Chapter 29

1.2K 56 3
                                    

Happy reading✨

Pagi ini, Gilang terbangun telat karna ia semalam begadang untuk menyelesaikan rekapan nilai muridnya. Ia mengambil ponselnya dan tersenyum tipis saat melihat tanggal yang sudah mau diakhir bulan. Ia menyambar jaketnya dan segera berangkat ke sekolah.

Hari ini gilang absen untuk menjemput Alice, gadisnya itu sudah mengabarinya jika hari ini ia tidak masuk karna Farrel sedang demam di Bandung.

Pemuda Leonard itu memarkirkan motornya dibelakang warjok dan segera berlari ke pintu belakang. Ia mendapatkan informasi dari Yutha, jika hari ini anak kelas XII hanya mengisi absen kehadiran saja. Dan setelahnya, mereka boleh kembali keluar.

Gilang memanjat dan langsung loncat ke bawah. Ia yang masih penasaran dengan pelaku pembully gadisnya itu yang masih ia terus selidiki. Ia melihat ke arlojinya, jam 08.30 , biasanya Alice selalu ke toilet jam segitu atau mungkin lebih sedikit.

Gilang berjalan dengan santai, namun matanya menajam saat melihat seorang gadis dengan topi hitam serta sepatu berwarna putih itu masuk kedalam toilet perempuan. Gilang berjalan dengan perlahan, niatnya ingin memvidiokan gadis itu, justru ia sudah lebih dulu dibius dan membuat dirinya pingsan.

***

"Eh, si Gilang udah sampai belum sih? Lama banget, tadi katanya udah di belakang." ujar Yutha sambil menunjukkan chatt nya. Jordhan berjalan kedepan untuk memastikan apakah ada sahabatnya atau tidak. "Nggak ada, lo tau kan si Gilang kalo lari itu paling cepet? Gak mungkin sih kalo ketangkap." jawabnya yang dibalas anggukkan.

Yutha bangkit, ia segera berlari kearah belakang sekolah. Namun saat melewati toilet perempuan, ia melihat tas Gilang yang berada disana. Yutha mengambil tas sahabatnya lalu melambaikan tangannya kearah Jordhan. "Tas nya Gilang!" pekiknya yang membuat semuanya langsung kesana.

Putra yang sudah penasaran pun langsung membuka pintu kamar mandi dan memeriksa disetiap kamarnya. Putra keluar, ia menggelengkan kepalanya. "Gua nemu ini, kalo dicium, aromanya kayak shampoo cewek." ujarnya sambil menyodorkan topi tersebut. Arkan mengambilnya, "Difa?" ucapnya yang langsung lari kearah kelas XII IPS3.

Arkan langsung masuk ke kelas itu yang membuat semuanya menatap kearah pemuda Alghozali. Arkan melempar topi berwarna hitam itu kearah Tessa serta Manda yang menatapnya bingung.

"Mana Difa?" tanya nya yang membuat keduanya saling melirik. "Difa? Tadi kayaknya keluar deh." balas Manda sambil menatap Arkan. Pemuda itu menajamkan pandangannya, "Kemana?" tanya nya sekali lagi yang dibalas gelengan oleh keduanya.

Arkan mengambil kembali topi tersebut, "Kalo temen lo udah balik, kabarin gua." ujarnya dan kembali berlari kebawah. Sial, pasti Gilang sedang dijebak oleh gadis itu.

***

Alice yang baru saja sampai di lobby apartemen Gilang pun langsung melangkahkan kakinya kearah lift dan segera menekan tombol disana. Alice yang membawa dua paperbag berisi makanan itu pun terus melanglahkan kakinya hingga berada dilorong kamar kekasihnya.

Alice yang sedari tadi tersenyum pun kini mengernyitkan dahinya kala ia mendengar ada seseorang yang sedang berdesah disana. Ia menengok kebelakang yang ternyata ada Arkan dengan topi berwarna hitam ditangannya. Alice menatap topi tersebut, "Lo," tunjuknya yang membuat Arkan melempar topi tersebut. "Difa." balasnya dan membuat Alice berlari kearah kamar Gilang.

Alice menjatuhkan kedua paperbagnya saat melihat kekasihnya yang sedang bercumbu dengan gadis lain. Gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu menatapnya dengan tidak percaya, ia meninggalkan paperbag disana dan berlari untuk keluar dari apartemen tersebut.

Arkan yang melihat pun langsung berlari kearah kamar sahabatnya dan segera menonjok Gilang agar sahabatnya itu sada. Difa yang terkejut pun langsung menutup bajunya dan segera bangkit dari sana, namun sayang, tangannya sudah lebih dulu dipegang oleh Arkan.

Pemuda Alghozali itu langsung mengikat kaki serta tangan gadis itu dan memberi lakban pada mulut gadis itu. Arkan menepuk pipi Difa, "Lo salah main lawan, Mawar Difa." ucapnya lalu segera membopong tubuh Gilang untuk pergi dari sana. Arkan mengunci pintu kamar itu dari luar.

***

Alice memukul stir mobilnya dengan kencang dan memukul dadanya yang terasa begitu sesak. Sial, jadi semua dalang selama ini adalah seorang Difa? Ia masih tak percaya atas kejadian yang menimpanya dihari ini. Niatnya untuk membersihkan serta membawa makanan untuk kekasihnya itu, justru membuat dirinya merasakan segala sakit ini.

Alice menjambak rambutnya frustasi, Ia memukul stirnya berkali-kali yang membuat kubu-kubu jarinya memerah. Alice membenturkan kepalanya distir itu dengan kencang. Lalu mendongak dan segera menelfon seseorang yang berada di sebrang sana.

Alice tersenyum tipis saat kirimin cctv kamar Gilang yang sudah berada diponselnya. Ia mengucapkan terimakasih dan segera pulang untuk memindahkan vidio itu kedalam laptopnya.

Setelah ini, ia akan siap dengan segala resiko yang akan datang nantinya. Bahkan ia pun sudah siap untuk memutuskan hubungannya dengan Gilang.

***

Gimana sama chapter 29 nya? Jangan lupa voye dan komen ya!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke media sosial, thank youu!

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang