Bab 15 - Bukan Untuk Bersama

99 16 2
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Karena pada dasarnya Allah menciptakan kita bukan untuk bersama, melainkan hanya untuk saling kenal.

- Assyifa -

By Aisyahh

🍁🍁🍁

Semenjak kepergian ibu dua Minggu yang lalu, sebagai Anak sulung aku harus menggantikan posisi ibu sebagai kepala keluarga. Rasanya begitu asing berada di rumah ini Sekarang, biasanya kami bertiga tapi kini hanya berdua. Sulit memang untuk membiasakan diri tanpa kehadiran sosok ibu lagi, terkadang rasanya aku ingin menyerah saja. Tapi itu akan sia-sia saja.

Suatu hal yang tidak terbiasa akan menjadi terbiasa karena dibiasakan fa.

Potongan-potongan kalimat yang selalu diucapkan Husna itu selalu berputar secara utuh di layar monitor otakku. Memang aku harus membiasakan.

Setelah semua pekerjaan rumah beres, aku melirik arloji yang melingkar ditangan. Sebentar lagi jam pulang sekolah. Alesha sudah kembali ke sekolah seminggu yang lalu, sedangkan aku sendiri  belum kembali ke Jakarta. Walaupun Etek sudah mengatakan kalau dia yang akan menjaga Alesha disini, tapi tetap saja aku tidak tenang rasanya meninggalkan dia sendirian di kampung.

Aku mengambil kunci motor yang terletak di rak depan. Dan berjalan keluar untuk menjemput Alesha ke sekolah, sedikit cepat memang tapi ini lebih baik dari pada dia harus menunggu.

Memang benar, yang namanya hidup tidak akan pernah terlepas dari yang namanya masalah. Semenjak aku memutuskan untuk berhijab, sesuai dugaan ketika bertemu dengan teman-teman semasa sekolah dulu mereka malah menghina. Tapi aku tetap berusaha untuk bodoh amat. Toh, mereka bukan siapa-siapa.

Ini yang aku heran kan terhadap pemikiran masyarakat sekarang. Ketika ada seseorang yang mau melangkah ke arah yang baik bukannya mengayomi, mereka malah menghina dan dibilang munafik. Terkadang hal seperti itu yang malah bisa membuat mental down dan orang berspekulasi buruk. But, jika orang tersebut meninggal kebaikan mereka seolah tidak tahu. Nauzubillah.

Aku memarkirkan motor didekat pos satpam. Sambil menunggu Alesha, aku mengecek handphone.

Aku mendengus pelan, terhitung kurang sebulan dari sekarang. Acara pernikahan akan segera digelar. Ya, segala acara yang menyangkut akad dan resepsi telah diatur sewaktu ibu masih hidup. Mungkin memang ini jalan yang telah diatur oleh Allah.

Hampir saja lupa, aku kembali menghidupkan handphone dan mengirim pesan kepada Pak Arshaq. Aku terkekeh pelan melihat kontak Pak Arshaq yang aku beri nama 'Makhluk Aneh'. Absurd memang.

To : Makhluk Aneh.

Assalamualaikum.
Pak sekarang dimana? Masih di padang atau sudah balik ke Jakarta?

Selang beberapa waktu setelah pesan terkirim. Handphone berdering.

From : Makhluk Aneh

Waalaikumsalam.
Saya sekarang di Bukittinggi bukan di Padang.

Aku mendengus kesal membaca balasan pesan darinya.

Assyifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang