini. Kalau akhirnya begini, Rafa pasti sudah kabur lagi sejak semalam.

Kenapa dirinya malah menangis semalaman dan berakhir ketiduran. Tanpa mengetahui papanya akan mengurungnya di sini. Rafa tau alasan mengapa sang papa sengaja mengurungnya. Pasti agar dirinya tak bisa membocorkan rencananya pada keluarga Galih. Dasar, benar-benar orang licik. Tega-teganya mengurung anaknya sendiri, tanpa makanan sedikitpun. Bagaimana kalau Rafa mati di dalam sini, kan gak lucu.

Ah, sekarang Rafa benar-benar merasa lapar. Lelah berpikir bagaimana caranya keluar. Berbaikan dengan Raka saja belum ia pikirkan. Dan sekarang, ia harus berpikir hal yang lain lagi. Oh ayolah, Rafa, gunakan otak jeniusmu itu. Tak ada waktu lagi untuk berlama-lama terdiam.

Pandangannya tiba-tiba mengarah pada potret wanita cantik yang ada di atas nakas. Wanita yang ia ketahui sebagai ibunya. Sosok yang selalu menghadirkan kerinduan dalam relung hatinya. Yang hanya bisa ia pandangi lewat sebuah foto.

Rafa bangkit, meraih foto berbingkai yang menyimpan paras ayu mamanya. Sudut bibirnya menarik sebuah senyum tipis, memandangi wajah mamanya yang tengah tersenyum manis.

"Ma," lirihnya.

"Apa Mama bahagia di sana?" monolognya.

"Rafa gak bahagia, Ma. Rafa pengen ketemu Mama." Raut wajah Rafa berubah sendu.

"Papa masih belum berubah, Rafa gak tau lagi caranya buat nyadarin Papa. Rafa nyerah, Ma. Rafa capek." Perlahan dirinya memeluk bingkai foto itu. Berharap bisa sedikit mengurangi rasa rindunya.

Bagaimana dengan Raka? Apa Rafa tak bahagia bertemu lagi dengan Raka? Tentu, Rafa sangatlah bahagia. Hingga tidak bisa mendeskripsikan seberapa bahagianya dirinya. Namun, sisi hatinya yang lain berkata lain. Raka sudah menemukan kebahagiannya sendiri jauh sebelum mereka kembali bersatu. Jadi, tak salah kan bila Rafa berpikir dia sudah tidak dibutuhkan lagi. Tak apa-apa kan kalau semisal Rafa pergi.

*
*

Di tempat lain, di sebuah ruangan yang cukup luas. Mirip sebuah gudang lebih tepatnya, sedikit berdebu dengan banyak tumpukan barang-barang rusak di pojok ruangan.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang