Happy reading
*****
Setelah dua minggu bergulat mati-matian dengan soal ujian kenaikan kelas, para santri dapat bernapas lega kali ini. Ya, ujian telah selesai, mereka hanya tinggal menunggu hasilnya. Maudy berkali-kali menghela napas berat. Bian yang mendengar dari balik pohon merasa bingung, ada apa dengan Azza-nya.
"Za, lo kenapa sih? Daritadi bawaannya menghela napas mulu. Bukannya harusnya lo senang ya, ujian kan udah selesai. Kok malah gue rasa sebaliknya."
"Gue ... entahlah Bi, gue nggak tahu juga kenapa. Tapi rasanya sesak gitu. Kayak ada yang gimana gitu, nggak enak aja. Mungkin ... gue belum bisa sepenuhnya ngelepas Kak Azka ya." Ujar gadis itu dengan sedikit terkekeh.
Bian diam, tidak merespon Maudy. Hah ... rasanya sakit mengetahui Azza-nya ternyata menyukai temannya sendiri. Tapi kan ... Azka sudah menikah dengan Syifa, yang notebene nya adalah kakak kandung Maudy sendiri. Pasti sulit jadi Maudy, harus merelakan orang yang disukainya bersanding dengan kakaknya sendiri. Membayangkannya saja, Bian tak sanggup.
"Bi? Lo kenapa? Kok diam?" Kalimat itu membuat lamunan Bian buyar seketika.
"Eh, nggak kok, gue nggak papa. Boleh gue tanya sesuatu sama lo Za?"
"Boleh, tanya aja. Asal jangan yang aneh-aneh pasti gue jawab."
"Lo ... segitu sukanya ya sama Azka? Maksud gue, kenapa lo bisa suka sama Azka?"
Maudy tersenyum. Pipinya bersemu merah. Nada suara Maudy terdengar antusias saat membicarakan Azka. Bahkan Bian bisa menebak jika Maudy sedang tersenyum saat ini. "Menurut gue, Kak Azka itu paket komplit, udah ganteng, rajin shalat, pintar lagi. Siapa sih Bi yang nggak mau sama dia? Bahkan mungkin aja kalau lo perempuan, lo juga bakal suka sama dia."
Bian bergidik ngeri. "Mana ada lah Za! Lo mah gitu. Tapi Za, kalau gue boleh tahu lagi nih ya, lo patah hati nggak sih?"
"Iiih lo gimana sih Bi?! Ya jelas lah, nggak usah ditanya lagi. Gue bahkan masih ingat rasanya Bi, sakit banget."
"Oh, gitu. Kalau boleh gue kasih saran, besok-besok kalau lo suka atau cinta sama seseorang, lebih baik lo cintai penciptanya dulu Za, cintai Allah dulu. Dan ya, cintai orang itu karena Allah, dengan begitu, lo nggak bakalan ngerasa sakit lagi. Gantungkan harapan lo dan rasa cinta lo sama Allah, jangan sama makhluk - Nya. Kalau lo masih aja berharap sama makhluk - Nya, ya siap-siap aja ngerasa sakit."
"Satu lagi Za, lo tahu kan di dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 216, Allah SWT berfirman yang salah satu arti kalimatnya begini : Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
"Lo boleh sedih kok Za, tapi jangan berlebihan juga. Lo ambil hikmahnya aja, berarti kalau begini, Azka itu bukan yang terbaik buat lo. Dan Allah masih menyiapkan seseorang yang lebih baik buat lo kelak. Jadi, jangan sedih lama-lama ya Za, gue nggak suka lihatnya."
Maudy manggut-manggut mengerti. Benar kata Bian, dia seharusnya lebih mencintai Allah sebagai Sang Pencipta terlebih dahulu. Dan harusnya, Maudy mengerti kalau Allah sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untuknya nanti. Maudy beristighfar dalam hati, menyesali perbuatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
M A U D Y A ✓
ДуховныеMenceritakan mengenai Maudya Ayu Azzahra yang berjuang untuk melunakkan hati ayahnya. Ayahnya menganggap, Maudy itu pembawa masalah dan pembuat onar. Hingga suatu saat, ayahnya mengirimnya ke suatu pondok pesantren. Rintangan demi rintangan selalu m...