Chapter 01

11.3K 338 18
                                    

Happy reading

Hari ini adalah hari dimana seluruh anak sekolah kembali melakukan ritual nya sebagai anak sekolah. Tidak berlaku sekali bagi yang daring.

Pastinya dengan suasana yang baru, kelas baru, teman baru, wali kelas baru, serta gebetan baru bagi si playboy kelas cupang.

"Kayaknya yang daring gak ngerasain enaknya masuk sekolah ya gak sih? Cuman lewat youtube aja bakal pinter gitu?" ujar Putra sambil berjalan kearah kelas XII-IPA 1

Jordhan mengangguk, "Iya juga si yaa, tapi kan sekolah kita juga gitu ya anjir! Dari angkatan pertama emang udah diterapin kayak gitu kan? Jadi ya bisa gak bisa, harus bisa." Balas Jordhan. "Tapi gua bingung deh, kenapa orang-orang yang kenal di media sosial bisa pacaran gitu. Padahal kan mereka kagak pernah ketemu." lanjutnya dan diangguki oleh keempat temannya.

"Modal chatt aja bangga." timpal Yutha dengan menyeringai dan membuat ketiga sahabatnya tertawa. Kecuali seorang Arkan Alghozali yang memiliki wajah datar.

Kini, mereka telah sampai dikelas barunya. Pertama kali yang menginjakkan kakinya dikelas XII-IPA1 adalah Putra dan juga Jordhan. Mereka melongo disaat semuanya hanya sibuk dengan buku masing-masing.

"Enggak ada sejarah buat seorang Putra kalo gak berulah." ujarnya dan diangguki oleh Jordhan.

"ASSALAMU'ALAIKUM YA AHLI KUBUR! " teriak Putra dan membuat anak kelas XII-IPA1 terkejut.

Putra melongo saat mendengar pujian untuk keempat sahabatnya. Ia melirik Yutah dan Jordhan yang sedang tebar pesona, lain dengan Arkan dan Gilang yang langsung masuk begitu saja. "Dasar! Kalo orang salam tuh dijawab, bukannya dicuekin!" sindirnya dengan kesal dan berjalan keatah bangkunya.

"Aduh gilak, ganteng banget please!"

"Pesona anak Cenca emang gak ada yang bisa ngalahin!"

"Beneran nih anak Cenca masuk kelas kita?  Omg, harus sih gua bikin viral!"

"Arkan diem aja kok bisa ganteng sih? Mau gak jadi pacar aku? "

"Ya Tuhan, itu ketua Cenca ganteng banget! Jodohkan Hamba dengannya Ya Tuhan."

Pekik seluruh siswi XII IPA1. Bahkan sampai kelima pemuda itu sudah duduk dikursinya dengan tenang, para gadis pun belum selesai menatap. Dirinya secara terang-terangan, dan ada juga yang menggodanya sambil mengedipkan matanya sebelah.

Tak membutuhkan waktu yang lama, kini di depan pintu kelas XII IPA1 sudah ada seorang bapak guru yang berdiri disana. Dengan tangan yang membawa beberapa buku paket serta pena yang dipasang disaku bajunya itu. "Selamat pagi anak-anak, disini saya akan menjadi wali kelas kalian. Dan tolong hargai saya disini." sapa pak Herman sambil duduk di kursi guru.

Pak Herman menatap muridnya satu-persatu, saat matanya menatap kearah belakang, ia sangat terkejut kala melihat lima anak yang dulu membuat nya naik darah setiap hari, dan sekarang mereka-lah yang menjadi murid kelasnya.

"Hai pak botak," sapa Putra dengan senyum tengilnya dan langsung mendapatkan pelototan mata dari pak Herman. "Bisa-bisanya saya menjadi walikelas kalian." jawabnya sambil memijat pangkal hidungnya. Ia sudah mewanti-wanti untuk tidak menjadi walikelas dari kelima pemuda tersebut, namun ternyata semesta tak mendukung dan ia harus menerimanya.

"Kita kan ikatan cinta pak!" Timpal Yutha yang membuat gelak tawa sekelas.

***

Kini, kelima pemuda itu sedang berada di Warjok warung pojok yang biasanya digunakan untuk berkumpulnya anak Cendrawasih. Tak jauh dari sekolah, biasanya mereka bisa memanjat pagar belakang sekolah untuk sekedar bolos di warjok.

"Cepet banget ya, Kak Yola udah setahun aja ninggalin kita." ujar Jordhan sambil menatap minuman nya. "Gak kerasa anjir, padahal baru kemarin kita party sama dia, eh udah duluan aja." balas salah satu anak Cendrawasih.

Gilang yang mendengar pun lantas tersenyun tipis. Ia meneguk minumnya dan membuang napasnya. "Mau jenguk?" tanya nya yang dibalas anggukkan dari seluruh pasukannya. "Boleh Bang, udah lama juga kami gak kesana." balas Ardhan sambil tersenyum lebar.

Gilang juga sangat kangen dengan sosok seorang Yolanda Putri Mahendra. Kakak kelas perempuannya dan ia sudah menganggapnya sebagi Kakak kandungnya sendiri. Mengingat kematian Yola, ia merasakan gemuruh didadanya.

"Habis bell pulang kita langsung kesana." ujarnya dan dibalas anggukkan dari semuanya.

***

Gilang beserta pasukannya pun mulai keluar dari warjok dan langsung menaikkan motor mereka masing-masing. Jordhan serta Putra yang sudah duluan ke sana atas suruhan Gilang untuk membeli bunga serta air untuk berziarah ke makam Kakak kelas mereka.

Gilang menengok ke belakang untuk memastikan bahwa pasukannya sudah siap untuk pergi ke makam Yola. "Udah siap Bang." ucap Ardhan yang dibalas anggukkan dari Gilang.

Leonard Gilang Pratama, pemuda tampan dengan rahang yang tegas itu memimpin pasukannya. Mengendarai motor sport dengan kecepatan sedang membuat mereka terlihat seperti pengendara lainnya. Bagi Gilang, Cendrawasih adalah keluarga keduanya setelah Mama serta Adik kesayangannya pergi. Ia tinggal bersama sang Ayah, Leonard pembisnis terkenal di Jakarta itu sering berpergian ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Tak heran jika Gilang lebih sering bersama Cendrawasih.

***

Gilang menyapa Abang kelasnya yang sudah berada lebih dulu dimakam Yola. Ia bertos dan tersenyum tipis yang diikuti oleh seluruh pasukannya.

"Makasih udah dateng, aduh gak usah bawa banyak-banyak, ini aja udah cukup." ujar Saka yang langsung merebut bunga serta air yang berada digenggaman Putra. "Gak usah pelit," ucapnya sebelum Putra meminta balik bunga serta air itu. Putra mendengus, andai saja ini bukan di makam, mungkin ia sudah mengajak berantem Abang kelasnya itu.

Gilang mempersilahkan Alarik untuk memimpin doa, meski agama mereka beragam, tapi jiwa dan raga mereka tetap sama. Alarik tersenyum dan menepuk bahu Gilang, "Thanks," ucapnya yang dibalas anggukkan dari Gilang.

Setelah selesai berdoa, kini mereka menaburkan bunga serta air yang sudah dibeli tadi. Tak lupa untuk menyabuti rumput disekitar makam Yola. Sudah menjadi kebiasaan disetiap berziarah ke makam Yola mereka akan seperti itu.

Alarik bangkit dari kegiatan jongkoknya dan menepun celananya yang terkena debu. "Mau mampir?" tanyanya yang membuat seluruh pasukan Cendrawasih itu melirik kearah Gilang. Gilang melihat mimik wajah Putra, Yutha, serta Jordhan yang memohon kepadanya untuk menerima tawaran tersebut. Ia membuang napasnya panjang, "Boleh Bang." jawabnya yang langsung membuat seluruh pasukannya terpekik senang.

***

Gimana sama chapter pertamanyaa? Aku harap kalian suka terus yaaa! Jangan lupa buat vote dan komen agar aku semangat updatenya!

Dukung terus karya bee yaa! Aku mau minta tolong ke kalian untuk bantu share karya ku ke orang lain atau media sosial yaa! Thank youu ♡!

Follow instagram : @cyntiafafuana

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang