Bab 20 - Dilema

81 17 7
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم

Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.

• Ali bin Abi Thalib •

- Assyifa -

By Aisyahh

🍁🍁🍁

Arshaq menutup pintu mobilnya dengan cukup keras. Ia tidak langsung menyetir mobilnya untuk meninggalkan lokasi, melainkan ia membenamkan kepalanya di setir mobil. Dan mengacak rambutnya, frustasi. Tak henti-henti mulutnya melafazkan istighfar. Ia sendiri juga tidak akan menyangka bahwa akan bertemu dengan Syifa di kota ini.

Ekor matanya menangkap Sosok Perempuan itu keluar dari pintu Cafe, dengan langkah gontai dan mata yang memerah. Arshaq menundukkan pandangan nya, rasa bersalah menghantam dadanya saat itu juga.

Takut Syifa mengetahui bahwa dia masih disini, karena Kaca mobil depan nya yang tembus pandang dari luar. Arshaq lekas menghidupkan mesin mobilnya, dan hendak menanjak pedal gas. Namun urung, karena Nasib baik tidak memihak kepadanya sekarang. Syifa melihatnya.

"Pak Arshaq, pak kita bisa bicarakan ini baik-baik, please jangan seperti ini. Keluar sebentar Saja." Mohon Syifa sembari mengetuk kaca mobil, Syifa bodoh amat orang lain yang melihat tindakannya ini menilai dirinya seperti anak kecil, dan kehilangan urat malu. Karena orang lain tidak akan pernah mengerti dengan alur hidupnya, mereka hanya bisa mengomentari tanpa tahu apa yang sebenarnya.

"Please, Sebentar saja." Mohon nya sekali lagi.

Arshaq tetaplah Arshaq, ia tidak akan tega melihat wanita meneteskan air mata, apalagi penyebabnya itu adalah dirinya. Arshaq menghembuskan nafasnya kasar, dan mengusap wajahnya seraya beristighfar sebelum membuka pintu mobil, dan keluar.

"Aku minta maaf atas semuanya, aku tau ini semua terjadi atas ulahku, tapi tolong jangan seperti ini Pak. Namun, jika ini semua adalah hukuman atas kesalahan waktu lalu, aku ikhlas." Ujar Syifa dengan suara serak, Sambil memilin ujung jilbab nya. Entah maksud Syifa mengisyaratkan, dia berharap akan masih adanya  kesempatan untuknya memperbaiki segalanya.

Arshaq bungkam.

Angga melihat interaksi kedua insan itu dari ambang pintu, ia tidak ingin mencampuri urusan mereka. Tapi Angga ingin memastikan suatu hal, agar semuanya bisa segera selesai.

"Pak Arshaq." Ucap Angga dengan hati-hati.

Merasa dipanggil Arshaq Menoleh. Ia tidak menjawab, namun dari bahasa tubuhnya, Angga dapat menangkap bahwa Arshaq bertanya 'Apa?'.

Angga memejamkan sejenak matanya, dan mensetting unsur O2 yang keluar masuk. "Bapak tau kenapa Allah memisahkan kalian selama ini untuk sementara waktu? Itu agar kalian bisa sama-sama belajar menjadi yang lebih baik, dan selalu mendekatkan diri kepada Sang Maha Agung.

Akan ada hikmah di setiap kejadian yang dijalani, sejauh apapun kalian terpisah Jika Allah berkehendak, Allah hanya tinggal bilang Kunfayakun, maka jadilah. Karena pada dasarnya kalian memang diciptakan untuk bersama, semuanya hanya tentang waktu, dan sekarang lah waktunya, semesta telah berkata. Jadi kesimpulannya, Bapak lah pemenangnya. Jaga dia baik-baik, jangan sakiti dia. Jangan sampai dia bernasib sama dengan Almarhum ibunya."

"Angga...." Potong Syifa.

"Fa, Aku tahu kamu sekarang merasa bersalah, sama Pak Arshaq. Bukannya kesalahan di masa lalu adalah pelajaran di masa yang akan datang? Percaya lah, Nama Kamu lah yang disandingkan Allah SWT di Lauhul Mahfudz dengannya." Lanjut Angga lagi.

Assyifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang