M A U D Y A 🍁08

5.9K 339 3
                                    

Happy reading

*****

Ya Allah, ganteng banget sih nih orang. Adem gitu lihatnya. Ya Allah, apa boleh gue berharap? Semoga dia jadi jodoh gue nanti.

Maudy menatap Azka dengan intens tanpa berkedip sedikitpun. Bahkan, ia terkesan seperti orang yang sedang melamun. Azka yang ditatap sedemikian rupa oleh Maudy hanya bisa mematung di tempatnya, seraya merapalkan istighfar berulang kali dalam hati agar tak terjadi hal yang tidak seharusnya.

Farida dan Usman hanya memerhatikan mereka tanpa bicara. Lucu sekali melihat reaksi Azka yang kebingungan. Matanya mengerjap-ngerjap, membuat Farida gemas. Azka mengibaskan tangannya di depan muka Maudy. Supaya ia segera sadar. "Umm ... Maudy? Kamu ngelamun? Maudy?"

"E-eh, iya kak? Maaf kak, kelepasan tadi." Dengan pipi merona serupa tomat, Maudy buru-buru menunduk. Mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Ya, apapun selain wajah tampan nan kharismatik milik Azka.

"Aduh, kalian berdua ini bikin ummi gemas deh. Udah yuk duduk dulu, kasihan kan Maudy, habis perjalanan jauh masa disuruh berdiri terus. Oh iya, Azka kamu bawain koper Maudy ke kamar tamu ya. Ummi mau bikin minum dulu."

Dengan cepat, Maudy menggeleng. "Nggak usah ummi, biar Mou sendiri yang bawa. Kan kasihan Kak Azka keberatan nanti."

Azka tak menghiraukan ucapan Maudy. Ia mengambil alih koper yang tergeletak itu, kemudian mengangkatnya. "Udah nggak papa, nggak usah sungkan. Lagian kamu kan baru sampai. Duduk dulu sana."

"Ya-yaudah deh kalau Kak Azka maksa."

*****

"Jadi, ustadz kok bisa kenal sama ayah?" Maudy memulai topik pembicaraan setelah selesai menyeruput teh hangat buatan Farida.

"Fariz itu teman sekolah Abi. Dulu, kita berdua selalu masuk ke sekolah yang sama, bahkan ditempatkan di kelas yang sama. Kebetulan, Fariz itu orangnya ramah. Bahkan dulu aja, Fariz yang ngajak kenalan duluan. Namun saat kelas satu SMA, orang tua Abi memutuskan untuk menyekolahkan Abi di pondok pesantren. Akhirnya, kami berdua berpisah. Kami baru bertemu kembali saat Fariz dan Windy menikah. Itupun hanya hadir di acara resepsinya. Dan ya, Abi sudah dengar tentang peristiwa yang menimpa keluarga kalian. Turut berduka cita ya. Maaf, karena kami nggak bisa hadir di pemakaman Windy."

Maudy mengangguk seraya tersenyum. "Nggak papa kok ustadz, ustadzah. Kan itu udah lama banget juga." Sejujurnya, Maudy tak ingin membahas mengenai peristiwa kelam itu. Mengingatnya saja sudah membuat Maudy tertekan.

"Oh iya, Maudy ini anak bungsu kan? Kalau nggak salah, Fariz punya satu anak perempuan lagi?" Tanya Farida.

"Iya ustadzah, saya memang anak bungsu. Kakak saya namanya Kak Syifa. Ustadzah tahu, Kak Syifa itu baik banget. Saya udah anggap Kak Syifa itu kayak penggantinya bunda. Kalau dilihat-lihat, Kak Syifa sebaya deh kayak Kak Azka." Mata Maudy berbinar seketika tatkala ia menceritakan mengenai kakaknya.

Usman, Farida, dan Azka tertawa. Sungguh malam yang penuh canda. Maudy merasa seperti punya keluarga lengkap lagi.

Jadi begini ya rasanya diperhatiin itu. Meskipun bukan sama ayah, tapi gue udah bersyukur kok. Semoga lain kali, ayah juga mau perhatiin gue.

Farida yang sadar ini sudah terlalu malam, memutuskan untuk menyudahi obrolan ini. Bagaimanapun juga, Maudy memerlukan istirahat setelah perjalanan panjangnya hari ini. "Ngobrolnya udah dulu, udah malam ini. Maudy kan juga butuh istirahat. Yuk Maudy, ummi antar ke kamar, kamu pasti capek kan."

"Eh, iya ustadzah makasih. Maaf ya kalau saya merepotkan."

"Sudahlah nak, nggak papa. Kami nggak merasa direpotkan kok." Farida merangkul Maudy. Mengantarnya hingga ke depan pintu kamar tamu. Hanya tersisa Azka dan Usman saja di ruang tamu.

"Azka juga udah ngantuk bi, ini Azka taruh dapur dulu ya." Azka bangkit hendak menaruh cangkir bekas teh. Sepertinya, Usman tak mendengar anaknya itu. Ia masih fokus dengan apa yang dipikirkannya. Hingga gumaman kecil meluncur.

"Semoga saja Fariz bisa memperlakukan kedua putrinya dengan adil." Gumam Usman.

Azka berhenti berjalan. "Maksud Abi?"

"Belum saatnya kamu mengetahuinya nak. Nanti, ada saatnya kamu akan tahu dengan sendirinya."

*****

Terimakasih yang udah mau baca

See you next chapter.....

29 Agustus 2020

dif_ran










M A U D Y A ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang