Chapter 18

1.9K 92 5
                                    

Happy reading✨

Sebulan sudah mereka lewati bersama. Gilang yang sudah bekerja pun akhirnya diketahui oleh keempat sahabatnya. Pemuda Leonard itu lebih banyak diam dan tidak pergi ke kantin untuk menghemat uangnya. Selain itu, keempat sahabatnya yang juga sedang mendiamkan dirinya karna ia tidak memberitahunya.

Alice, gadis yang mampu membuat Gilang nyaman pun menjadi sering berkunjung ke apartemen pemuda itu. Gadis dengan rambut panjang kepirangan itu selalu membuat Gilang kembali tersenyum dan merasa lebih bersyukur atas pencapaiannya sekarang.

Hari ini, mereka kembali mendapatkan jadwal pulang cepat. Selain karna mereka yang harus ada kelas tambahan, mereka juga akan dipulang kan terlebih dahulu dari biasanya. Alice mensejajarkan langkahnya dengan Gilang, hari ini, ia sengaja tidak membawa kendaraan agar bisa pulang bersama dengan Gilang  yang menggunakan angkutan umum.

Gilang kaget saat melihat Alice yang sudah berdiri disampingnya itu, "Ngapain?" Tanya nya yang membuat Alice menegok dan menatap wajahnya. "Pulang," jawabnya dengan santai. Gilang yang baru saja gajian dari tempat lesnya pun langsung menarik tangan Alice dan pergi dari halte bus itu.

Alice melepaskan tangannya, ia menatap pemuda disampingnya dengan heran. "Kok pergi sih? Padahal busnya udah dateng lho." ujarnya sambil merapihkan rambutnya. Gilang menarik napasnya, ia membuka tas ranselnya dan mengeluarkan satu topi berwarna hitam dari sana. Ia memakaikannya di kepala Alice dan tersenyum. "Panas, pake ya." ucapnya dan kembali menggenggam tangan Alice.

Alice tentu terpekik senang dengan mata yang berbinar saat Gilang mengajaknya kesalah satu tempat yang sudah ia rencanakan beberap hari yang lalu. Alice langsung melangkahkan kakinya lebih dulu danmelihat semua pameran itu dengan mata yang berbinar. Gadis dengan senyuman cantik itu terus memmbaca tulisan yang berada disetiap lukisan, bahkan Gilang pun dicueki oleh gadis itu.

Alice memanggil Gilang, lalu ia meminta tolong agar pemuda itu memotret dirinya dengan lukisan yang bergambar abstrak itu. Dari sekian banyaknya lukisan, Alice hanya memotret dirinya dengan lukisan abstrak itu. Gilang yang melihatnya pun menggelengkan kepalanya dan tersenyum tipis.

***

Gilang memberikan satu botol air dan membantu membuka tutup botol itu lalu menyodorkannya kepada gadis disampingnya. Alice menerimanya lalu meneguk air itu hingga setengah. "Kok tau, kalo ada pameran deket sini?" tanya Alice kepada Gilang. Pemuda itu mengangkat bahunya acuh, "Dibukanya kan untuk umum, siapa pun boleh masuk." jawabnya yang diangguki oleh Alice.

Alice melihat beberapa foto yang ada di ponselnya. Ia langsung membuka aplikasi instagramnya untuk segera meng-upload instastory nya. Ia memilih foto Gilang yang sedang menatap lukisan didepannya. Setelah usai, Alice menengokkan kepalanya dan tidak menemukan Gilang yang berada disampingnya. Alice terus melemparkan senyuman lebarnya, ditambah dengan topi hitam milik Gilang yang terpasang diatas kepalanya membuat dirinya semakin senang.

Gilang membelikan Alice topi berwarna tosca yang didepannya ada gambar buah peach. Setelah mendapatkan kembaliannya, ia kembali berlari ke tempatnya dan segera menggantikan topinya menjadi yang baru saja ia beli. Gilang mendekat dan berdiri dihadapan gadis itu. Alice mengernyitkan dahinya, "Kenapa?" tanya nya yang membuat Gilang melepas topi itu dari kepalanya.

Gilang memakaikan kembali topi yang baru ia beli dan menggunakan topi hitamnya untuk ia pakai. "Disimpen ya, jangan dibuang." ucapnya sambil menatap Alice. Paduan antara warna kulit Alice yang berwarna putih bersih dan topinya yang berwarna tosca itu, membuatnya terlihat sangat cocok.

Alice mengangguk, "Makasih ya!" balasnya yang langsung memeluk Gilang dari samping dengan erat. Gilang yang cukup terkejut pun tak membalas pelukan tersebut ia justru menahan senyuman nya agar tak mengembang.

Alice berdeham, ia melepaskan pelukan tersebut dan menatap Gilang dengan canggung. "M-maaf ya? G-gua gak sengaja." ujarnya dengan gugup yang dibalas anggukkan dari Gilang. Alice memperhatikan wajah Gilang dan memegangnya, "Kok merah banget? Sakit?" tanya nya yang tak lama langsung tersenyum lebar dan membuat Gilang membuang pandangannya.

Alice mencolek pipi pemuda itu, "Ciee, salting yaa?" tanya nya yang terus mencolek pipi pemuda itu. Gilang menggeleng, "E-enggak, apaan sih!" balasnya yang langsung bangkit dan meninggalkan Alice yang masih tertawa disana. Alice memakai tasnya dan segera mengejar Gilang yang sedang salting itu. 

"Gilang tunggu dong! Itu wajahnya dibasuh dulu make air biar gak tambah merah!" ledeknya yang membuat Gilang semakin mempercepat langkah kakinya.

***

Gimana sama chapter 18 nyaa? Jangan lupa vote dan komen yaa!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untu share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youuu!

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang