18. Back Home

708 120 57
                                    

Kalau ada informasi keliru dari part ini, mohon untuk di koreksi yaa ^^

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

(still) Lia's POV

Setelah indra penciumanku bisa merasakan aroma kayu putih di sekitar, perlahan kesadaran aku timbul meskipun masih cukup lemes buat buka mata.


'iya bu tadi saya mau ke atas, papasan disana.' Suara kak Denis.

'gak tau, kan tadi dia duluan keluar. Saya sama Yeri masih di kelas.' Itu suara Hasan.


Setelah cukup ngumpulin tenaga, aku pelan-pelan buka mata dan liat di sekitar. Aku tiduran di sofa ruangan Bu Citra —ketua prodi.

"Eh, Lia bangun? Masih pusing?" Yeri yang lagi nyangga kepalaku, langsung nyadar pas aku buka mata dan ngerjapin mata karena cukup silau disini.

"Minum dulu teh manisnya Li." Hasan bantuin aku buat bangun dan Yeri nahan punggung aku buat bangun. Aku minum air nya pelan-pelan dan kandungan gula di teh manisnya lumayan bikin tenaga aku pulih.

"Duh, ibu mau ke dekanat. Denis, nanti kunci ruangannya titip di Bu Mila aja ya, saya harus rapat sekarang." Bu Citra udah siap-siap ngehadirin rapat dan ngasihin kunci ruangannya ke Kak Denis.

"Dinda, istirahat ya. Nanti temennya anterin kamu ke klinik. Cepet sembuh." Bu Citra pamitan terus aku cuma ngangguk karena nyawa belum 100% balik.





Setelah teh manis abis segelas, barulah aku ada tenaga buat bisa duduk tegak, tapi pusingnya masih aja belum ilang.

"Kamu teh kalau sakit kenapa maksain atuh Li?" semua orang yang nungguin aku disini lagi merhatiin aku sekarang. Tatapan mereka cukup khawatir.

"Nanggung hari terakhir." Jawabku seadanya.

"Tuh, mana demam lagi. Aya-aya wae kamu mah." Yeri nempelin telapak tangannya di kepala sama pipi buat ngecek suhu badan aku.

[aya-aya wae: ada-ada saja]

"Periksa ke dokter mau ya?" Ajak kak Denis. Aku langsung menggeleng. "Gak mau." Karena aku gak suka ke dokter. Apalagi dokter di klinik kampus tanya-tanya nya suka rada ribet. "Anterin aku pulang aja, tolong."

"Iya atuh ke dokter dulu, biar dikasih obat, nanti istirahat di kosan." Hasan masih kekeh ngajak aku ke dokter.

"Pulang ke rumah, San. Aku mau istirahat di rumah." Ya emang daritadi yang kepikiran itu cuma rumah. Di rumah istirahatnya enak dan gak sendiri, terus kayaknya di rumah mau bilang juga sama bunda.

"Ya masa naik motor?" kata Hasan. "Sama aku aja. Aku bawa mobil." Kata Kak Denis. Aku setuju dan akhirnya mereka bertiga nganterin aku pulang ke rumah.

🌼🌼🌼🌼🌼

"Aduh makasih ya repot-repot nganterin Dinda." Bunda langsung nyambut mereka dan ngajak mereka masuk ke rumah.

"Gak apa-apa kok, tante." Kata Hasan. Bunda mungkin mau ngobrol dulu sama mereka, jadi pas nyampe rumah aku langsung naik aja ke kamar.

Pas aku ganti baju di kamar mandi, aku rada bengong sebentar merhatiin leher kayak ada yang aneh. Aku pegang-pegang ternyata ada benjolan yang kalo di raba jelas banget, tapi belum terlalu timbul kalau cuma dilihat.

Pikiran aku langsung lari kemana-mana. Mau gak mau ini harus bilang sama bunda. Tapi bunda kayaknya masih ngobrol sama mereka di bawah, jadi sambil nungguin aku tidur dulu.


ASPRAK [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang