▪ 11 ▪

3.5K 367 20
                                    

Vote sebelum membaca ya.....
Sorry for typo 😉😉

---------------------------------------

Happy reading

*
*

Tubuh Kenzie tersentak, matanya langsung terbuka lebar. Kenzie mendudukkan dirinya. Ia sadar jika ia berada di kamarnya. Melirik jam yang ada di nakas. Pukul 16.27. Apakah ia bermimpi? Kenzie sangat berharap jika kejadian yang ia lihat tadi adalah mimpi. Tapi, mengapa terasa nyata sekali.

"Akh." Jantungnya berdetak ngilu. Kenzie mencoba mengambil obatnya yang berada di nakas. Di sela-sela sakitnya. Tapi, malah keseimbangan tubuhnya hilang. Dirinya terjatuh dari kasur. Bunyi yang diakibatkan jatuhnya Kenzie cukup berisik.

"Ugh." Kenzie mencengkeram erat dadanya. Jantungnya bergemuruh hebat, sakit dan sesak.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka, menampilkan dua orang dewasa yang langsung menghampiri Kenzie.

"Adek!!" pekik Luna. Sedangkan Galih, langsung mengangkat Kenzie dan membaringkannya di kasur.

"Ayah, s-sakit." Kenzie berusaha mengatur nafasnya yang tak beraturan.

"Iya, kita ke rumah sakit aja ya." Galih mengelus lembut dada Kenzie. Bermaksud mengurangi rasa sakit yang dialami anaknya. Kenzie justru menggeleng, menolak saran Ayahnya. Luna sendiri sudah tak sanggup menahan air matanya. Dirinya tak bisa jika melihat anaknya yang kesakitan.

"Bun, obatnya Adek." Dengan sigap, Luna mengambil obat di nakas. Dan segera mendudukkan dirinya di samping Kenzie.

"Dek, minum obatnya dulu. Biar sakitnya hilang." Luna hendak memasukkan sebutir obat pada mulut Kenzie. Tapi, justru Kenzie menahan tangan Bundanya.

"Bang Nanta. B-bang Nanta, m-mana?" tanya Kenzie.

"Iya sayang, tapi kamu minum obatnya dulu." Luna berusaha membujuk Kenzie, tak ingin keadaan anak itu semakin parah. Kenzie sendiri tetap menggeleng.

Tangisnya pecah, "g-gak mau, hiks... hhh..... Abang, B-bunda-a, hhh..." Semakin sulit Kenzie menarik nafas. Membuat kedua orang tuanya khawatir. Luna langsung memeluk Kenzie, menenangkannya. Galih langsung berjalan keluar kamar. Ia berniat untuk menghubungi Farrel.

Tak lama ia kembali, tapi tak sendiri. Di sampingnya juga ada Nanta. Yang langsung menhampiri si bungsu. Raut khawatir nampak jelas di wajahnya.

"Dek," panggil Nanta. Kenzie menoleh, menatap lekat wajah Nanta. Air matanya bertambah deras. Kenzie langsung memeluk tubuh Nanta.

"Abang, hikss.... J-jangan, tinggalin a-adek, hiks...." Tak peduli rasa sakit dan sesak yang masih menghampiri dirinya. Kenzie bahagia, semua yang ia lihat tak nyata, semuanya hanya mimpi. Hanya bunga tidurnya.

"Akhh....." Kenzie kembali meringis kuat. Jantungnya semakin sakit. Wajahnya memerah, seiring semakin menipisnya oksigen yang mengisi paru-paru nya. Nanta reflek melepaskan pelukannya, raut wajahnya berubah panik.

Kesadaran Kenzie semakin dipermainkan, pandangannya kabur. Matanya memberat, telinganya berdengung. Tubuhnya melemah seiring hilangnya kesadarannya. Semua yang berada di dalam kamar Kenzie menyerukan nama anak itu ketika telah menutup matanya. Untungnya, bersamaan Farrel telah tiba di sana. Sehingga, Kenzie bisa dengan cepat ditangani.

☘☘☘

"Gimana?" Begitu keluar dari kamar Kenzie, dirinya langsung disambut oleh pertanyaan dari Galih.

"Sudah lebih baik. Kenzie terkena serangan panik tadi. Apa ada sesuatu yang terjadi sebelum aku datang?" Farrel memang meminta Galih, Luna dan Nanta untuk keluar dari kamar Kenzie selama ia melakukan pemeriksaan.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang