Hari Minggu aku gak update, tapi ini hutang triple update hari Sabtu aja karena kemarin cape banget huhuu
🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃
Hasan mengurungkan niatnya untuk makan siang demi mengantar sahabatnya menyelesaikan masalah dengan Felix. Sejak awal Hasan memang tidak suka dengan gelagat Felix yang tidak pure ketika sedang bersama Lia. Untung mereka baru berpacaran 3 bulan.
Skenario sudah mereka susun secara mendadak ketika dalam perjalanan ke tempat dimana Felix berada. Hasan akan menunggu Lia di tempat lain, kemudian Lia akan menunjukan ekspresi resting bitch face nya, dan menghampiri Felix yang diketahui Hasan sedang jalan dengan teman sekelas mereka.
"Selamat siang, silahkan meja sebelah mana? Reservasi untuk berapa orang?" pelayan di tempat itu langsung membukakan pintu ketika Lia masuk.
"Engga mas, saya sudah ada janji dengan teman." Lia langsung mengedarkan pandangannya mencari Felix.
Beruntung meja yang di tempati Felix itu untuk kapasitas 4 orang, jadi Lia bisa leluasa melabrak mereka dengan nyaman.
"Felix!" Secara ajaib, wajah Lia sudah terpasang dengan ekspresi dinginnya. Dia memanggil calon mantannya dan orang itu langsung menoleh dengan air muka semerah udang rebus.
"Kamu susah banget di hubungin, ternyata disini. Udah lama?" dengan santainya Lia bergabung dengan mereka lalu menyerobot minuman Winda yang baru saja datang.
Winda tidak berbicara sepatah katapun. Begitu juga dengan Felix.
"Ternyata bener kata orang-orang. Aku yang bodoh, aku liat kok snapgram kamu. Manis ya, 3 bulan jalan bareng aku mana pernah kayak gini." Lia berbicara dengan sangat enteng, seperti tidak ada ketakutan di dalam dirinya. Snapgram yang Lia maksud di posting di account Winda dan di repost oleh Felix.
"Din, aku—"
"Bentar, bentar. Aku belum beres." Lia langsung memotong ucapan Felix.
"Clear ya, dengan caption miss you di snapgram kalian dan jelas banget postingan itu di repost kamu, aku udah anggap kalian pacaran. Ternyata kamu macarin 2 cewe ya selama ini? Hebat bener. Aku yang pertama atau dia nih?" Cerocos Lia dengan nada bicara yang rendah dan terkesan mengintimidasi.
"Felix, kalo kamu mau mutusin aku, jangan. Aku gak mau di putusin, jadi sekarang aku yang mutusin kamu. Felix, aku—mutusin—kamu. Dan Winda, sorry nih, kamu udah liat kan? Aku udah mutusin dia, jadi silahkan ambil, ambil Felix buat kamu."
Lia melirik sekilas Felix yang menunduk dan Winda yang matanya menyiratkan emosi yang siap meledak. Rasanya sangat lega Lia berhasil mengungkapkan semuanya.
"Udah, selesai. Enjoy your meal!" Lia mengakhiri ujarannya tanpa memberi kesempatan kepada kedua orang di depannya untuk berbicara. Lia benar-benar memaksimalkan ekspresi resting bitch face nya yang selama ini dia sembunyikan dan dia latih untuk tidak di tampakkan karena sering memicu kesalah pahaman orang.
Tanpa menghiraukan dua orang yang sudah berhasil Lia ciduk, dia meninggalkan tempat itu dengan perasaan yang ringan.
Ringan, setidaknya sampai dia keluar dari tempat itu.
Setelah berada di luar pintu masuk, keringat di pelipisnya perlahan mengucur, tangannya yang seketika tremor sibuk memegang dadanya yang berdegup kencang. Seumur hidup baru kali ini Lia berani berbuat kasar seperti ini kepada orang lain.
Lia sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak jatuh tapi percuma. Pertahanannya runtuh, dia seorang perempuan yang mau bagaimanapun perasaannya mudah rapuh, dia tidak bisa setegar laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASPRAK [END] ✔
Fiksi UmumDenis Dwi Fahreza, si asprak perfeksionis bertemu dengan dia adik tingkat yang bahkan tujuan kuliah pun dia masih bingung. Bisakah Denis membantunya menemukan tujuan hidupnya? Atau memang benar, kalau kuliah itu harus sesuai sama passion? Tapi masal...