Disclaimer:
Cerita ini hanya fiksi belaka.
Murni hasil khayalan penulis.
🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰🐰
Baru beberapa langkah meninggalkan gedung SC, seseorang dengan suara berat dan sangat Lia kenal memanggilnya.
"Dinda!" Lia sontak menoleh dan itu Felix.
"Udah selesai?" tanyanya. Lia mengangguk.
"Bentar ya." Lia meninggalkan Felix sebentar dan bermaksud pamit kepada kedua temannya yang agak mundur untuk memberi ruang bagi mereka.
"San, duluan aja. Anterin Yeri ya, aku sama Felix." Aku menitipkan Yeri pada Hasan supaya diantar pulang ke kosan.
"Kamu langsung pulang ya Li? Udah malem, jangan kemana-mana dulu." Ujar Hasan memperingatkan Lia. Soalnya ini sudah jam 8 malam.
"Iya santai. Yaudah, dadah." Lia langsung meninggalkan mereka dan kembali ke Felix yang menunggu dekat parkiran.
"Kok kamu tau aku disini?" tanya Lia sambil naik motornya Felix.
"Tau lah. Kamu udah makan? Ahh ganti ganti, pasti jawabannya belum. Udah, pokoknya ayo makan dulu."
Mereka meninggalkan lingkungan kampus dan Lia tidak protes akan dibawa kemana oleh Felix. Lagipula, masih jam 8. Belum malam untuk ukuran mahasiswa.
Angin malam cukup menusuk sampai-sampai Lia harus agak mendekat ke punggung pacarnya supaya tidak masuk angin.
"Peluk aja Yang!" Felix agak berteriak karena angin yang cukup kencang.
"Apa?" Lia balik berteriak.
"Peluk!" Felix meraih tangan Lia dan menuntunnya untuk memeluk dia. Kebetulan ukuran motornya besar, jadi penghuni jok belakang agak membungkuk posisinya.
"Aku ngebut yaa!!" Felix membawa motor sport nya itu dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Lia yang tidak menggunakan helm agak terganggu keseimbangannya sehingga sepanjang jalan dia harus memeluk Felix supaya stabil.
Mekdi selalu jadi opsi terakhir untuk di jadikan tempat makan. Sebenarnya Lia tidak bilang apa-apa, Felix saja yang inisiatif mengajak kekasihnya itu untuk makan di restoran sejuta umat.
"Aku mau —"
"Iya tau, paket nasi ayam kan? Daging sayap, minumnya lemon tea?" Felix menyambar ucapan Lia, dijawab seadanya dan yang jelas jawaban itu salah.
"Eh? Engga, aku kalo kesini gak pernah pesen itu kan?"
Felix tiba-tiba gelagapan karena salah ucap. Seketika dia tersenyum dan mengusap kepala pacarnya itu.
"Hmm padahal aku emang sengaja. Kirain kamu mau iya iya aja. Lagian itu biasanya suka di pesen sama adik aku tau." Lia tertawa karena tingkah random Felix.
"Dih aneh! Yaudah, pesenin gih aku cari tempat duduk dulu, mau charge hp sekalian."
"Iya, silahkan." Akhirnya Felix mengantri untuk memesan makan dan Lia mencari tempat duduk.
"Eh iya, aku boleh titip ini buat Winda gak?" Felix mengeluarkan buku bersampul kuning.
"Winda? Winda temen sekelas aku?" tanya Lia kebingungan.
"Iyalah sayang, Winda mana lagi?" Felix mencubit gemas pipi Lia.
"Kamu ngapain pinjem buku biokimia? Emang belajar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ASPRAK [END] ✔
General FictionDenis Dwi Fahreza, si asprak perfeksionis bertemu dengan dia adik tingkat yang bahkan tujuan kuliah pun dia masih bingung. Bisakah Denis membantunya menemukan tujuan hidupnya? Atau memang benar, kalau kuliah itu harus sesuai sama passion? Tapi masal...