▪ 3 ▪

7.6K 511 32
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca....
Sorry for typo 😉😉

-------------------------------------------

Happy reading

*
*

Kenzie saat ini tengah berjalan menuruni tangga. Hendak menuju ruang keluarga. Kata bunda tadi, Kakak dan Abang lagi di ruang keluarga. Nonton tv. Niat Kenzie ingin meminta maaf. Marahan lama-lama gak enak. Padahal kan baru beberapa jam aja.

Sampai di tangga terakhir, Kenzie menghentikan langkahnya. Ingin ia berbalik lagi kembali ke kamar. Dirinya hanya tak yakin saja, nanti kalau Kakak dan Abangnya tidak mau memaafkannya bagaimana?

Baru saja Kenzie hendak berbalik, ia kembali ragu. Akhirnya, setelah bergelut dengan pikirannya sendiri. Kenzie memutuskan untuk meminta maaf saja.

Kenzie mendudukkan tubuhnya di sofa. Agak menjauh dari Kakak dan Abangnya. Ya, dirinya masih sedikit ragu. Ari, Andre, dan Nanta juga tampak diam saja begitu mengetahui kedatangan Kenzie. Mereka tetap diam tak berkutik. Ari diam dengan pandangan lurus kedepan, Andre juga tampak cuek, sedangkan Nanta sibuk dengan ponselnya.

Kenzie sendiri memilih menunduk sambil memilin ujung kaos yang ia gunakan. Sedari tadi diam, enggan berucap. Sampai akhirnya, "kak, bang, maaf." ucapan itu meluncur begitu saja. Membuat Kenzie semakin menundukkan kepalanya.

Setelahnya malah kembali hening, tak ada sahutan dari ketiganya. "Hiks.... Maaf, maaf, maaf, hiks...." suara isak tangis malah terdengar. Membuat ketiganya langsung menoleh ke si bungsu. Padahal, niat mereka hanya ingin Kenzie meminta maaf dengan benar.

Ari yang memang sama-sama duduk di sofa mendekat ke arah Kenzie. Membawa sang Adik kepelukannya. "Kenapa nangis, hmm?" tanya Ari.

Kenzie dengan cepat membalas pelukan sang kakak sulung. Malah juga semakin mempereratnya. Menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Ari. Nyaman sekali, Kenzie begitu menyukainya.

"Kenapa dilepas?" tanya Ari begitu Kenzie menyudahi pelukan mereka.

"S-sesak, hiks....."

Raut wajah Ari langsung berubah khawatir. Karena nafas Kenzie memang sedikit berat. Andre dan Nanta yang sedari tadi menyimak ikut panik. Dengan cepat, Andre memukul pundak kembarannya.

"Air, nan." Nanta berdiri dengan tergesa. Walau kesal karena diperlakukan sadis, tetap saja Nanta berlari secepat kilat ke dapur.

"Nafas pelan-pelan, Dek," instruksi Ari. Perlahan, nafas Kenzie berangsur normal. Bersamaan dengan datangnya Nanta dengan segelas air putih. Dan langsung menyerahkannya ke Ari. Dengan bantuan Ari pula, Kenzie meminum air itu.

"Gimana? Udah mendingan?" Yang ditanya menganggukkan kepalanya pelan. Sisanya langsung menghela nafas lega.

"Kak Ari udah gak marah lagi?" Begitu kalimat itu keluar dari bibir Kenzie, Ari langsung terdiam. Tak lama, kemudian dirinya segera mengulum senyum. Senyum yang jarang ia perlihatkan pada orang lain. Menepuk pelan kepala Kenzie, lalu mengangguk singkat

"Bang Andre? Bang Nanta?" Kenzie beralih menatap sang kakak kembar.

"Emang kapan Abang marah sama kamu, dek? Ya, kan?" Andre menyenggol lengan Nanta. Nanta pun langsung mengangguk.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang