M A U D Y A 🍁03

7.2K 394 3
                                    

Ketika rindu merasuk kalbu
Perih rasanya
Bagai dihujam seribu sembilu
Dada ini sesak
Bak tertimpa beban berat
Lidah ini kelu
Tak dapat mengucap sepatah katapun
Hanya bulir bening air mata
Yang sudi mewakili pilunya jeritan hati

~ Maudy ~

*****

Bosan. Itulah yang dirasakan Maudy saat ini. Bermain ponsel, membaca novel, bernyanyi, mendengarkan musik, semua sudah ia lakukan. Tapi tak ada satupun kegiatan yang dapat mengurangi rasa bosannya itu. Ia memilih berbaring santai di ranjangnya. Matanya menerawang jauh ke langit-langit kamarnya.

Hari ini semua guru di sekolah Maudy mengadakan rapat untuk persiapan ujian nasional kelas dua belas, maka dari itu, seluruh murid di sekolahnya dipersilakan untuk pulang lebih awal. Sebenarnya, Maudy ingin mengajak Aira pergi ke mall, namun Aira tidak bisa, karena ada acara keluarga. Alhasil, beginilah ia sekarang. Berguling kesana kemari tanpa tujuan yang pasti.

Iseng, Maudy membuka laci nakas di sebelah tempat tidurnya. Ia mengeluarkan sebuah album foto, serta sebuah kotak beludru berwarna biru. Perlahan, tangannya bergerak untuk membuka album tersebut, mengingat kembali setiap memori yang ada di dalamnya.

Lembar demi lembar ia buka, hingga pergerakannya terhenti pada sebuah lembar berisi tiga foto polaroid. Di foto tersebut, terlihat seorang anak laki-laki diapit oleh dua anak perempuan yang sedang tersenyum. Ya, dua perempuan itu adalah Maudy dan Aira.

Ia mengusap perlahan foto tersebut, jujur ia sangat merindukannya. Ia rindu segala tentangnya. Tentang anak laki-laki itu. Ia masih ingat bagaimana senyumnya, serta tingkahnya saat menjahilinya dan Aira. Atensinya teralih pada kotak beludru yang berada di pangkuannya. Segera, ia tutup album tersebut dan membuka kotak itu. Didalamnya, terdapat sebuah gelang berliontin hati. Ia mengambilnya dan memakainya. Rasanya, sudah lama sekali ia tak memaki gelang tersebut.

Flashback on

Seorang anak perempuan berseragam merah putih tengah asyik tertawa di atas ayunan. Sesekali, kakinya terjulur ke bawah untuk menggoyangkan ayunan itu lagi. Sementara itu, seorang anak laki-laki dengan seragam yang sama dengannya sedang menatapnya dengan senyuman jahil. Perlahan, anak lelaki itu mulai mendekatinya.

"DOR!" Teriak anak lelaki itu. Membuat anak perempuan yang duduk di ayunan terlonjak kaget. Ia mencebikkan bibirnya kesal. Namun, ia malah terlihat sangat lucu.

"Ish! Kamu ngagetin tahu nggak!. Orang lagi asyik main ayunan malah dikagetin!" Gerutunya pada bocah lelaki itu. Bukannya membalas perkataan bocah perempuan itu, ia malah menatap lurus pemandangan di depannya.

"Tumben sendirian, Aria mana?" Tanyanya.

Anak perempuan itu menoleh sekilas, menatap tajam anak lelaki itu, ia kemudian turun dari ayunan serta menghentakkan kakinya marah. Ia tak terima. "Kok Aria sih?! Namanya itu Aira. Inget, A I R A ! Bukan Aria!"

Anak laki-laki itu terkekeh kecil. Sudut bibirnya terangkat membentuk bulan sabit melihat temannya kesal. Perlahan, tangannya terulur mengacak gemas rambut sahabatnya itu. "Kamu lucu Azza, kalau ngambek."

Bocah yang dipanggil Azza itu semakin mencak-mencak tidak jelas. Sudah salah menyebut nama temanya eh, kini giliran rambutnya diacak-acak pula. "Iiihhh Revan! Kenapa rambutku diacak-acak sih?! Kan susah benerinnya!!"

M A U D Y A ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang