Namamu

3 1 0
                                    

Bahkan dadaku masih berdesir saat namanya disebut. Bibirku masih tersenyum saat mendengar bahwa kami pernah dalam ruang perasaan yang sama. Meski sedetik kemudian,mataku mulai mengumpulkan bulir-bulir,ketika menyadari keadaan kami kini tak lagi sama. Mengetahui kebenaran melalui mulut orang lain sebenarnya menyesakkan,dan lebih menyesakka karena terlambat mengetahui. Namun ada yang membuatku bersyukur,bahwa namamu yang banyak aku sebut dulu,perasaan yang banyak aku berikan dulu ternyata tak bertepuk sebelah tangan. Meski kini ragamu bersama orang lain,namun namamu nyatanya masih sering kusebut tanpa sadar,seolah lidah ini begerak sendiri,otak ini berpikir sendiri. Bahkan namamu membuatku tak bisa mengendalikan tubuhku.

Cerita Tentang Hari iniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang