Bab 19 - Seperti Adam dan Hawa

91 15 8
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

Takdir kita selayaknya Adam dan Hawa, dipisahkan untuk sesaat, dan dipertemukan kembali dalam keadaan yang telah baru. Bedanya, jika Adam dan Hawa dipertemukan untuk saling melepas rindu yang telah membara dan kembali bersatu, namun kita bertemu kembali untuk mengukir luka baru.

• Assyifa Az-Zahra •

- Assyifa -

By Aisyahh

🍁🍁🍁

Seperti Nabi Adam as dan Hawa yang dipisahkan Allah Empat Puluh Tahun Lamanya, setelah dikeluarkan dari surga karena memakan buah terlarang, khuldi. Saling menjelajah dunia dengan diselimuti kerinduan yang mencengkram satu sama lain, dengan harapan dipertemukan kembali agar rindu itu menemui penawarnya.

Skenario Allah begitu indah, usaha mereka untuk saling bisa bertemu tiada sia-sia. Kesabaran berbuah manis. Setelah pencarian panjang, Allah kembali mempertemukan mereka di sebuah bukit yang terletak persis di tepi Padang Arafah, pinggiran timur Kota Mekkah. Jabal Rahmah. Sesuai namanya, Jabal artinya Bukit, sedangkan Rahmah artinya Kasih Sayang jadi Jabal Rahmah adalah Bukit Kasih Sayang.

Memang takdir Allah tidak ada yang tahu.

Begitupun dengan syifa sekarang, syifa tidak akan menyangka jika dia akan terjebak ke dalam sebuah takdir yang rumit. Sangat Rumit.

Syifa meneguk saliva, kuat. Melihat siapa yang duduk di bangku seberang. Berharap ini adalah mimpi, tapi lagi-lagi semesta menegaskan bahwa ini kenyataan.

Allah kembali mempertemukan mereka, setelah empat tahun sama-sama saling hilang dengan mengukirkan kenangan pahit. Syifa memalingkan wajah, dan menunduk. Rasanya begitu sakit, bertemu kembali. Walau hanya dalam konteks ketidaksengajaan.

"Syifa, kamu kenapa?" Tanya Angga dengan rawut wajah bingungnya. Mungkin saja ia menangkap perubahan sikap Syifa, yang tiba-tiba gugup.

Syifa menggeleng, "Ngakk, Ngakk papa." Elak nya. Tidak akan mungkin Syifa mengatakan apa yang sebenarnya kepada Angga.

Syifa langsung mengambil tas sandang yang tadi ia letakkan di atas meja, dan ingin segera beranjak pergi.

"Angga, maaf banget ya, aku ngakk bisa lama, bentar lagi Magrib. Aku pamit dulu, Thanks traktirannya, sering-sering ya traktir aku. Assalamualaikum." Ucap nya diakhiri dengan kekehan singkat. Dengan buru-buru Syifa langsung meninggalkan Angga tanpa menunggu ia menjawab terlebih dahulu ucapannya. Tentu saja tingkah dia ini akan membuat Angga bingung.

"Faa! Eh...fa!!! Kamu ini gimana ha? Main pergi-pergi aja! Kebiasaan bangat! Dasar anak orang!" Teriak Angga. Syifa itu emang anak orang, lu pikir Syifa itu anak siapa ga? Hantu? Aisshhh....efek kelamaan jomblo ya ga?

Syifa tidak menggubris, Dan tetap melenggang pergi begitu saja.

"Saya tau kamu menghindari, saya Syifa." Suara bariton itu. Berhasil membuat langkah Syifa  terhenti. Tiba-tiba persendian nya terasa lemas begitu saja.

Sama sekali dirinya tidak berani untuk berbalik, melihat orang tersebut.

"Saya sudah mendengar semua percakapan kalian. Maaf, jika saya terlalu lancang menguping, saya akui perbuatan saya itu salah. Tapi jujur saja, awalnya saya tidak sengaja mendengar."

Assyifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang