Chapter 26

1.4K 69 5
                                    

Happy reading

Setelah dua minggu dirawat, hari ini, akhirnya Gilang diperbolehkan untuk pulang. Pemuda itu sudah dilepas infus dan sekarang sedang berada didalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia tersenyum kala air itu menyentuh ujung kepalanya. Gilang mengeringkan rambutnya dan memakai pakaian nya. 

Alice yang baru saja datang pun terkejut saat Gilang keluar dari kamar mandi dengan shirtles yang membuat dirinya menutup mata. "Kebiasaan banget kalo keluar gak pernah make baju, kalo bukan aku yang masuk gimana?" tanya Alice yang membuat Gilang mendekat dan memeluk tubuh itu dari belakang. "Ya gak papa dong, bonus buat mereka, biar semangat." jawabnya yang langsung mendapatkan cubitan dari Alice.

Gadis itu selalu menjenguk Gilang, bahkan setiap pulang sekolah, Alice akan selalu dibonceng oleh Arkan untuk ikut menjenguk kekasihnya. Dan selama itu pula, Alice selalu membantu Gilang dalam belajar.

"Lang, hari Senin ada ulangan harian, kamu udah belajar kan?" tanya Alice sambil memasukkan pakaian kotor Gilang. "Udah kok, kan aku punya guru privat." balasnya sambil tersenyum.

Kamar yang Gilang pakai adalah kamar VVIP, pasalnya, Gilang sudah menolak untuk perawatan yang sangat mahal, namun Bastian - Ayah Yutha itu memaksa dan membuat dirinya menerima. Gilang akan kembali mencari uang untuk mengganti semuanya walaupun dengan jangka waktu yang lama.

Gilang mengambil tasnya yang membuat Alice tersenyum, "Enzy udah pulang Al?" tanya nya yang diangguki oleh Alice. "Udah, kenapa?" jawabnya dan membukakan pintu itu. Gilang menggeleng, "Kangen aja, biasanya dia kan suka kesini kalo habis dari bawah." ujarnya. Alice yang mendengar pun hanya bisa tersenyum, setelah Enzy dibawa pulang oleh tante nya, kini gadis berumur 5 tahun itu sudah berada di negara kelahirannya, Singapura.

***

Keempat sahabat Gilang yang sudah menunggu dibawah pun langsung bersiap saat melihat Alice yang sedang berjalan dengan Gilang. Keduanya terlihat begitu sangat serasi dimata mereka. 

"Kayak lagi ngeliat pengantin masuk gedung anjir." ucap Jordhan yang dibalas tawa dari Aletta. "Coba sana Dhan, sama Tessa." timpalnya yang membuat Jordhan bergedik ngeri. "Gak deh, mending sama yang lain." jawabnya. Membayangkan ia berjalan bareng dengan Tessa saja sudah cukup membuat bulu kuduknya merinding, bagaimana jika menjadi sepasang kekasih? Tidak, Jordhan tidak mengharapkan hal tersebut.

Gilang memberikan tasnya kepada Yutha dan masuk kedalam mobil itu. Ketiga temannya yang lain membawa kendaraan nya masing-masing. Aletta duduk didepan bersama Yutha yang berada disamping kanan nya, serta yang duduk dikursi belakang ada Gilang dan Alice.

"Lang, beberapa hari yang lalu ada anak SMP nyariin lo ke apartemen." ujar Yutha yang membuat Gilang mengerutkan dahinya, "Siapa namanya?" tanya nya yang kemudian mengecek ponselnya.

"Kalo gak salah Ghani deh, iya Ghani. Katanya dari tempat les." balas Yutha sambil melirik Gilang dari kaca didepan. Gilang mengangguk, kemudian ia mengetikkan pesan ke tempat ia mengajar bahwa hari Senin, ia akan kembali kerja seperti biasanya. "Makasih ya, kangen itu sama gua." ujarnya yang membuat Yutha mengacungkan jari tengahnya.

***

Gilang tidak mengizinkan keempat sahabatnya untuk masuk kedalam apartemennya. Hari ini, Gilang ingin menghabiskan waktunya bersama Alice. "Gak tau terimakasih banget lo Lang, udah kita anterin juga, kasih minum kek se-enggaknya." ujar Putra yang tak terima saat mereka semua diusir oleh Gilang. Pemuda Leonard itu menggeleng, "Beli aja sih, gak usah kayak orang miskin!" jawabnya dan menarik tangan Alice agar segera masuk kedalam apartemen.

Alice menengok kebelakang, "Makasih ya!" pekiknya yang diacungi jempol oleh Yutha.

Jordhan tersenyum miring, "Ke Cafe nya aja gimana? Ntar kita bilang aja kalo yang bayar Gilang." ujarnya yang membuat semuanya mengangguk setuju. Arkan meliriknya, "Jangan yang mahal, lo tau kalo sekarang Gilang gak kayak yang dulu." ujarnya mengingatkan dan dibalas anggukkan.

Mereka semua pergi dari area parkiran apartemen Gilang dan langsung menuju kearah Cafe milik sahabatnya. Semenjak Gilang dirawat, mereka semua sering berkunjung untuk sekedar memastikan bahwa Cafe sahabatnya itu berjalan lancar serta menumpang masuk ke ruangan Gilang untuk beristirahat disana.

Arkan, pemuda dengan tampang cuek itu adalah orang yang paling sering berkunjung ke Cafe Gilang. Semenjak Dito - saudara tirinya sudah berhenti kerja disana, Arkan justru datang sambil membantu saat Cafe ramai, atau ia menjadi pelanggan disana.

***

Gilang duduk disofa sambil melihat gadisnya yang sedang sibuk didapur. Gilang berdecak, niatnya ia mengajak Alice ke apartemen nya adalah untuk quality time bersama dirinya. Namun ternyata, Alice justru sibuk dibelakang yang membuatnya kesal.

"Sayang, kamu ngapain sih?" ucap Gilang sambil membuka kulkasnya dan mencari minuman disana. Alice mendekat kearah Gilang, "Bersihin itu, aku lupa dateng beberapa hari, udah kotor lagi aja." ujarnya, lalu memukul tangan Gilang saat pemuda itu mengambil salah satu soda kaleng dari kulkasnya. "Aku gak izinin kamu minum soda. Inget, baru keluar dari rumah sakit, jangan cari penyakit deh." ujarnya dan menarik tangan Gilang agar kekasihnya itu duduk manis disana.

Gilang merebahkan dirinya dan menaruh kepalanya dipaha gadis itu, ia menatap Alice dari bawah dan tersenyum. "Kamu cantik tau kalo dari bawah." ujarnya dengan tatapan tulus yang membuat Alice mengangguk. "Banyak sih yang bilang, jadi gak kaget lagi." balasnya dan disambut tawa keras dari Gilang.

Sepasang kekasih itu sedang menikmati drama Korea yang Alice ceritakan kepada Gilang selama di rumah sakit. Mereka saling tertawa bersama, namun Alice menjadi sangat greget saat melihat pemain laki-laki yang menatap gadis itu namun tidak mau mengungkapkan perasaan nya.

"Emang nanti mereka gak jadian, Al?" tanya Gilang yang dibalas gelengan oleh Alice. "Enggak, si perempuan milih sama pemain baduk." balasnya yang membuat Gilang bergumam. Alice melempar bantal sofa kearah televisi, "Gak asik banget itu temennya, padahal dia udah jujur lho, suasana nya juga serius." ujarnya dengan kesal. Gilang bangkit dan mencium pipi gadisnya dengan sekilas, Alice mematung, ia merasa bahwa sekarang wajahnya pasti sudah merah padam.

Gilang tersenyum, "Jangan ditonton lagi kalo kamu kesel," ucapnya dan mengganti dengan lagu. Gilang menarik Alice kedalam dekapannya. "I miss you, I love you." ujarnya yang tanpa sadar membuat Alice ingin pingsan sekarang juga.

***

  Gimana sama chapter 26 nyaa? Jangan lupa vote dan kome ya!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youu!       

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang