▪ 19 ▪

3.5K 311 17
                                    

Harap tekan bintangnya dulu sebelum membaca ya.....
Sorry for typo 😉😉

--------------------------------------------

Happy reading

*
*

"Bunda, Adek mau pulang." Rengekan si Bungsu kembali terdengar di ruang rawatnya yang sepi dan hanya terdapat sang Bunda saja. Solanya masih pagi, yang lainnya masih ada kegiatan lain yang harus di kerjakan.

"Nanti ya, Dek. Kalau kamu udah bener-bener pulih." Luna masih dengan tegas menolak keinginan Kenzie. Kembali mendapat penolakan, Kenzie langsung memasang ekspresi kesalnya.

"Tapi Adek udah baik-baik aja, Bun. Ayolah, Adek janji bakalan nurutin apa kata Bunda. Asalkan Adek pulang ke rumah. Ya. Ayo dong, Bun." Kenzie masih terus saja membujuk sang Bunda untuk membawanya pulang ke rumah.

"Nginep beberapa hari lagi ya, Dek. Kamu juga kan baru sadar kemarin, masa' udah minta pulang." Kenzie semakin menekuk wajahnya ketika kembali mendapat penolakan dari sang Bunda.

"Gak mau, pokoknya Adek mau pulang. Kalau gak Adek ngambek," ujar Kenzie. Ia membalikkan tubuhnya memunggungi sang Bunda. Ia benar-benar ngambek, gak bercanda. Luna hanya bisa menghela nafasnya pelan.

"Ya udah, Adek boleh pulang. Tapi, nunggu Ayah ke sini dulu ya. Biar Ayah yang ngijinin ke Om Farrel." Kenzie langsung melebarkan senyumnya. Ia kembali berbalik badan dan menatap bundanya penuh binar.

"Benaran?"

"Iya, sayang." Luna berujar dengan mantap.

"Yeyy, makasih Bunda."

Luna menggeleng pelan, melihat Kenzie yang kembali ceria. "Iya, sama-sama. Tapi, kalau Om Farrel belum ngizinin, Bunda juga gak ngizinin." Kenzie kembali cemberut. Tapi, mengangguk pelan, ia menurut saja.

*
*

Dua orang cowok yang sama-sama memilki senyum manis. Tapi, jarang diperlihatkan pada orang lain. Hanya wajah datar yang sering mereka tampilkan. Mereka berdua tengah berada di rooftop sekolah. Dengan tangan memegang pembatas rooftop, kepala mengadah ke langit. Sedangkan satu lainnya, menatap yang ada di sampingnya. Semilir angin menerbangkan anak rambut mereka.

Mereka, Rafa dan Ari. Keduanya tengah membolos sekarang ini. Entah sebab apa, tiba-tiba Ari ingin membolos. Hanya ingin, kalau Rafa sudah menjadi kegiatan tiap harinya. Ari menatap lekat wajah Rafa, dari samping. Orang yang ia ketahui adalah keluarganya, lebih tepatnya saudara kembarnya.

Bukannya Ari tak percaya, ia hanya merasa sedikit bersalah. Karena pernah membenci sosok di sampingnya ini. Tak seharusnya dirinya melupakan Rafa. Tapi, takdir malah bertindak demikian.

Kalau dilihat-lihat, mereka berdua tak terlalu mirip walau kembar. Rafa yang cenderung mewarisi wajah sang mama, dan Ari cenderung mewarisi rupa sang Papa. Namun, satu kemiripan yang mereka miliki. Yaitu, senyum manis sang mama yang menurun pada mereka berdua.

Maka dari itu, banyak orang yang tak akan mengira mereka kembar. Bahkan Rafa dan Ari sekaligus. Hal yang menunjukkan mereka kembar adalah jika memandangi rupa mereka sangat dekat. Seperti Ari yang pernah berkontak mata dengan sangat dekat sama Rafa. Ia sadar kalau wajahnya mirip dengan Rafa.

"Kenapa lo ngeliatin gue kaya' gitu. Ada yang salah sama muka gue?" Pertanyaan yang keluar dari bibir Rafa. Membunyarkan lamuan Ari. Bibirnya tertarik, tersenyum tipis.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang