Bab 07 - Lantunan Surah Ta Ha

103 18 0
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Seperti Umar bin Khattab yang luluh hatinya ketika mendengar lantunan ayat ayat cinta Allah, mungkin kah aku yang hanya wanita pendosa ini, mengalami hal yang sama ketika kau membaca ayat ayat cinta Allah tersebut?

- Assyifa -

By Aisyahh

🍁🍁🍁

Bunyi bising dari jam Beker itu selalu saja menggema di setiap sudut ruangan. Dengan nyawa yang belum terkumpul secara utuh,mata yang belum terbuka sempurna. Arshaq terus saja meraba mencari keberadaan Beker tersebut,dan menekan tombol off ,agar bunyi yang mekakkan telinga tidak lagi terdengar.

Arshaq mengucek matanya,langsung menyibak selimut,dan melangkah menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Dan mengelar sajadah di sepertiga malam.

Sudah beberapa hari kebelakang pikiran Arshaq tidak bisa tenang, karena pertanyaan dari ummi dan kakaknya,yang selalu menanyakan,kapan nikah?

Di usia yang akan menginjak 27 tahun ini,tentu saja sudah usia yang begitu matang, ditambah dari segi finansial yang mendukung,dan ilmu agama yang tidak kalah tinggal.jika ditanya usaha? Tentu saja dia berusaha. Tapi apa daya jika Allah belum berkehendak.

Apakah mungkin saat ini waktu yang tepat bagi Arshaq untuk segera mengambil keputusan, memantapkan hati pada satu tujuan.

🍁🍁🍁

Ma Fi Qalbi Ghairullah.
Ketika dunia mempercundangi mu dan satu per satu harapan mulai pergi,maka sajadah lah tempat kau merebah hati.

Kalimat itu yang sering kali,di ucapkan Husna kepada Syifa, ketika dirinya nyaris putus asa untuk bertahan hidup,karena masalah yang tidak henti nya menghampiri. Ketika dirinya selalu menyalahkan takdir yang tidak pernah memihak kepadanya, ketika ia merasa bahwa takdir selalu mempermainkan nya.

Kalimat yang memiliki makna begitu dalam, memiliki makna agar kita selalu  mendekatkan diri kepada Allah,karena Allah SWT lah sebaik baiknya pemberi solusi.

Ketika Syifa ingin mengambil langkah untuk menjadi pribadi yang lebih baik, Pasti ada saja halangan yang akan menerjang, Seperti cacian dari teman teman nya. Yang selalu mengatakan kalau dirinya sok alim. Syifa akui, Selama ini selain ibu dan adik nya,yang selalu ada dalam hidup nya baik dikala suka ataupun duka adalah Husna.

Hanya Husna satu-satunya orang yang mau berteman tulus dengan nya. Mereka sudah berteman lama,mengingat rumah mereka di kampung juga tidak terlalu jauh.

Syifa mengikat kencang  tali sepatu nya di pelataran masjid kantor. Pikiran nya menerawang kemana mana. Walau orang melihat dirinya seperti tidak ada masalah,tapi kenyataan malah sebaliknya. Syifa bisa menutup luka nya rapi rapi,tanpa harus ada yang mengetahui.

Sayup-sayup Syifa mendengar suara orang mengaji,suara yang begitu merdu. Entah,mungkin karena mendapat hidayah, Syifa membuka kembali sepatu nya,dan memilih masuk lagi ke masjid,hanya sekedar untuk melihat siapa yang melantunkan Ayat ayat cinta Allah itu.

Seutas senyum simpul terbit di wajah cantiknya. Hati nya terasa damai sekarang,beban hidup seolah terangkat seketika. Syifa begitu menghayati tiap ayat yang dilantunkan.

Assyifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang