Vote dulu ya, sebelum baca.....
Sorry for typo 😉😉----------------------------------------
Happy reading
*
*Rafa membawa tungkainya memasuki rumah mewah. Dalam hatinya ia terus mengumpat, kenapa harus kembali memasuki tempat terkutuk ini. Kalau bukan pak tua itu mengancamnya lagi. Pasti Rafa tak akan lagi menginjakkan kaki di rumah ini.
Rumah yang menjadi saksi kehancuran hidupnya dulu. Akibat pria paruh baya yang mengaku sebagai seorang Ayah. Malah membuat Rafa harus berpisah dengan sang Kakak kembar. Membuat dirinya harus menjalani hidup yang sangat keras. Terlantar di jalanan sejak kecil. Rafa harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Jika anak-anak lain bermain dan belajar di umur belia mereka. Berbeda dengan Rafa yang harus berjuang mempertahankan hidupnya.
"Gimana sekolah kamu?" tanya seseorang. Tengah berjalan menuruni tangga. Rafa menatap orang itu sengit.
"Papa bertanya ke kamu. Kenapa diam?" tanyanya lagi. Ya, dia adalah Papa dari seorang Rafael Givaldo Mahendra.
"Sejak kapan Anda peduli dengan hidup saya. Dan, untuk apa saya menjawab pertanyaan Anda?" Bukan kali pertama Rafa berbicara seperti itu. Baginya, sosok yang kini berdiri di hadapannya sudah tak berhak mencampuri hidupnya lagi. Setelah apa yang sosok itu lakukan dulu.
Papa Rafa mengeram, apa anaknya itu tak pernah diajari sopan santun. "Saya Papa kamu, Rafa!!" Papa Rafa menaikkan nada suaranya.
Rafa tersenyum sarkas. "Papa? Kenapa Anda tidak pernah bertanya pada diri Anda sendiri. Sebelum menyebut diri Anda sebagai seorang Ayah."
Plakk
Papa Rafa melayangkan tamparan yang cukup keras pada anaknya. Hingga membuat kepala Rafa menoleh ke samping dibuatnya. Bahkan sudut bibirnya sampai sobek. Perih yang Rafa rasakan pada pipinya. Tapi, ini tak sebanding dengan rasa sakit yang disebabkan oleh Papanya selama ini.
"Berani kamu berbicara seperti itu. Dimana sopan santun kamu? Apa saja yang kamu lakukan di sekolah. Membolos? Tak menaati aturan? Pantas saja sikap kamu seperti ini." Papa Rafa mengeraskan rahangnya. Emosinya sudah tak bisa ia tahan lagi.
"Lalu bagaimana dengan Anda?" tanya Rafa. Emosi sang Papa kembali terpancing. Ia mengangkat tangannya dan siap menampar Rafa lagi. Namun, seseorang menghentikannya. Memegang tangan Papa Rafa.
"Jangan sakiti anak kamu," ucapnya lembut. Sosok wanita cantik yang berstatus sebagai istrinya yang menghentikan Papa Rafa. Menghela nafas yang bisa Papa Rafa lakukan.
Rafa hanya menatap sinis kedua orang dihadapannya. Lalu, memilih pergi dari sana. Tapi, sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya.
"Lepas," desisnya tajam. Wanita paruh baya itu langsung melepas cekalannya. Rafa berdecih singkat, kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga. Karena percuma dia pergi keluar. Pak tua itu tak akan membiarkannya keluar dari rumah ini.
"Rafa!! Dia adalah Mama kamu sekarang. Bersikaplah baik padanya," bentak Papanya. Rafa yang sudah sampai di pertengahan tangga, terpaksa menghentikan langkahnya.
Sedikit menghela nafas berat. "Dia bukan Mama saya. Mama saya sudah lama meninggal. Dan sejak saya keluar dari rumah ini. Saya sudah menganggap kedua orang tua saya meninggal." Setelah berkata demikian. Rafa mempercepat langkahnya menuju kamar.
Kamar miliknya, walau Rafa hanya menempatinya dalam waktu singkat dulu. Kamar yang menyimpan sececah kenangannya bersama sang kakak kembar. Rafa memasuki kamar itu, suasana masih sama dan tak berubah. Walau ini bukan pertama kalinya dia menginjakkan kakinya di kamar ini setelah bertahun-tahun. Sejak 1 tahun lalu dirinya beberapa kali berada di kamar ini. Kalau bukan karena paksaan Papanya, Rafapun enggan berada di sini. Sekeras apapun Rafa menolak, ia tetap tak akan bisa menang dari sang Papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenzie (Complete)
Teen FictionKebahagiaan tak selamanya abadi. Kesakitan tak selamanya abadi. Kesedihan tak selamanya abadi. Semua akan ada gilirannya. Hari berganti hari. Waktu berganti dan bergulir setiap detiknya. Highest rank #1 - Ari (19 Juli 2020) #2 - Andre (19 Juli 202...