▪ 15 ▪

3.4K 311 35
                                    

Vote dulu ya sebelum membaca. Karena itu yang selalu buat semangat aku bertambah buat ngelanjutin cerita ini 😊😊
Sorry for typo 😉😉

-------------------------------------------

Happy reading

*
*

Sudah satu minggu berlalu, tapi Kenzie masih belum juga membuka matanya. Keadaannya memang sudah bisa dibilang stabil, sangat stabil malah. Namun, entah apa yang membuat Kenzie masih betah tertidur. Mungkinkah dirinya bermimpi indah, hingga masih enggan untuk membuka matanya.

"Pagi kesayangannya bunda," sapa Luna dengan senyum cerahnya. Meski ia tau kalau putra bungsunya itu tak akan membalas sapaannya. Namun, ucapan Farrel tentang harus banyak-banyak mengajak Kenzie berbicara. Agar putranya segera sadar, itu terus mendorong Luna untuk tak menunjukkan kesedihannya di hadapan Kenzie. Juga membuat dirinya selalu banyak-banyak berbicara pada Kenzie.

Luna mencium pucuk rambut Kenzie cukup lama. Setelahnya, ia menatap bunga aster yang sedikit layu di atas nakas. Luna berinisiatif untuk menganti bunga yang mulai layu itu. Dan memang tadi Luna sengaja membawa bunga aster baru. Yang ia petik langsung dari kebun bunga miliknya.

Setelah selesai, kini Luna mendudukkan dirinya di kursi yang tersedia. Seperti yang Luna lakukan biasanya. Ia juga akan kembali menggenggam tangan Kenzie yang terbebas infus.

"Adek kapan bangun?" tanya Luna. Walau hanya hening yang menyambut.

"Adek gak kangen Bunda? Gak kangen Ayah, Kakak, Bang Andre, dan Bang Nanta?"

"Seindah apa sih mimpi Adek di sana?" Luna berusaha mati-matian untuk menahan air matanya. Jujur, Luna lebih senang jika kerepotan dengan tingkah manja Kenzie. Luna tak akan pernah bisa tahan, jika putra bungsunya harus terbaring di ranjang pesakitan. Hatinya sebagai seorang ibu selalu hancur jika melihat Kenzie seperti ini.

"Cepet bangun, Dek. Bunda, Ayah, Kakak sama Abang rindu sama kamu," lirih Luna. Kini air mata yang ditahannya sejak tadi mulai mengalir. Dirinya menangkup wajahnya menggunakan tangan Kenzie. Selanjutnya, hening yang menyelimuti ruangan itu. Beserta isakan-isakan kecil yang keluar dari bibir Luna.

Jika bertanya kemanakah perginya Galih, Ari, Andre, dan Nanta. Galih tentu saja masih memiliki tugas kantor yang harus ia selesaikan. Sedangkan Ari, Andre, dan Nanta tengah menjalankan kewajibannya sebagai siswa. Mereka kini tengah berada di sekolah.

☘☘☘

Di sekolah, baik Andre maupun Nanta tak ada yang benar-benar fokus pada pembelajarannya. Hanya sang Adik yang memenuhi seluruh isi pikirannya. Menebak kapan kiranya Kenzie sadar atau berpikir alasan apakah yang membuat Kenzie tetap betah di alam bawah sadarnya. Walau Farrel sudah menyatakan bahwa Kenzie sudah baik-baik saja dan tak ada yang perlu dikhawatirkan. Tetap saja mereka tak bisa tenang sebelum Kenzie membuka matanya.

Di kelas XI IPA 1, Andre tengah termenung di bangkunya. Sepertinya melamun menjadi rutinitas barunya mulai beberapa hari lalu. Kedua orang lainnya yang duduk di depan Andre, saling pandang satu sama lain. Mereka adalah sahabat dekat Andre, Mirza dan Naufal. Yang sejak beberapa hari terakhir selalu mendapati Andre yang tengah melamun. Tanpa perlu repot-repot berusaha membaca pikiran Andre. Mereka berdua tau apa yang tengah dipikirkan oleh sahabatnya itu. Lagi pula, mereka berdua juga dapat kabar soal Kenzie.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang