Chapter 28

1.2K 60 1
                                    

Happy reading

Setelah merasa rambutnya kering, Alice pun segera keluar dari toilet perempuan. Ia terkejut saat ada tangan besar yang menyodorkan tasnya. Alice meliriknya lalu mengambil tasnya, "Makasih." ucapnya yang diangguki oleh Gilang.

Gilang merangkul pundak gadisnya, "Mau ikut aku ngajar gak?" tanya nya yang diangguki oleh Alice. "Boleh, nanti aku tungguin diluar aja ya." jawabnya yang sambil terus melangkahkan kakinya ke warjok.

Gilang mengangguk kala ada beberapa pasukan Cendrawasih menyapa dirinya. Ia mengajak Alice untuk kedalam dan duduk sebentar disana. Gilang menepuk pundak Haris yang sedang menatap kearah Alice. "Jangan diambil juga ya Ris," ucapnya yang diangguki oleh Haris. "Gak berani Bang, orang pawangnya jago berantem, bisa abis nyawa saya." jawabnya sambil tertawa.

Alice tersenyum saat semua pasukan Cendrawasih menatap dirinya dengan tatapan bingung. Ardhan yang kemarin bertemu dengan Alice pun mendekat, "Lho, Kakak bukannya yang beberapa minggu lalu nanyain Bang Gilang ya?" tanya nya yang dibalas anggukkan dari Alice. Ardhan serta yang lain pun semakin bingung. "Bentar-bentar, jadinya gimana sih, Kak Alice siapanya Bang Gilang?" tanya nya yang membuat Gilang merangkul pundak Ardhan.

"Pacar, Ibu Bosnya Cendrawasih." jawabnya dan memberikan Alice segelas es teh. Ardhan serta yang lain pun jelas terkejut, "BENERAN?!?" pekiknya yang diangguki oleh Gilang.

Pemuda itu merangkul kekasihnya dan segera berpamit. Alice tersenyum,  "Duluan ya, semua." pamitnya yang dibalas anggukkan dari semuanya. "Hati-hati Pak bos, Bu bos!"

***

Selama perjalanan pulang Gilang sama sekali tidak membuka suaranya yang membuat Alice bingung. Bahkan, dirinya belum sempat bertanya darimana kekasihnya itu mengetahui dirinya yang berada di toilet.

"Lang," panggil saat motor Gilang berhentk karna lampu merah. Gilang berdeham sebagai jawaban. Alice tersenyum, "Kamu kenapa, aku buat salah?" tanya nya yang membuat Gilang melirik dari spion motornya.

Lampu kembali hijau, yang membuat Gilang kembali mengendarai motornya. Gilang menepikan motornya dan membuka kacar helmnya. "Kamu di bully sama siapa Al?" tanya Gilang dengan cuek. Alice tersenyum tipis, "Jadi kamu diemin aku karna hal itu? Aku gak tau, tapi kayaknya perempuan deh." balasnya yang diangguki oleh Gilang.

"Kalo ada apa-apa, kabarin aku Al. Aku pacar kamu, aku mau lindungi kamu." ujarnya sambil memegang tangan Alice yang melingkar indah diperutnya. Alice mengangguk "Iya, maaf ya." ucapnya dan menyuruh Gilang untuk segera melajukan motornya agar mereka cepat sampai ditempat Gilang mengajar.

***

Gilang mengajak Alice masuk kedalam yang dibalas gelengan oleh gadis itu. "Kenapa Al? Kalo kamu disini, justru bikin aku khawatir." ujarnya yang kini sudah berganti pakaian. Alice membasahi bibir bawahnya, "Kamu khawatir kenapa? Disini kan ada cctv nya Lang." jawab Alice dan membuat Gilang melipat kedua tangannya, "Khawatir kamu diganggu orang! Udah ayo, ikut aku masuk kedalam biar gak ada yang gangguin orang cantik!" ajaknya sambil menggenggam tangan Alice.

Alice menyapa beberapa guru yang berada disana. Ia memilih untuk menunggu Gilang diruang tunggu. Selain menunggu, Alice pun ingin melihat tempat kerja kekasihnya itu. Gilang berpamitan kala jamnya sudah ada.

Alice terus bertukar canda dan tawanya kepada salah satu gadis yang ternyata baru saja lulus SMA dan langsung bekerja ditempat ini. Alice tersenyum saat ia mendapatkan pertanyaan soal hubungannya dengan Gilang. "Saya pacarnya, Kak." balasnya yang membuat gadis itu tersenyum. "Pantes aja Pratama kalo digodain sama anak-anak, gak mempan, ternyata pacarnya secantik bidadari!" balasnya yang membuat Alice tersenyum.

"Maaf Kak, bisa tolong gantiin guru yang ngajar kelas 2 SD gak? Soalnya gurunya lagi gak masuk, kabarnya juga baru dapat ini." ujar salah satu ibu itu. Alice hanya mendengarnya, dan kembali mengscroll media sosial.

Ibu itu menyampiri Alice, "Permisi Kak." ucapnya yang membuat Alice mendongak lalu mematikan ponselnya. Ibu dengan kerudung berwarna coklat mudanitu tersenyum, "Guru disini Kak?" tanya nya yang dibalas gelengan dari Alice.

"Kenalin, saya Agnes pemilik tempat les ini." ujarnya yang diterima baik dengan Alice. "Alice, Bu." jawabnya sambil tersenyum. Bua Agnes menatap Alice dari atas sampai bawah, "Kamu bisa tolongin Ibu untuk hari ini aja Alice? Ibu lagi butuh banget guru untuk kelas 2 SD, sekarang mereka lagi Ibu kasih tugas aja. Belum ada yang kesana soalnya kan mereka baru masuk." ujarnya dan dibalas anggukkan dari Alice. "Boleh Bu, nanti saya bantu." jawabnya yang membuat Bu Agnes tersenyum. "Tapi maaf sebelum Bu, saya pakai baju kayak gini, gapapa?" tanya nya yang diangguki oleh Bu Agnes. "Gak papa, yaudah yuk, ikut Ibu ya."

***

Alice masuk kedalam kelas itu yang membuat semuanya terdiam dan menatapnya dengan bingung.

Bu Agnes yang berdiri disamping Alice pun menatap seluruh anak kelas ini, "Adik-adik, kenalin, ini guru kamu yang akan menggantikan Bu Nala untuk hari ini ya, tolong jangan buat Kakak cantiknya kesulitan ya." ujarnya yang dibalas pekikan senang dari sepuluh anak tersebut. "Horee, ada Kakak cantik! Baik, Bu Agnes." balasnya yang diangguki oleh Bu Agnes.

Alice menaruh tasnya dan mulai menjelaskan cara tergampang kepada seluruh muridnya kali ini. Dengan jantung yang berdetak lebih cepat, Alice berusaha untuk terus melanjutkan aksi mengajarnya dan tidak boleh pingsan sekarang.

"Kakak cantik, kok yang itu dibagi dulu bukan dikali?" tanya seorang anak kecil dengan rambut dikuncir dua itu. Alice mengangguk, "Iya. Jadi, kalo misalnya kalian memuin perkalian dan pembagian, kalian harus ngerjain yang pembagiannya lebih dulu, baru perkaliannya. Oke, paham?" jawabnya dan diangguki oleh semua.

Gilang yang baru saja selesai pun langsung keluar dari kelasnya dan segera mencari kekasihnya. Ia yang melewati kelas De Jongh itu melirik saat mendengar suara yang tak asing dikupingnya. Ia mengintip dari celah pintu yang terbuka itu, senyum lebar terpampang jelas diwajah pemuda Leonard itu. Gilang yang tak mau kehilangan momen pun langsung mengeluarkan ponselnya dan segera memotret gadisnya serta memvidiokannya.

Alice keluar dari kelasnya dan segera berjalan untuk menemui kekasihnya serta Bu Agnes. Ia melihat Gilang yang sedang berbincang dengan Bu Agnes pun tersenyum. "Bu," sapanya yang dibalas senyuman oleh Bu Agnes.

Wanita yang berumur 48 tahun itu memberikan Alice amplop coklat, "Ibu cuman bisa kasih ini, maaf ya kalo sedikit. Makasih juga udah mau ngajarin mereka." ujarnya yang justru membuat Alice tak enak. "Sama-sama Ibu, tapi maaf, saya kan cuman gantiin, gak usah dibayar ya Bu." ucapnya dengan halus yang dibalas gelengan oleh Bu Agnes. "Terima ya, anggep aja ini rasa terimakasih Ibu ke kamu." ujarnya.

Gilang serta Alice pun pamit untuk pulang karna hari mulai sore. Gilang pun langsung mengantar kekasihnya agar bisa beristirahat. Ia bahkan terus tersenyum lebar dibalik helmnya.

***

Gimana sama chapter 28 nya? Jangan lupa vote dan komen yaa!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youuu!

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang