▪ 14 ▪

3.5K 332 14
                                    

Usahakan Vote sebelum membaca....
Sorry for typo 😉😉

------------------------------------------------

Happy reading

*
*

Ari menatap ngeri jalanan di depannya. Jalan berbatu yang gelap. Dirinya tak tau mengapa tiba-tiba mengarahkan mobilnya ke jalan ini. Ari hanya mengikuti instingnya saja. Tubuhnya seakan bergerak di luar kendali pikirannya.

Pikiran-pikiran negatif berkeliaran di kepalanya. Bagaimana jika ada orang yang berniat jahat padanya. Atau mungkin saja ia bertemu dengan sesosok makhluk halus yang mengerikan. Berwajah seram, penuh luka-luka. Pikiran itu langsung buyar begitu netranya menangkap sebuah mobil hitam mencurigakan. Ari berusaha menajamkan penglihatannya. Dan dirinya melihat sebuah bangunan tua yang tak terawat. Tak jauh dari tempat mobil tadi.

Entah dorongan dari mana, Ari keluar dari mobilnya dan berjalan menuju bangunan itu. Walau perasaan waswas memenuhi hatinya. Namun, instingnya semakin menajam. Mengatakan bahwa ada sesuatu yang salah di dalam ruangan itu.

Dengan ragu-ragu, Ari memasuki bangunan itu. Gelap yang menyabutnya, ia mengambil ponsel dan menyalakan lampu flashnya. Guna membantu indra penglihatannya.

"T--tol--long--hh......" Samar-samar ia mendengar suara minta tolong. Membuat bulu kuduknya meremang seketika. Dalam hati Ari bertanya-tanya, suara manusia kah itu? Namun, akhirnya Ari sadar suara siapa itu. Suara sosok yang ia kenal dan berharga dalam hidupnya.

Ari mempercepat langkahnya, mencari asal suara itu. Dan sampailah ia di depan sebuah pintu coklat tua. Tanpa basa-basi Ari langsung membuka pintu itu dengan kasar.

Brak

Ari mengarahkan flash ponselnya ke seluruh ruangan. Matanya melebar begitu melihat Adiknya yang terbaring di lantai dengan keadaan yang mengenaskan.

"KEN!!!" Ia bisa melihat Kenzie yang menoleh dan senyum samar, sebelum anak itu menutup matanya.

Buru-buru Ari mendekat ke arah Kenzie. Ia melepas ikatan pada tangan Kenzie. Ketika ia beralih ingin membuka ikatan di kaki Kenzie. Begitu terkejutnya ia melihat keadaan kaki Kenzie. Bukan hanya luka lebam yang menghiasi, luka yang darahnya belum mengering pun turut melengkapi.

"Ken...." Mata Ari melebar begitu tak lagi mendapati dada Kenzie yang naik turun seperti biasa. Kepalanya menggeleng ribut, air matanya turun.

"KEN, kamu dengar Kakak," teriak Ari frustasi. Dan ia tahu, apa yang dirinya lakukan sia-sia. Tubuhnya melemas seketika, aliran air matanya semakin deras.

Ari tak berhenti berpikir, satu tangannya ia letakkan di dada Kenzie, diikuti tangan satunya. Setelahnya Ari menekan-nekan dada Kenzie berkali-kali. Berusaha mengembalikan detak jantung Kenzie.

"Kakak mohon bangun, Ken. Jangan pergi sebelum kamu pamit sama Ayah, Bunda, Andre, Nanta, dan yang lainnya. Bagun, KENZIE!!!" Ari masih berusaha keras memberikan CPR pada Kenzie. Ari menaikkan dagu Kenzie, lantas menjempit hidungnya. Membuka mulut sang Adik, lalu mulai memberikan nafas buatan. Tak ada respon berarti dari Kenzie. Ari tak menyerah, terus melakukan hal itu berulang-ulang. Hingga dada Kenzie mengalami pergerakan, dan setelahnya anak itu terbatuk pelan.

Ari menghela nafas lelah, lalu memeluk tubuh lemah Kenzie perlahan. Bibirnya tak berhenti mengucap syukur dan terimakasih pada Tuhan.

Lantas Ari dengan cepat menggotong tubuh Adiknya. Kenzie pasrah karena tubuhnya yang lemas bukan main. Dengan langkah cepat ia membawa Kenzie ke mobilnya. Membawa Kenzie dengan secepatnya ke rumah sakit.

Kenzie (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang