Vote dulu sebelum membaca ya.......
Sorry for typo 😉😉---------------------------------------------
Happy reading
*
*Mata yang tertutup selama seminggu lebih itu akhirnya terbuka dengan perlahan. Kenzie menatap sekeliling, dinding putih tulang yang tertangkap di indra penglihatannya. Ia menatap ke sekeliling, sepi senyap ruangan itu. Dalam benaknya bertanya-tanya, hari masih pagi ataukah sudah siang. Karena dirinya tak tahu seberapa lama tertidur. Yang terakhir ia ingat adalah sosok pria kejam yang memukulinya.
Nafas Kenzie memburu begitu kejadian malam itu kembali berputar di kepalanya. Ia kembali memejamkan matanya erat, berharap bayangan-bayangan itu cepat menghilang dari pikirannya. Tubuhnya bergetar, juga air mata yang mulai menuruni pipi pucatnya.
'Takut, aku takut......' batinnya menjerit. Namun, tak ada yang kata yang mampu keluar dari mulutnya. Sampai sebuah seruan juga derap langkah tergesa terdengar ditelinganya. Dan detik itu tubuhnya direngkuh. Kenzie tau betul siapa pemilik suara dan tubuh yang memeluknya ini.
"Adek. Tenang, Dek." Luna mengelus lembut punggung Kenzie. Juga beberapa kali mencium pucuk kepala anak itu.
"Bunda, Adek takut," lirih Kenzie. Semakin menenggelamkan kepalanya pada tubuh Luna. Tak peduli masker oksigen yang sudah terlepas dari hidungnya. Tangannya mencengkeram erat baju yang Luna kenakan.
"Tenang, Dek. Nafas pelan-pelan," intruksi Luna. Namun seakan tak mendengarkan ucapan sang Bunda. Ia tak bisa mengatur nafasnya, bahkan mengatur rasa ketakutannya saja ia tak bisa. Beruntunglah dokter Farrel sudah datang. Galih yang memanggilnya tadi, dengan memencet tombol di atas ranjang Kenzie. Galih memang masuk bersama Luna tadi, ia juga tahu yang terjadi pada Kenzie.
Farrel menyuntikan obat penenang pada infus Kenzie. Dan untunglah infusnya tak tercabut dari punggung tangan anak itu.
"Bunda," lirih Kenzie. Sebelum, matanya kembali memberat. Dan setelahnya tertutup dengan deru nafasnya yang kembali normal. Luna membaringkan tubuh sang Putra. Menatap lamat wajah pucat kesayangannya itu.
Sedikit sesak hatinya. Yang harusnya ia berbahagia karena Kenzie sudah sadar dan membuka matanya kembali. Namun, ia malah disuguhkan dengan raut ketakutan Kenzie.
"Gimana, rel?" tanya Galih.
"Kejadian dimana Kenzie di culik dan mendapat kekerasan sedikit mengguncang mentalnya. Aku khawatir keadaan Kenzie bisa drop lagi. Jika dia terlalu banyak pikiran." Farrel menghela nafas berat. Lagi-lagi ia harus menyampaikan hal pahit tentang Kenzie. "Kalau begini terus, aku gak yakin kalaupun Kenzie dapat donor jantung, ia bisa selamat. Karena kemungkinan operasi itu berhasil sangat kecil, hanya sekitar 30%. Bisa saja Kenzie gak selamat ketika masih di meja operasi."
Galih dan Luna tentunya sangat terkejut mendengar pernyataan Kenzie. Sesak menghimpit dada mereka masing-masing.
"Apa memang udah gak ada harapan?" lirirh Galih.
"Kita berdoa aja ya, Gal. Pasti bakal ada solusinya."
Tubuh Luna melemas seketika, ketika ia kembali mendapat kenyataan yang bahkat lebih pahit dari sebelumnya. Belum sempat mereka berbahagia karena Kenzie yang sudah membuka matanya. Kembali mereka harus mendapatkan sesuatu yang lebih buruk lagi. Sebenarnya, dosa apa yang mereka lakukan di masa terdahulu. Mengapa harus putra mereka yang menanggung semua kesengsaraan ini.
Kini bukan hanya Luna yang membiarkan air matanya terus turun tanpa henti. Bahkan Galihpun tak melarang air matanya meluruh sekarang. Perasaannya hancur, lebih hancur dari saat-saat dulu Kenzie juga di posisi seperti ini. Karena dulu sepertinya Tuhan masih berbaik hati padanya untuk tidak mengambil Kenzie dari mereka. Namun, sekarang, seakan kebaikan hati Tuhan pada mereka sudah berada diakhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenzie (Complete)
Teen FictionKebahagiaan tak selamanya abadi. Kesakitan tak selamanya abadi. Kesedihan tak selamanya abadi. Semua akan ada gilirannya. Hari berganti hari. Waktu berganti dan bergulir setiap detiknya. Highest rank #1 - Ari (19 Juli 2020) #2 - Andre (19 Juli 202...